Thursday 15 May 2014

One Day After


Jujur saja aku sudah lama nggak buka profilnya. Intinya aku udah lama nggak stalk dia gitu. Dan entah bisikan dari mana tiba-tiba tanganku mengetik namanya di kolom search dan bam! Jadilah koko crunch!! -__-
Singkat cerita lagi aku nggak sengaja klik link link link dan melihat sebuah foto yang tanpa aku harus bertanya pun aku tahu kalau sekarang dia sudah memiliki yeoja chingu alias pacar. Ya, sepertinya begitu dan memang begitu.
Rasanya? Rasanya seperti apa yang pernah aku bayangkan menjadi kenyataan.  Apa yang pernah aku bayangkan? Sebut saja ini alay atau bahkan lebih dari itu, aku pernah membayangkan (ini dramaku waktu masih suka chat sama dia, sebelum dia ngilang) kalau dia ulang tahun aku datang ke tempatnya gitu. Bikin surprise kecil. (sahamanehsihsa-hehe-kan lagi drama. yamaap) Persis kaya yang aku lihat difoto itu. Aku rasanya kaya speechless aja gitu.

Apa yang aku bayangkan itu bisa jadi kenyataan meskipun kenyataannya bukan aku yang ada di kenyataan itu. #eaa

Aku rasanya tuh kaya “oh, okay. I know now” gitu.
Rasanya kaya apaya aku dalam hati tuh kaya pengen ngomong, “Tega banget parah.” Tapi kok kayaknya aku norak, ya. Hahaha. aku ...  aku benar-benar merasa.. seharusnya aku ikut senang karena difoto itu dia terlihat senang sekali. Sumringah.
Bisa aja sih aku mendeskripsikan apa yang aku rasakan waktu itu di sini. Tapi buat apalah.
Aslinya aku nggak tahu kalau dia udah punya yeoja chingu. Chinguuu baa!
Seandainya aku tahu, aku mungkin ga akan nunggu hari itu (read: hari ulang tahun dia). Ngapain? Kalau aku tahu, aku nggak akan nulis surat sepanjang panjang buat dia. Kalau aku tahu, aku nggak akan ketik nama dia setiap hari di kolom search. Nggak akan.
Akenapa aku baru tahu kalau dia udah jadian sehari setelah dia ulang tahun? Kenapa? Nyateuing. Aku Cuma bisa ketawain diri aku aja. Biar kaya lucu. Biar kaya aku baik-baik aja. Tapi emang aku baik-baik aja kok. Aku Cuma .. kaget. Sedikit.
Seharusnya aku peka. Peka kalau dia mungkin cuma mimpi.
Seharusnya aku tahu kalau menghilangnya dia itu adalah kode kalau dia nggak mau berteman sama aku. Jadi kita sebatas mengetahui aja. Aku tahu dia, dia tahu aku. Udah.
Seharusnya aku mengerti itu sejak dia menghilang. Ya, aku tahu sih cuma aku aja yang pura-pura nggak tahu. Hahaha. tega banget sih sebenernya. Tapi nggak akan ada kata tega kalau dari awalnya aku nggak berharap dan nge-drama.
So? Move on? Gaya lu sa move on move on. Jadian aja ga pernah :))

Tuesday 13 May 2014

That Day


Halo! Sudah lama tidak menyapa blog sendiri. He he he. Sibuk? Iya. Huff *niup poni*
Aku nggak usah tanya kabar, ya? Hehe. Masih ada gitu yang suka baca postingan di blog ini? Setelah cerita galau yang mengharuskanku untuk move on alias poho.
Bosan, ya, ceritanya dia lagi , dia lagi. Maafya dia, aku cerita tentang kamu wae.  Ehh, aku kan belum cerita kelanjutan yang masih tertahan ya. Baiklah. Ready?

When the day you’re waiting is come ..

Udah baca surat untuk sebuah kehidupan? Kalau belum, baca dulu gih! Kalau males, yaudah.
Dari surat yang sepanjang itu, intinya aku menunggu hari di mana aku bisa menyapanya tanpa membuatnya merasa terganggu. Hari apakah itu? Benar! Hari ulang tahunnya! Sejak dia 'menghilang' aku tidak memilih pilihan lain selain menunggu hari itu.
Percaya tidak percaya, akhirnya hari itu datang! Menjelang hari itu, Jantungku berdebar ga jelas. Lebay, memang. Aku senang sendiri. Hahaha. Meskipun aku tahu tidak ada yang spesial tentangku dimatanya.
Apalagi beberapa hari sebelum hari ulang tahunnya, aku nggak sengaja tahu kalau dia baru saja 'berkencan' dengan siapa aku ga kenal. Ke tempat yang mungkin sama ketika dia mengajakku, bahkan mungkin lebih banyak. Ya, nggak sengaja. I was way too kepo sendiri.
Singkat cerita, pulang kerja, sekitar pukul lima sore, aku masih belum mengucapkan apapun padanya. Aku mulai ber-drama. Aku mengikuti ke mana kakiku melangkah. Berjalan sendiri memasuki sebuah mall yang dulu pernah menjadi tempat bertemu. 
Sempat terpikir untuk tidak mengucapkannya. Tapi, akhirnya jemariku bergerak pelan menekan satu persatu keypad smartphone-ku. Merangkai kata sederhana yang diucapkan orang kebanyakan. "Selamat ulang tahun"
Ucapan yang terkesan so asik, seakan nggak ada cerita apa-apa diantara kita. #ciegitu emang gaada sih.
Dan, dibalas! Jantungku semakin berdebar saat melihat line-ku ada notif dan A! Dari dia yang pastinya mengucapkan terima kasih karena aku sudah mengucapkan. Singkat ceritanya gini :
Aku : halo Hid! Selamat ulang tahun, yaa! Semoga apa aja deh! :D
(ya, semoga, semoga apa aja. Suka suka kamu dah mau semoga apa)
Hid : ahh, Sasaa! Makasih bange, yaa! :D
Aku sempat mikir, itu emot dia ketawa dia beneran lagi ketawa apa cuma ngetik doang, ya? Nah, tadinya udah ga aku bales lagi tuh. Habis mau bales apa? "Iya sama-sama, Hid" paling akhirnya cuma di read. Apa lagi?
Akhirnya aku bales lagi dengan persiapan mental kalau balesan aku kali ini hanya akan di Read –aja-
Aku : iyaa, sama-sama bangett :))
Ehh, tiba-tiba bunyi lagi!
Hid : iya sasaaa. Itu salah ketik -__- harusnya banget
Aku : iya ih typo :pp
Hid : hahaha maklum
Aku : iya maklum, udah 21 tahun :))
Hid : wah wah jangan bawa2 umur gtu dong :(
Aku : hahaha . bercanda atuh .... lagi ulang tahun mah gaboleh cemberut tau
Hid : hahahah iya iya sasaa makasih yaaa
*hening* aku baru sadar ternyata obrolanku memanjang! Nggak cuma sekedar di read aja. At least, chatting-nya nggak terlalu garinglah walaupun akhirnya aku tahu kalau dia memang tidak ingin memperpanjang percakapan ini dengan kembali mengucapkan terima kasih.
*senyum tanpa arti*

Dua Puluh Tahun

Tenang, kali ini kita tidak akan bertemu aku 20 tahun lalu. Haha. Dua puluh tahun adalah alasanku 'menolak' orang yang pertama kali ...