Haloo, ini adalah
sebuah cerita yang aku pikir bukan fanfic tapi Yoseob berperan di cerita ini
jadi masuknya fanfic kali yaa? pokoknya aku mau menjelaskan kalau aku cuma
pinjam namanya buat berperan di cerita
ini J
Sinar matahari masuk melalui jendela kamar seorang anak
perempuan yang sengaja ia buka setiap hari libur.
Neujeonne jaya doeneunde meorissoge
yangeun beolsseo da sesseo …
Suara Yang Yoseob bernyanyi terdengar jelas dari kamar
Vanila. Anak perempuan itu sedang berbaring di kasurnya, membiarkan lagu
Caffeine mengalun meramaikan kamar, bahkan seisi rumahnya. Vanila sering
memanfaatkan waktu liburnya untuk tidur sambil mendengarkan lagu-lagu yang
dinyanyikan oleh Yang Yoseob, artis Korea kesukaannya.
Cause you’re like a caffeine, nan
bamsae jam mot deulgo .. Simjangeun gyesok ttwigo..
“Vanii!!!” Yuda, kakak Vanila mengetuk-ngetuk pintu kamar
yang penuh dengan kolase foto Vanila dan Yoseob. Suara music yang cukup keras
membuat Vanila tetap berbaring dan larut bersama alunan musik itu.
“You bad to me, so bad to me, so..
bad to me, yeah ..”
‘Tok, tok, tok!’ Setelah lagu itu berakhir, kini suara
ketukan pintu bisa terdengar dengan jelas.
“Vanilaaaa!” Yuda masih terus mengetuk pintu kamarnya tanpa
berhenti.
Vanila membuka mata, beranjak dari tidurnya dan mematikan
pemutar musiknya.
“YANG VANILA SOBB!!” Yuda berteriak membaca nama yang ada di
pintu adiknya.
Vanila membuka pintu kamarnya tanpa menjawab. Yuda berhenti
mengetuk pintu saat melihat sosok adiknya, rambut panjang yang sepertinya belum
di sisir, kemeja berwarna pink yang terlihat kusut dan rok hitam selutut
kesukaannya lengkap dengan sepasang sandal kelinci di kakinya.
“Musik lo itu bisa dikecilin dikit gak, sih?”
“Emang kenapa?”
“Berisik. Gue lagi teleponan sama Anya, nih!”
“Apa hubungannya sama kak Anya?”
“Lo tau? Suara musik lo itu terlalu kenceng, La. Kedengeran
jelas sampe kamar kakak! Tadi Anya malah ngira kakak yang lagi dengerin lagu
kapop kapop kamu itu!”
Vanila tersenyum, menahan tawa.
“Kei pop, oppa. Bukan kapop!”
“Ya apalah itu! Jangan kenceng-kenceng!”
Sejak Vanila mulai mengenal musik K-pop, khususnya lagu yang
dinyanyikan oleh Yoseob Yang, Vanila jadi tergila-gila dengan semua hal yang
berbau Korea Selatan. Dari mulai bahasa, cara berpakaian, sampai memanggil
anggota keluarganya dengan istilah-istilah dari Korea.
“Ne, oppa! Mianhae.” Kiara membungkukan badannya.
Yuda hanya bisa menggeleng melihat tingkah adiknya dan
kembali ke kamar. Kamar Vanila dan Yuda berada di lantai dua dan letaknya
bersebelahan. Jadi jelas saja kalau lagu Caffeine yang diputar dengan volume
90% itu terdengar jelas sampai kamar kakaknya.
Vanila kembali menekan tombol play
dan menurunkan volume pemutar musiknya menjadi 40%. Haru
jongil geudaega nune areungeoryeoyo… Lagu Yoseob yang
berjudul You Don’t Know mulai mengalun. Vanila kembali berbaring di kasur.
Tangannya meraba-raba meja kecil yang ada tepat di samping kasur, mengambil
Samsung Galaxy Tab-nya yang berwarna putih. Tablet itu oleh-oleh dari ayah
Vanila saat beliau ditugaskan ke Korea dua bulan yang lalu.
Ia
mulai memainkan tabletnya, hal yang pertama kali dilakukan setelah menekan
tombol unlock di tabletnya adalah
membuka aplikasi twitter dan menekan pilihan @connect.
“Yaah,
nggak ada yang mention.” Gumam Vanila.
Setelah
itu jarinya terus menyentuh layar sebesar tujuh inchi, memindai isi timeline
sampai ia jenuh. Vanila tidak sengaja membaca sebuah tweet yang menjual light stick Beast, boy band asal Korea Selatan
yang sangat disukai Vanila. Sudah jelas, alasan Vanila menyukai boy band itu
hanya satu- Yoseob Yang.
“Pre order 210.000.. ah, aku mau!” Dia
kemudian mengambil handphone-nya, langsung menghubungi nomor telepon yang
tertulis di tweet itu.
“Yeoboseyo?
Vanila imnida. Aku mau pesan lightstick itu.” Vanila lalu memberitahu alamat
rumahnya.
“Araseo,
kamsahamnida.” Vanila menyimpan handphone-nya dan lompat-lompat kegirangan di
atas kasurnya mengikuti musik. “Ireon nal
geudaeneun moreujyo , naegen neomu gwabunhan dangsiniraseo daga gal sujocha ..
eobseo…”
Tiga hari kemudian, kiriman yang ditunggu-tunggu Vanila
akhirnya datang. Ibunda Vanila yang menerima kiriman itu. Sebuah kotak
berukuran sedang yang dibungkus kertas coklat bertuliskan nama Vanila disimpan
ibunya di meja ruang tamu.
“Vanila! Ini ada paket.”
“Ah, jeongmal?” Tanya Vanila yang berada di dapur. Ia sedang
membuka kulkas dan mencari persediaan coklat rasa vanilla-nya kemudian berlari
ke ruang tamu.
“Aigoo!” Vanila berteriak kegirangan. Ibunya bengong melihat
kelakuan anak bungsunya yang melompat-lompat kesana kemari sambil memeluk kotak
yang belum dibuka.
“Itu apa, sih?” Tanya Ibu.
“Ini light stick, eomma.” Vanila duduk disamping ibunya dan
membuka kotak itu.
“Eomma.. eomma..kamu ini apa-apaan.” Komentar ibunya.
Light stick dengan bentuk bunga mawar putih bertuliskan B2ST
sekarang ada ditangannya. Saat ini dia sedang terlalu senang. Light stick itu
bisa menyala bahkan berkedip-kedip.
“Buat mati lampu, ya?”
“Anieyo!” Jawab Vanila menirukan gaya orang Korea berbicara.
“Anieyo?” Bunda tidak mengerti.
“Ne, Anieyoo!”
“Kamu ini ngomong apa, sih, La? Mulutnya dimanyun-manyunin
gitu.” Bunda tertawa.
“Aah, Bunda!” Vanila memeluk manja Bundanya. Mereka akhirnya
tertawa bersama.
Tak lama setelah itu, bel rumah mereka berbunyi, ‘ting
tong.. ting tong..’. Vanila langsung membukakan pintu. Yuda, kakaknya baru saja
pulang kuliah.
“Oppaaaa!” Vanila menyambut kakaknya dengan riang. Yuda
langsung menutup mulut Vanila dan masuk ke rumah.
“Oppa! Lihat aku punya ini!” Vanila mengikuti Yuda yang
langsung duduk di ruang tengah.
“Oh,” Yuda menaggapinya dingin.
“Ah, oppa nggak asik!”
“Apaan sih kamu, oppa oppa melulu!”
Vanila tertawa dan melompat-lompat pergi ke kamarnya. Bunda
hanya bisa menggeleng melihat tingkah anak bungsunya itu.
Nan niga jeil joha, Niga jeil yeppeo .. Vanila bernyanyi dan menari sambil
mengacungkan light sticknya seakan-akan ia sedang menonton konser Beast. Ia
kemudian masuk ke kamar dan memutar lagu Beast yang berjudul I like You The
Best dengan volume 90%.
Terdengar jelas intro lagu dan suara Junhyung, rapper Beast,
This song is just for you. You know this
is. Yeah, drop this!
“Yeayeaayeaah yeayeaayaaah!” Vanila bernyanyi dan
melompat-lompat mengikuti musik. Lagu itu terdengar jelas ke ruang tengah di
mana ibunya dan Yuda sedang duduk santai.
“Bun, Vanila udah jadi kapop addict tuh!”
“Kei pop Yuda, bukan kapop.” Jawab ibunya mengikuti gaya
Vanila berbicara.
“Bunda jangan-jangan udah jadi kapopers ya?”
“Ya nggak mungkinlah oppa Yuda,” goda ibunya. Yuda tertawa.
“Tapi apa Vanila nggak berlebihan, Bun? Bahaya kan kalau
jadi fanatic sama yang gitu,”
“Hmm, Bunda rasa nggak apa-apa. Semua kan ada masanya. Nanti
juga dia bosan,”
“Tapi ini beda, Bun. Dia udah kena Hallyu,”
Ibu hanya tersenyum mendengar omongan Yuda.
Niga jeil joha, Niga
jeil yeppo…” musik dari kamar Vanila terdengar sangat jelas.
“VANILAAA! BERISIK!” Yuda berteriak
Niga jeil joha neo hanamyeon dwae… lagu itu seakan menjawab apa yang
Yuda katakan. Sudah jelas Vanila tidak mendengarnya, suara Yuda tidak akan bisa
mengalahkan suara musik yang sangat kencang itu.
“Lihat kan, Bun?” Yuda mengadu.
***
Light, camera, action! Rre re re re
ready go! Ready go, ready go… bunyi alarm dari handphone Vanila. Lagu Beast yang berjudul
Ready Go. Masih memejamkan mata, Vanila mencari sumber suara itu. Tangannya masih mencari handphone yang
masih terus bernyanyi. “Mana sih,” Vanila terpaksa membuka mata dan beranjak
dari tempat tidurnya. Ia mengangkat selimut, boneka, bantal, dan gulingnya tapi
handphone yang ia cari tidak terlihat.
“Di
mana sih?” gumam Vanila.
Lima
menit kemudian alarm itu berbunyi lagi. Vanila mendengar dengan sekasama sumber
suara itu. Akhirnya ia menemukan handphone-nya berada di kolong tempat tidur.
Vanila segera mengambil handphone itu, mematikan alarmnya dan langsung pergi ke
kamar mandi bersiap untuk sekolah.
“Annyeong,
Bundaa! Saranghae!” Vanila melambaikan tangannya dan menekuk kedua tangannya ke
kepalanya sehingga membentuk hati. Setelah itu Vanila duduk di motor Yuda. Yuda
menggeleng melihat tingkah adiknya.
“Berangkat
dulu, ya, Bun!”
“Hati-hati,
ya, sayang!” Ibu melambaikan tangannya.
Vanila
memeluk kakaknya dengan sekuat tenaga. Yuda selalu mengebut kalau mengendarai
motor dan Vanila tidak bisa protes. Kurang dari sepuluh menit Vanila sudah
sampai di depan gerbang sekolahnya.
“Gomawo
oppa,” Vanila membungkukan badannya sambil melepas helm. Tanpa menjawab Yuda
mengambil helm itu dan langsung pergi.
“Ish…”
Vani menghela nafas.
“Vanii!”
Seseorang memanggil Vanila.
“Haiii!
Yola! Annyeong hasseo!” Lagi, Vanila membungkukan badannya.
“Ne,
annyeong hasseo,” mereka saling membungkukan badan dan berjalan menuju kelas.
Vanila,
Yola, dan Ayumi adalah tiga sahabat yang sama-sama menyukai artis Korea. Itu
adalah salah satu faktor yang membuat mereka selalu kompak. Mereka punya idolanya
masing-masing. Vanila menyukai Yoseob, Yola mengidolakan Wooyoung 2PM, dan
Ayumi mengagumi Lee Min Ho. Mereka sering bertukar informasi dan menceritakan
idolanya masing-masing sampai lupa waktu.
“Eh,
Van, bulan depan Beast kan mau konser di Korea,” Kata Yola.
“Arasseo,”
“Gue
udah bilang sama bonyok mau nonton.
Kebetulan kita juga udah libur, kan. Mau ikut nggak? Sekalian kita liburan
bareng!” Tambah Ayumi.
“Mwo?”
Vanila kaget.
“Kita
ke Korea. Nonton konser Beast,”
“Hmm,
mau sih, tapi aku nggak yakin eomma bakal ngizinin,”
“Coba
aja bilang dulu, Van. Siapa tahu dibolehin.” Kata Ayumi.
“Ne,” Vanila terseyum. Vanila tidak yakin ia
akan diizinkan oleh ibunya untuk berlibur ke Korea bersama ketiga sahabatnya.
Meskipun begitu, ia akan mencoba membicarakan hal ini kepada ibunya nanti.
“Apa?
Ke Korea?” Seperti yang sudah Vanila duga, Ibunya akan kaget setelah mendengar
cerita anaknya. Vanila mengangguk dengan wajah memelas.
“Kamu
serius? Kamu nanti nginep di mana? Di sana makan apa? Kalau kesasar gimana?”
“Hmm,
itu. itu…” Vanila tidak bisa menjawab.
Bunda
menghela nafas sambil merebahkan badannya ke kursi.
“Hmm,
kalau Bunda ikut aja gimana? Kita liburan ke Korea,” Kata Vanila.
“Apa?”
“Kita
liburan ke Korea! Kakak juga ikut gimana?” Vanila menarik-narik lengan baju
ibunya.
“Heh,
jangan mimpi deh, de. Uang darimana mau pergi ke Korea?” Yuda yang sedang main PS ikut berbicara.
“Yaudah
kalau kakak nggak mau ikut. Vani bisa minta sama ayah,” Jawaban Vanila membuat
suasana di ruangan itu hening seketika. Tatapan ibunya berubah menjadi kosong.
Sudah
hampir satu tahun ayah dan ibu Vanila bercerai. Walaupun begitu, ayah Vanila
tetap memberikan uang saku kepada Yuda dan Vanila. Semenjak mereka bercerai,
apapun yang Vanila dan Yuda minta pasti dibelikan oleh ayahnya.
“De,
hidup kita tuh nggak kaya di film-film. Kamu jangan kebanyakan menghayal deh!
Realistis sedikit dong. Kamu ke Korea mau ngapain sih?” Yuda sewot.
“Mau
nonton konser Beast, aku mau ketemu Yoseob oppa,”
“Yoseob
lagi Yoseob lagi. Emangnya dia kenal apa sama kamu? Setiap hari juga kamu ngeliat
dia di internet. Nggak bosen apa?” Yuda menggeleng tangannya memainkan stik PS
dengan lincah sambil terus melihat layar televisi.
“Iiih
kakak nggak ngerti perasaan cewek sih! Nyebelin!” Vanila mendorong kakaknya dan
berlari ke kamar.
Brak!
Vanila membanting pintu kamarnya. Ibu masih melamun dengan tatapan kosong.
“Bun,”
Yuda menekan tonbol pause dan duduk disebelah ibunya.
“Ibu pusing, mau istirahat dulu,” Ibu beranjak
dari kursi dan pergi ke kamar meninggalkan Yuda.
Keesokan
harinya, Vanila kembali ceria seperti biasanya. Ia bersikap seolah tidak ada
kejadian apa-apa. Hal itu membuat Yuda dan ibunya merasa tenang. Namun, hari
demi hari mereka merasa aneh karena Vanila jarang memutar lagu-lagu Korea.
Vanila bahkan tidak pernah membicarakan artis favoritnya saat makan bersama
atau sekedar berkumpul di ruang tengah.
Hingga
suatu pagi…..
“Bundaaa!! Selamat pagii!!” Vanila memeluk
ibunya dan duduk di meja makan. Ia sudah siap untuk pergi ke sekolah.
“Aduuh
kamu kenapa kok kayaknya seneng banget?” Ibu mengoleskan mentega ke roti tawar.
“Aku
mau dibelikan tiket pesawat ke Korea sama ayah. Paspor sama visa juga ayah yang
urus. Jadi nanti aku tinggal berangkat, yeaayy!” Vanila tersenyum dan bertepuk
tangan senang sekali.
“HAH
!?” Yuda yang daritadi duduk membaca koran langsung melihat adiknya tidak
percaya. Vanila mengangguk masih dengan senyumnya yang paling lebar.
“Ayah
juga ngebeliin tiket buat Bunda sama Kakak,” Vanila menjelaskan sambil
menghabiskan rotinya. Ibu diam, tidak bersuara sama sekali.
“Lo
apa-apaan sih, Van? Siapa juga yang mau ke Korea? Lo aja sana! Gue sih ogah!”
“Yaudah
kalau kakak nggak mau, aku aja sama Bunda yang pergi. Iya kan Bun?” Pertanyaan
itu membuat ibunya terkejut.
“Hmm?
Eh, cepet berangkat gih! Annti kesiangan loh,” Ibu mengalihkan jawabannya.
“Oh
iya! Udah jam setengah tujuh. Kak, ayo kak! Nanti aku telat, nih!”
“Iya
bawel! Tunggu aja di luar sana pake sepatu dulu kamunya!” Yuda melipat koran
dan meletakkannya di meja.
“Bun,
jadi itu anak beneran mau ke Korea?” Yuda bertanya pelan.
“Entahlah,”
Ibu menghela nafas.
“Terus
Bunda mau ikut ke sana?”
Ibu
mengangkat bahu dan menggeleng,
“Jadi
bunda mau ngizinin dia pergi? Janganlah, Bun. Buat apaan coba?”
“Kakaaak
ayooo cepetann!” Vanila berteriak dari luar.
“Kita
lihat nanti aja,” Ibu beranjak dari kursi dan berjalan ke luar. Yuda mengambil
helm hitam kesayangannya dan menyusul langkah ibunya.
No comments:
Post a Comment