Sunday, 5 May 2013

Aitakatta Yoseob Yang - 1


Haloo, ini adalah sebuah cerita yang aku pikir bukan fanfic tapi Yoseob berperan di cerita ini jadi masuknya fanfic kali yaa? pokoknya aku mau menjelaskan kalau aku cuma pinjam namanya  buat berperan di cerita ini J


Sinar matahari masuk melalui jendela kamar seorang anak perempuan yang sengaja ia buka setiap hari libur.
Neujeonne jaya doeneunde meorissoge yangeun beolsseo da sesseo …
Suara Yang Yoseob bernyanyi terdengar jelas dari kamar Vanila. Anak perempuan itu sedang berbaring di kasurnya, membiarkan lagu Caffeine mengalun meramaikan kamar, bahkan seisi rumahnya. Vanila sering memanfaatkan waktu liburnya untuk tidur sambil mendengarkan lagu-lagu yang dinyanyikan oleh Yang Yoseob, artis Korea kesukaannya.
Cause you’re like a caffeine, nan bamsae jam mot deulgo .. Simjangeun gyesok ttwigo..
“Vanii!!!” Yuda, kakak Vanila mengetuk-ngetuk pintu kamar yang penuh dengan kolase foto Vanila dan Yoseob. Suara music yang cukup keras membuat Vanila tetap berbaring dan larut bersama alunan musik itu.
“You bad to me, so bad to me, so.. bad to me, yeah ..”
‘Tok, tok, tok!’ Setelah lagu itu berakhir, kini suara ketukan pintu bisa terdengar dengan jelas.
“Vanilaaaa!” Yuda masih terus mengetuk pintu kamarnya tanpa berhenti.
Vanila membuka mata, beranjak dari tidurnya dan mematikan pemutar musiknya.
“YANG VANILA SOBB!!” Yuda berteriak membaca nama yang ada di pintu adiknya.
Vanila membuka pintu kamarnya tanpa menjawab. Yuda berhenti mengetuk pintu saat melihat sosok adiknya, rambut panjang yang sepertinya belum di sisir, kemeja berwarna pink yang terlihat kusut dan rok hitam selutut kesukaannya lengkap dengan sepasang sandal kelinci di kakinya.
“Musik lo itu bisa dikecilin dikit gak, sih?”
“Emang kenapa?”
“Berisik. Gue lagi teleponan sama Anya, nih!”
“Apa hubungannya sama kak Anya?”
“Lo tau? Suara musik lo itu terlalu kenceng, La. Kedengeran jelas sampe kamar kakak! Tadi Anya malah ngira kakak yang lagi dengerin lagu kapop kapop kamu itu!”
Vanila tersenyum, menahan tawa.
“Kei pop, oppa. Bukan kapop!”
“Ya apalah itu! Jangan kenceng-kenceng!”
Sejak Vanila mulai mengenal musik K-pop, khususnya lagu yang dinyanyikan oleh Yoseob Yang, Vanila jadi tergila-gila dengan semua hal yang berbau Korea Selatan. Dari mulai bahasa, cara berpakaian, sampai memanggil anggota keluarganya dengan istilah-istilah dari Korea.
“Ne, oppa! Mianhae.” Kiara membungkukan badannya.
Yuda hanya bisa menggeleng melihat tingkah adiknya dan kembali ke kamar. Kamar Vanila dan Yuda berada di lantai dua dan letaknya bersebelahan. Jadi jelas saja kalau lagu Caffeine yang diputar dengan volume 90% itu terdengar jelas sampai kamar kakaknya.
Vanila kembali menekan tombol play dan menurunkan volume pemutar musiknya menjadi 40%. Haru jongil geudaega nune areungeoryeoyo… Lagu Yoseob yang berjudul You Don’t Know mulai mengalun. Vanila kembali berbaring di kasur. Tangannya meraba-raba meja kecil yang ada tepat di samping kasur, mengambil Samsung Galaxy Tab-nya yang berwarna putih. Tablet itu oleh-oleh dari ayah Vanila saat beliau ditugaskan ke Korea dua bulan yang lalu.
Ia mulai memainkan tabletnya, hal yang pertama kali dilakukan setelah menekan tombol unlock di tabletnya adalah membuka aplikasi twitter dan menekan pilihan @connect.
“Yaah, nggak ada yang mention.” Gumam Vanila.
Setelah itu jarinya terus menyentuh layar sebesar tujuh inchi, memindai isi timeline sampai ia jenuh. Vanila tidak sengaja membaca sebuah tweet yang menjual light stick Beast, boy band asal Korea Selatan yang sangat disukai Vanila. Sudah jelas, alasan Vanila menyukai boy band itu hanya satu- Yoseob Yang.
 “Pre order 210.000.. ah, aku mau!” Dia kemudian mengambil handphone-nya, langsung menghubungi nomor telepon yang tertulis di tweet itu.
“Yeoboseyo? Vanila imnida. Aku mau pesan lightstick itu.” Vanila lalu memberitahu alamat rumahnya.
“Araseo, kamsahamnida.” Vanila menyimpan handphone-nya dan lompat-lompat kegirangan di atas kasurnya mengikuti musik. “Ireon nal geudaeneun moreujyo , naegen neomu gwabunhan dangsiniraseo daga gal sujocha .. eobseo…”
Tiga hari kemudian, kiriman yang ditunggu-tunggu Vanila akhirnya datang. Ibunda Vanila yang menerima kiriman itu. Sebuah kotak berukuran sedang yang dibungkus kertas coklat bertuliskan nama Vanila disimpan ibunya di meja ruang tamu.
“Vanila! Ini ada paket.”
“Ah, jeongmal?” Tanya Vanila yang berada di dapur. Ia sedang membuka kulkas dan mencari persediaan coklat rasa vanilla-nya kemudian berlari ke ruang tamu.
“Aigoo!” Vanila berteriak kegirangan. Ibunya bengong melihat kelakuan anak bungsunya yang melompat-lompat kesana kemari sambil memeluk kotak yang belum dibuka.
“Itu apa, sih?” Tanya Ibu.
“Ini light stick, eomma.” Vanila duduk disamping ibunya dan membuka kotak itu.
“Eomma.. eomma..kamu ini apa-apaan.” Komentar ibunya.
Light stick dengan bentuk bunga mawar putih bertuliskan B2ST sekarang ada ditangannya. Saat ini dia sedang terlalu senang. Light stick itu bisa menyala bahkan berkedip-kedip.
“Buat mati lampu, ya?”
“Anieyo!” Jawab Vanila menirukan gaya orang Korea berbicara.
“Anieyo?” Bunda tidak mengerti.
“Ne, Anieyoo!”
“Kamu ini ngomong apa, sih, La? Mulutnya dimanyun-manyunin gitu.” Bunda tertawa.
“Aah, Bunda!” Vanila memeluk manja Bundanya. Mereka akhirnya tertawa bersama.
Tak lama setelah itu, bel rumah mereka berbunyi, ‘ting tong.. ting tong..’. Vanila langsung membukakan pintu. Yuda, kakaknya baru saja pulang kuliah.
“Oppaaaa!” Vanila menyambut kakaknya dengan riang. Yuda langsung menutup mulut Vanila dan masuk ke rumah.
“Oppa! Lihat aku punya ini!” Vanila mengikuti Yuda yang langsung duduk di ruang tengah.
“Oh,” Yuda menaggapinya dingin.
“Ah, oppa nggak asik!”
“Apaan sih kamu, oppa oppa melulu!”
Vanila tertawa dan melompat-lompat pergi ke kamarnya. Bunda hanya bisa menggeleng melihat tingkah anak bungsunya itu.
Nan niga jeil joha, Niga jeil yeppeo .. Vanila bernyanyi dan menari sambil mengacungkan light sticknya seakan-akan ia sedang menonton konser Beast. Ia kemudian masuk ke kamar dan memutar lagu Beast yang berjudul I like You The Best dengan volume 90%.
Terdengar jelas intro lagu dan suara Junhyung, rapper Beast, This song is just for you. You know this is. Yeah, drop this!
“Yeayeaayeaah yeayeaayaaah!” Vanila bernyanyi dan melompat-lompat mengikuti musik. Lagu itu terdengar jelas ke ruang tengah di mana ibunya dan Yuda sedang duduk santai.
“Bun, Vanila udah jadi kapop addict tuh!”
“Kei pop Yuda, bukan kapop.” Jawab ibunya mengikuti gaya Vanila berbicara.
“Bunda jangan-jangan udah jadi kapopers ya?”
“Ya nggak mungkinlah oppa Yuda,” goda ibunya. Yuda tertawa.
“Tapi apa Vanila nggak berlebihan, Bun? Bahaya kan kalau jadi fanatic sama yang gitu,”
“Hmm, Bunda rasa nggak apa-apa. Semua kan ada masanya. Nanti juga dia bosan,”
“Tapi ini beda, Bun. Dia udah kena Hallyu,”
Ibu hanya tersenyum mendengar omongan Yuda.
Niga jeil joha, Niga jeil yeppo…” musik dari kamar Vanila terdengar sangat jelas.
“VANILAAA! BERISIK!” Yuda berteriak
Niga jeil joha neo hanamyeon dwae… lagu itu seakan menjawab apa yang Yuda katakan. Sudah jelas Vanila tidak mendengarnya, suara Yuda tidak akan bisa mengalahkan suara musik yang sangat kencang itu.
“Lihat kan, Bun?” Yuda mengadu.

***

Light, camera, action! Rre re re re ready go! Ready go, ready go… bunyi alarm dari handphone Vanila. Lagu Beast yang berjudul Ready Go. Masih memejamkan mata, Vanila mencari sumber suara  itu. Tangannya masih mencari handphone yang masih terus bernyanyi. “Mana sih,” Vanila terpaksa membuka mata dan beranjak dari tempat tidurnya. Ia mengangkat selimut, boneka, bantal, dan gulingnya tapi handphone yang ia cari tidak terlihat.
“Di mana sih?” gumam Vanila.
Lima menit kemudian alarm itu berbunyi lagi. Vanila mendengar dengan sekasama sumber suara itu. Akhirnya ia menemukan handphone-nya berada di kolong tempat tidur. Vanila segera mengambil handphone itu, mematikan alarmnya dan langsung pergi ke kamar mandi bersiap untuk sekolah.
“Annyeong, Bundaa! Saranghae!” Vanila melambaikan tangannya dan menekuk kedua tangannya ke kepalanya sehingga membentuk hati. Setelah itu Vanila duduk di motor Yuda. Yuda menggeleng melihat tingkah adiknya.
“Berangkat dulu, ya, Bun!”
“Hati-hati, ya, sayang!” Ibu melambaikan tangannya.
Vanila memeluk kakaknya dengan sekuat tenaga. Yuda selalu mengebut kalau mengendarai motor dan Vanila tidak bisa protes. Kurang dari sepuluh menit Vanila sudah sampai di depan gerbang sekolahnya.
“Gomawo oppa,” Vanila membungkukan badannya sambil melepas helm. Tanpa menjawab Yuda mengambil helm itu dan langsung pergi.
“Ish…” Vani menghela nafas.
“Vanii!” Seseorang memanggil Vanila.
“Haiii! Yola! Annyeong hasseo!” Lagi, Vanila membungkukan badannya.
“Ne, annyeong hasseo,” mereka saling membungkukan badan dan berjalan menuju kelas.
Vanila, Yola, dan Ayumi adalah tiga sahabat yang sama-sama menyukai artis Korea. Itu adalah salah satu faktor yang membuat mereka selalu kompak. Mereka punya idolanya masing-masing. Vanila menyukai Yoseob, Yola mengidolakan Wooyoung 2PM, dan Ayumi mengagumi Lee Min Ho. Mereka sering bertukar informasi dan menceritakan idolanya masing-masing sampai lupa waktu.
“Eh, Van, bulan depan Beast kan mau konser di Korea,” Kata Yola.
“Arasseo,”
“Gue udah bilang sama bonyok mau nonton. Kebetulan kita juga udah libur, kan. Mau ikut nggak? Sekalian kita liburan bareng!” Tambah Ayumi.
“Mwo?” Vanila kaget.
“Kita ke Korea. Nonton konser Beast,”
“Hmm, mau sih, tapi aku nggak yakin eomma bakal ngizinin,”
“Coba aja bilang dulu, Van. Siapa tahu dibolehin.” Kata Ayumi.
 “Ne,” Vanila terseyum. Vanila tidak yakin ia akan diizinkan oleh ibunya untuk berlibur ke Korea bersama ketiga sahabatnya. Meskipun begitu, ia akan mencoba membicarakan hal ini kepada ibunya nanti.


“Apa? Ke Korea?” Seperti yang sudah Vanila duga, Ibunya akan kaget setelah mendengar cerita anaknya. Vanila mengangguk dengan wajah memelas.
“Kamu serius? Kamu nanti nginep di mana? Di sana makan apa? Kalau kesasar gimana?”
“Hmm, itu. itu…” Vanila tidak bisa menjawab.
Bunda menghela nafas sambil merebahkan badannya ke kursi.
“Hmm, kalau Bunda ikut aja gimana? Kita liburan ke Korea,” Kata Vanila.
“Apa?”
“Kita liburan ke Korea! Kakak juga ikut gimana?” Vanila menarik-narik lengan baju ibunya.
“Heh, jangan mimpi deh, de. Uang darimana mau pergi ke Korea?” Yuda yang sedang main PS  ikut berbicara.
“Yaudah kalau kakak nggak mau ikut. Vani bisa minta sama ayah,” Jawaban Vanila membuat suasana di ruangan itu hening seketika. Tatapan ibunya berubah menjadi kosong.
Sudah hampir satu tahun ayah dan ibu Vanila bercerai. Walaupun begitu, ayah Vanila tetap memberikan uang saku kepada Yuda dan Vanila. Semenjak mereka bercerai, apapun yang Vanila dan Yuda minta pasti dibelikan oleh ayahnya.
“De, hidup kita tuh nggak kaya di film-film. Kamu jangan kebanyakan menghayal deh! Realistis sedikit dong. Kamu ke Korea mau ngapain sih?” Yuda sewot.
“Mau nonton konser Beast, aku mau ketemu Yoseob oppa,”
“Yoseob lagi Yoseob lagi. Emangnya dia kenal apa sama kamu? Setiap hari juga kamu ngeliat dia di internet. Nggak bosen apa?” Yuda menggeleng tangannya memainkan stik PS dengan lincah sambil terus melihat layar televisi.
“Iiih kakak nggak ngerti perasaan cewek sih! Nyebelin!” Vanila mendorong kakaknya dan berlari ke kamar.
Brak! Vanila membanting pintu kamarnya. Ibu masih melamun dengan tatapan kosong.
“Bun,” Yuda menekan tonbol pause dan duduk disebelah ibunya.
 “Ibu pusing, mau istirahat dulu,” Ibu beranjak dari kursi dan pergi ke kamar meninggalkan Yuda.
Keesokan harinya, Vanila kembali ceria seperti biasanya. Ia bersikap seolah tidak ada kejadian apa-apa. Hal itu membuat Yuda dan ibunya merasa tenang. Namun, hari demi hari mereka merasa aneh karena Vanila jarang memutar lagu-lagu Korea. Vanila bahkan tidak pernah membicarakan artis favoritnya saat makan bersama atau sekedar berkumpul di ruang tengah.
Hingga suatu pagi…..
 “Bundaaa!! Selamat pagii!!” Vanila memeluk ibunya dan duduk di meja makan. Ia sudah siap untuk pergi ke sekolah.
“Aduuh kamu kenapa kok kayaknya seneng banget?” Ibu mengoleskan mentega ke roti tawar.
“Aku mau dibelikan tiket pesawat ke Korea sama ayah. Paspor sama visa juga ayah yang urus. Jadi nanti aku tinggal berangkat, yeaayy!” Vanila tersenyum dan bertepuk tangan senang sekali.
“HAH !?” Yuda yang daritadi duduk membaca koran langsung melihat adiknya tidak percaya. Vanila mengangguk masih dengan senyumnya yang paling lebar.
“Ayah juga ngebeliin tiket buat Bunda sama Kakak,” Vanila menjelaskan sambil menghabiskan rotinya. Ibu diam, tidak bersuara sama sekali.
“Lo apa-apaan sih, Van? Siapa juga yang mau ke Korea? Lo aja sana! Gue sih ogah!”
“Yaudah kalau kakak nggak mau, aku aja sama Bunda yang pergi. Iya kan Bun?” Pertanyaan itu membuat ibunya terkejut.
“Hmm? Eh, cepet berangkat gih! Annti kesiangan loh,” Ibu mengalihkan jawabannya.
“Oh iya! Udah jam setengah tujuh. Kak, ayo kak! Nanti aku telat, nih!”
“Iya bawel! Tunggu aja di luar sana pake sepatu dulu kamunya!” Yuda melipat koran dan meletakkannya di meja.
“Bun, jadi itu anak beneran mau ke Korea?” Yuda bertanya pelan.
“Entahlah,” Ibu menghela nafas.
“Terus Bunda mau ikut ke sana?”
Ibu mengangkat bahu dan menggeleng,
“Jadi bunda mau ngizinin dia pergi? Janganlah, Bun. Buat apaan coba?”
“Kakaaak ayooo cepetann!” Vanila berteriak dari luar.
“Kita lihat nanti aja,” Ibu beranjak dari kursi dan berjalan ke luar. Yuda mengambil helm hitam kesayangannya dan menyusul langkah ibunya.

No comments:

Post a Comment

Dua Puluh Tahun

Tenang, kali ini kita tidak akan bertemu aku 20 tahun lalu. Haha. Dua puluh tahun adalah alasanku 'menolak' orang yang pertama kali ...