Sunday 29 June 2014

Ramadhan 1

Keinginanku di ramadhan tahun ini adalah puasa hari pertama dan terakhir di rumah bersama mami, papi, dan ihsan.
Dan hari pertama itu adalah hari ini. Aku sangat senang dan bersyukur bisa mewujudkan keinginan sederhana ini. Allah mengabulkan doaku, Alhamdulillah :) setelah satu hari sebelumnya, Jumat sore, aku menerjang macet dan bela-belain naik bis ekonomi demi untuk bisa pulang. Banyak orang yang sudah wanti-wanti ke aku kalau aku tetap nekad untuk pulang pasti akan terjebak macet. Tapi aku tidak peduli karena semacet-macetnya jalanan, pasti akan maju juga, kan?
Biasanya, aku naik bis AC, tapi ketika aku sampai di terminal Leuwi Panjang, aku kaget karena melihat barisan bis jurusan Cianjur-Sukabumi kosong! What is that!! Udah banyak yang antri sambil menunggu harap-harap cemas bus kelas bisnis yang orang-orang dan aku harapkan tak kunjung datang apalah arti aku menunggu bila kamu ~
aku bingung. antara mau nyaman bisa tidur di bis AC tapi lama atau cepat tapi kurang nyaman. Nah, pilihan yang sangat dilema banget nggak, sih? biasa aja, ya? hehe..
akhirnya aku memutuskan untuk naik bis yang ada aja. dan adanya bis kelas ekonomi dengan angin gelebugnya. ngak akan aku sebutkan nama bisnya ah.hahaha
sebenarnya aku ngga apa-apa sih naik bis ini tapi kadang aku males juga naik bis ini aku suka gabisa tidur. zzz
yagitudeh, untungnya aku duduk dekat jendela dan di sebelahku itu perempuan jadi aku nggak harus menghirup asap rokok dengan terpaksa. aku benci rokok. aku sangat amat tidak suka rokok apapun alasannya. seganteng-gantengnya cowo, kalau aku lihat dia ngerokok, udah deh gantengnya hilang lang lang lang, tanpa kecuali. so, kalau mau bikin aku ilfeel? just smoke in front of me.
so far bukan meng-intimidasi atau gimana, aku juga punya teman yang perokok, tapi mereka tahu diri. nggak pernah merokok dekat2 aku. dan aku anggap itu sebagai empati mereka. dan aku menghargai itu.
dan aku juga nggak suka kalau harus duduk dekat cowo yang agak weird gitu malesin banget. risih tau nggak. kalau sama teman yang aku kenal sih aku biasa aja. lah ini cowo yang entah datang dari mana mau ke mana.. kalau wangi dan ketje sih gppa ya.hehehe. kalau agak-agak ... hmm no comment ah apalagi kalau udah suka sered2 minta di tendang tau ga.
back to the topic! you know, I think this is the worst traffic jam ever!
bayangkan aja ya kalau kebayang . Bandung-Cipanas biasa selambat-lambatnya bisa ditempuh selama 3 jam dengan kecepatan bis. sekarang sampai 5 jam. OH MY LIFE! :v
selama perjalanan aku sms-an aja sama teman-teman aku dan yang ngewaro cuma wianne carima yeii:) jadi aku nggak jenuh di mobil. kita random sih tapi aku senang aja. duhh lagi ga mood nulis jadi gini nihh padahal udah niat mau cerita sesuatu padahal :( maaf ya

Thursday 26 June 2014

Cerita Kampus 1


Masih di kelas. Sedang ada pelajaran matematika ...
“Untuk UAS, pelajari anuitas dan amortisasi.” Kata dosen itu menutup pelajarannya.
Anuitas dan Amortisasi.. mata pelajaran yang aku belum bisa bagaimana menghitungnya dengan kalkulator. Ah!
"Eh, lihat dong." Katanya menunjuk buku matematika yang ada dimejaku. Refleks aku memberikannya. Tiba-tiba dia menghampiriku dan berkata, "Boleh pinjam dulu? Gue fotokopi habis ini." Aku yang kaget karena dia berdiri sedekat ini denganku sampai-sampai aku bisa menghirup aroma parfumnya yang -baiklah- aku akui itu harum tapi tidak menyegak. "Itu bukan punyaku, itu punya Rani." Rani yang duduk tepat disebelahku langsung menoleh mendengar namanya disebut.
"Ran, gue pinjem dulu, ya. Mau fotokopi." Katanya.
"Oh, iya boleh."
"Kamu udah fotokopi?" Kali ini dia bicara padaku.
"Belum." Jawabku.
Setelah dia kembali duduk di bangkunya, di samping kanan tempat aku duduk sekarang.
Aku memang belum punya fotokopi materi itu dan berencana akan mem-fotokopi-nya. Kebetulan.
Dia, aku menyebutnya cowok korea karena penampilannya yang agak .. Hmm.. kekoreaan. Dia mungkin tidak merasa begitu, kau tahu kan aku punya dunia drama sendiri dan aku pikir dia itu cowok korea. Kulitnya putih, pakaiannya rapi, bersih, memakai kacamata frame tebal dan tidak banyak bicara. Itu first impression-ku waktu pertama kali melihatnya. Tenang saja, aku tidak menyukainya. Biasa saja. Lama kelamaan aku jadi berpikir kalau dia itu agak so so misterius. Jarang menyapa dan jarang berbaur dengan teman-teman yg lain. Dia selalu asik dengan dua gadget-nya. Blackberry dan tablet samsung.  Aku tidak pernah menyapa/menegurnya duluan kecuali terpaksa, dan akhirnya 'terpaksa' itu datang.
"Eh, mau fotokopi sekarang?" Tanyaku sambil berusaha membuat dia melihat ke arahku.
Tapi entah suaraku yang kurang terdengar atau dia yang memang tidak mendengar, dia tidak menjawab, asik melihat gadget-nya. Jadi seperti sedang monolog kan gue.
Apa aku harus memanggil namanya agar dia melihat ke arahku?
Ah, males banget manggil-manggil. Tapi, ini terpaksa demi fotokopi matematika. Baiklah. Aku lupa namanya! -_-
"Ran, dia tuh siapa namanya?" Tanyaku sambil  menunjuknya.
"Siapa?Adit?"
"Oh.."
"Adit"
"..."
"Adit!"  Butuh dua kali untuk membuatnya merasa terpanggil. "Kamu mau fotokopi matematika?" Tanyaku setelah dia menoleh ke arahku.
"Mau. Lo mau juga? Bareng aja di bawah."
"Ok."
Apa? Ke tempat fotokopi berdua sama cowo korea ini? Zzz. Dan, ya. Kita.. Urgh, ya, aku dan dia pergi ke tempat fotokopi. Karena mengantri, kita terpaksa duduk menunggu. Dia duduk di sebelahku dan harumnya masih sama seperti saat dia nyamperin waktu di kelas tadi. Parfum apa, ya, enak banget wanginya.
Sambil menunggu fotokopian yang kurang lebih berapa ratus halaman itu, kita berbincang-bincang ringan. Meskipun tangannya tetap asik menyentuh samsung touchscreen-nya, men-scroll timeline path. (Kepo dikit gapapalayaa. Hehehe)
"Kamu kerja di mana, sih?" Tanyanya. Pertanyaan yang sekaligus membuka percakapan. Setelah itu, pembicaraan kita mengalir begitu saja. Terkadang terhenti setelah diantara kita selesai bercerita. Dan.. Hey, ternyata dia tidak se-senga yang aku kira selama ini. Dia bisa bercerita panjang lebar dan menyampaikan pendapatnya dengan santai dan that's nice.
Nggak, aku nggak terpesona. Biasa aja.
"Kamu baru masuk semester ini, kan?" -oke gue kepo-
"Iya, sama kok"
"Tapi kamu emang nggak ngambil MKU apa gimana? Emang bisa, ya?" -fyi, aku nggak pernah lihat dia di kelas agama, kwn, dan MKU lainnya-
"Sebenernya aku tuh udah pernah kuliah sebelumnya."
"Oh iya? Di mana?"
"Di *****. Udah mau lulus sebenernya udah dikit lagi cuma keluar. Padahal udah hapal koding2 segala macam."
"Yah,kenapa? sayang banget padahal."
"Biasalah males segala macem."
"Hmm.. Udah berapa tahun?"
"Dua tiga (read: 23).."
-krik aku sebenernya bukan nanya umur dia. Aku nanya dia udah kerja berapa tahun, gitu. Dan kayaknya dia menyadari itu. Aku juga sih ya nanya random banget-
"Hmm, kalau kerja baru setaunanlah."
"Sayang banget itu padahal kamu sebentar lagi lulus." (Fix gue random abis)
"Iya..tapi udah males mau gimana. Asalnya malah nggak akan kuliah lagi, tapi gue kan cowo. Cowo tuh tanggung jawabnya buat kedepannya. Kalau cewe kan istilahnya kalau udah punya suami, yaa udah, done. Kalau cowo kan terus dong, mau ngasih makan istri sm anak pake apa kalau ga kerja?"
Aku mangut2 aja. Dalam hati aku pikir, namja banget udah mikirin istri sama anak. Something wow aja .hehe. Aku tahu cowo yang berpikiran gitu nggak cuma dia aja.
"Emang di tempat kamu kerja sekarang, ada perbedaan gaji kalau buat yang lulusan SMA?"
"Ngga sih, tapi ya gini deh mikirnya kita sekarang kerja misalnya kita udah ada di comfort zone, udah enak. Tapi kan ya at least kita pasti nggak akan selamanya kerja disitu. Seenggaknya kalau kita mau lamar kerja dan udah sarjana tuh bisa jadi bahan pertimbangan. Karena di beberapa perusahaan tuh percuma kalau kita punya skill sebagus apapun tapi pas lihat ijazah cuma SMA. Apalagi kalau ternyata mereka maunya yang udah sarjana."
Katanya panjang lebar dan aku cuma bisa jawab : "iya, sih. Itu masalahnya." Aku menghela nafas.
"Kamu emang umurnya berapa?" -ah dia juga random sodara-sodara -
"Dua puluh."
"Oh, masih muda." -helow, 23 juga masih muda kali-
"Berarti km kelahiran '93 ya?" Tanya dia lagi.
"Iya, km? '90?" -oke gue sotoy-
"Sembilan satu."
"Hmm.."
"Sebenernya males, sih, tapi gue lihat ternyata masih ada yang lebih 'senior' dari gue yang masih semangat kuliah. Jadi gue agak tenang."
"Iya mereka masih semangat. Ga boleh kalah."
Percakapan pun berakhir setelah abang fotokopian memberikan fotokopinya. Kita berjalan keluar dan nggak ngomong apa-apa lagi. Akhirnya aku coba mencairkan suasana, "kamu langsung pulang, ya?" -fyi, setelah ini aku masih ada kelas kewarganegaraan dan dia ga ngambil matkul itu-
"Iya.. Hmm, selamat puasa, ya."
"Iyaaa, selamat liburan! Hehe" -maksud gue sih selamat minggu tenang-wkwk
Dia ketawa dan berjalan ke tempat parkir. Menghilang karena gelap jadi dia ga kelihatan lagi.
... Wow! Cowo korea yang so so misterius itu ternyata bisa ngobrol banyak juga. Ternyata aku salah dengan penilaianku ke dia yang sia tuh senga, so cool, bla bla bla. Mungkin emang sifat dan image dia aja kaya gitu.
Jadi, banyak sih sebenarnya yang ingin aku bahas dari kejadian itu. Aku agak kurang setuju sama pendapat dia yang cewe tuh ya kalau udah nikah ya istilahnya 'done'. (Done itu maksudnya yaudah lo ga perlu mikirin cari uang karena ada suami lo yg bakal cari nafkah.Gitulah.) Sebenernya nggak se-'done' itu juga sih. Nggak sekasar itu gitu. Karena nggak mungkin juga ya seorang istri nggak bantu suaminya. Unless kalau emang suaminya nyuruh istrinya buat jadi IRT. Tapi, jadi IRT juga bukan berarti istri itu lepas tangan "gamau tau pokoknya duit belanja harus ada bla bla bla" juga. Istri juga bisa usaha bantu suaminya.ya wirausaha. Kecuali kalau istri itu workaholic dan diizinkan suaminya bekerja. Tapi aku rasa ada beberapa suami juga ada gengsi dikit kali ya kalau istrinya kerja. Aku pengen banget bahas ini tapi next post ajalahya kapan-kapan. Intinya, sih dari beberapa teman cowo aku di kampus, mereka kelihatannya bersungguh-sungguh kuliah demi kehidupannya kelak bersama keluarga yang dicintainya. Kurang Namja apa. Ya, mudah2an bukan cuma teori / rencana aja ya mereka bilang kaya gitu :)

Friday 6 June 2014

Sasa Dua


Aku menulis ini pada hari Jumat, 6 Juni 2014 , tepat pukul 11 malam waktu indonesia bagian bandung. Satu jam sebelum sii sasa dua ulang tahun. Kurang so sweet apa coba gue? :v
Sasa Dua
Cianjur, 7 Juni 1996
Aku masih berumur 3 tahun. Aku gembil, rambutku pendek dengan poni rata diatas alis. Orang-orang memanggilku Sasa. Hari itu, aku tidak ingat pagi, siang, atau malam. Yang aku ingat aku duduk di sebuah sofa bersama ayah. Menunggu adikku lahir. Banyak yang tidak aku ingat. Seberapa keras aku mengingatnya, sama sekali tidak terbayang! Tapi, ada satu moment yang masih aku ingat. Ayahku juga.
Entah berapa lama aku duduk di sofa itu. Di ruangan yang menyerupai kamar, ibu sedang berjuang melahirkan adik bayi untuk bisa melihat dunia -melihatku tentu saja- XD . Sepertinya aku asik dengan duniaku sendiri sampai dokter -siapa ya aku gatau- keluar ruangan dan tersenyum. Beliau duduk disamping ayah. Dan lagi, aku tidak ingat apa yang mereka bicarakan, atau mungkin tidak mengerti. Tiba-tiba dokter itu bertanya padaku, "selamat, ya, sasa sekarang punya adik. Adiknya mau namanya siapa?" Aku sambil duduk nggak bisa diam langsung menjawab "Sasa dua." ----
Hanya itu. Itu yang aku ingat ketika sasa dua lahir. Karena setelah menjawab pertanyaan dokter, aku tidak ingat apa yang terjadi selanjutnya.
Entahlah, kenapa harus "Sasa dua" yang terlintas dipikiranku saat itu. Mungkin karena aku sasa pertama yang dilahrikan ibu, lalu dia adalah sasa lain yang kedua dilahirkan. Ya, adikku. Namanya Muhammad Ihsan dan dia tidak pernah dipanggil "sasa dua". Umurnya sekarang sudah 17 tahun, apa 18 ya? Kok aku lupa -_- yasegitudeh.
Kalau melihat album foto ketika aku masih kecil, banyak sih moment bersama sii sasa dua itu, tapi aku sama sekali tidak ingat bagaimana cerita pada saat itu.
Ketika aku SD baru aku mulai bisa membayangkan masa bersama adikku itu. Kita sering bertengkar dan bermain bersama. Sungguh keajaiban dunia. Bertengkar, bermain, bertengkar, bermain. Begitulah hidup kami. Dan kau tahu? Adikku waktu kecil kalau udah berantem atau bahasa bintangya "jakglut", dia suka nyakar! Kaya kucing. Gataudeh tuh ajaran siapa nyakar-nyakar, paling parah sampai kulit aku kelupas. Dan apa? Ya akusih nangis aja sambil ngadu pada ibu dan semua masalah selesai :)) HA HA HA. Tapi tidak jarang dia yang ngadu duluan dan jadi aku yang ditegur. Atau kadang gini, "ih ihsaaan lihat nih tangan uni merah sakit taauuu" *nadanya mau nangis* nanti wajah sii ihsan akan diam dan merasa bersalah. Tapi besoknya gitu lagi. Ihsan -waktu kecil- itu lucu. Wajahnya bundar seperti topi saya. Putih lagi. Kita suka bercanda lari-lari, main boneka atau robot, nonton kartun bareng, -eh, nggak bareng sih itu pasti rebutan channel- hidup ini menjadi lebih rusuh semenjak ada dia XD
Ah, aku jadi ingat banyak. Aku kan suka main rumah2an pake boneka terus monolog, aku suka ajak dia main juga, kadang dia mau tapi cepat udahan dan malah main robot sama monster2 dan bikin cerita yang ceritanya menghancurkan kota dan rumah. Iya! Ngancurin rumah2an yang aku bikin, aku susun rapi. Akhirnya? Berantem lagi.hahaha. Kadang kalau aku lagi sabar aku paling cuma "ih ihsan maaaah." Terus beresin bagian rumah yg hancur dan main lagi. Tapi lebih sering jadi berantem sih. Hahaha. Ah, jadi ingat berantem paling parah tuh dia kayaknya kesel banget ke aku sampai ngejenggut rambut aku itu sakit banget gila -_-
Nggak jarang aku suka ngomel kalau dia habis main nggak diberesin lagi. Tapi dia cuek aja.haha bakat. Ihsan itu kalau main suka mengeluarkan semua mainan, lalu berkhayal dengan mainan yang ada. Mobil terbanglah, apalah. Biasanya dia main dikasur. Karena bantal dan guling bisa dijadikan sarana main. Suka aku gangguin juga sih habis kan aku jadi gaada temen. Egois ye. wkwk.
Kita kalau beli mainan pasti dibeliin seorang satu. Soalnya pasti rebutan. Ampundeh. Kaya waktu itu zaman gameboy, tau kan gameboy? Kalau sekarang mah sebangsanya psp-lah :)) asalnya kan beli satu. Tapi akhirnya beli dua dengan model dan warna yang sama. Dan kita akur deh. ckckck. Tamagoci juga gitu. Dibeliin seorang satu, cuma beda warna aja. Orangtua itu benar-benar, ya, sayang banget sama anaknya :") dan mereka adil. I love you mom, dad.  Mama juga suka buat baju buat aku sama ihsan kembaran gitu bajunya. Haha.
Tahun berganti tahun, dunia kita masih main-main aja. Waktu itu suka main bulu tangkis, dan aku suka ngomel2 kalau nggak 'tung teng' kan males ngambil bola kok terus cape. Jadi main bulu tangkis sambil protes dan akhirnya udahan. Gituaja .hahaha.
Tapi meskipun suka berantem, kalau udah kompak, kompak banget deh :D ciegitu
Yang nggak akan aku lupa adalah sepeda. Aku bisa main sepeda diajarin sama ihsan loh. Super kan ade gue! Sepeda pun kita punya masing2, tapi beda perjuangan. Aku bisa punya sepeda karena waktu itu ranking 2 di kelas. Jadi dibeliin speda sama kakek:D kalau ihsan, itu hadiah sunat .dari kakek juga.hehehe. Tapi asik jadi kita bisa main sepeda bareng setiap pulang sekolah sampai sore, sampai hitam.haha.
Udah uncountable deh moment year by year aku sama "sasa dua" itu. Hmm, selama perjalanan hidupnya, ade gue itu pernah mengalami kecelakaan tertabrak motor. Dan aku saksinya. Itu karena dia yang terlalu lincah, dia berlari tanpa lihat kanan kiri dan ....aku masih ingat banget sih. Pelajaran ya harus hati-hati dimanapun, kapanpun:)
Meskipun aku perempuan, tapi tetap sebagai kakak, aku harus menjaga dan melindungi adikku. Karena dia agak penakut. Ini serius. Haha. Aku bakalan terus jagain adik aku apapun yang terjadi.
By the time, ternyata memang bertengkar itu ada aja ya. Apa adik kakak semuanya ada berantem beranteman? Padahal ceritanya udah sampai SMP, masih aja berebut. Sekarang beda, rebutannya rebutan komputer. Sampai nangis2 deh ampunnn. Ohya, ihsan itu pandai menggambar. Dia bisa menggambar miriiiiip bgt sama aslinya. Dia suka menggambar dan aku akui gambarnya bagus!! Aku pernah minta gambarin Killua, tapi dia selalu nggak mau, huh.
Seiring berjalannya waktu, kita menjalani hidup masing2 ya maksudnya belajar. Kita jarang belajar bareng. Paling sekalikali itupun nggak lama karena kadang aku suka sewot dan yaudah. Tapi, aku nggak mau kalau sampai dewasa masih berantem. Apalagi kalau karena hal sepele.
Ketika dia naik ke SMP, dan aku ke SMA, kayaknya kita udah punya dunia sendiri. Jadi jarang main.hehe. Kita satu SD, tapi SMP dan seterusnya berbeda. Aku pernah bilang "udah SMP uni aja." Tapi dia dengan tiis-nya jawab "ihsan mah nggak mau ngikutin uni." -jleb- so banget emang.wkwk. Yabagus sih dia punya pendirian dan pilihan sendiri buat kejar cita-cita.
Selama ini kayaknya ihsan ulang tahunnya belum pernah dirayain. Memang sih ulang tahun itu bukan untuk dirayakan, tapi disyukuri. Maksud aku dirayain kaya pake kue, makan2 sama teman. Dia nggak pernah ngerasain itu. Kalau aku sih pernah. Tapi dia nggak pernah protes minta dirayai atau apa. dan satu lagi, dia nggak pernah minta apapun sebagai kado atau hadiah. Iya ih aku baru ngeh da.. Eh pernah sih aku beliin martabak keju spesial sebagai hadiah ulang tahunnya. hahaha itusih kesenengan gue XD biar , yang penting apa yang gue senang dia juga senang. buktinya dia terlihat bahagia waktu gu bawa martabak keju yang nggak dipotong dan berbentuk bundar seperti wajahnya waktu kecil.
Kita sekarang sudah bisa dibilang dewasa. Aku suka cerita galau galau ke dia. Lagian dia juga tahu kok siapa yang aku suka, siapa siapa.. Dia pernah baca diary aku dan..yaudah. Nggeus kumaha deui..  buat teman cerita juga kan dia cowo, jadi bisa memberi saran gitu pake kacamata sudut pandang cowo. Ha ha. Asik sih. Jadi suka ngasih nasihat dan saran ke aku -loh kok jadi terbalik ya-wkwk
Tapi jangan salah, kita suka bercanda juga, hereuy2 gitu rame dan kayaknya cuma kita aja yang nyambung.haha. Euron euron euron ma! XD
Ohya, waktu pergantian tahun 2014 juga kita kan bareng2 di bandung. Seru!
Banyak ya ternyata moment dari dia lahir sampai 18 tahun sekarang.. :)
2 januari 2014
Sekarang, ihsan sudah tinggi melebihi aku. Wajahnya tidak bundar lagi. Dia sudah mulai seperti bapak- bapak. Dan banyak gaya. Hehe nggak deng. Eh tapi emang mirip papa. Mau berubah seperti apapun dia tetap adikku. Adikku yang soleh, baik, pintar, sok cool, jaim, dan pikasebeuleun. Sebagai adik, dia juga suka melindungi kakaknya, loh. Dengan caranya sendiri tentu saja.

 Aku pernah bilang ke diri aku sendiri kalau adik aku nggak boleh ngerasain apa yang aku rasain (sedih2nya).  Jadi, aku akan berusaha agar dia bahagia. Azegg XD
Selamat ulang tahun, sasa dua. Terus berjuang, ya.  Uni dan semua yang sayang ihsan mendoakan yang terbaik :v :v :v Jadi harus semangaat!!  Berjuang dan jangan menyerah! Ini baru awal..
Semoga bisa sekolah di sekolah yang kamu inginkan. Aamiin.. Chaayo!
Saengil cukha hamnidaaa!! :D//

Sincerely,
Unii

one time - Justin Bieber


Halo! Waktu nulis ini aku lagi dengerin lagu justin bieber-one time. My playlist nggak akan jadi topic tulisanku kali ini. Karena aku mau nulis tentang sesuatu yang baru saja terlintas dipikiranku ketika aku selesai makan malam. Random emang. Btw, pernah ditakut-takutin, nggak? Waktu masih kecil. Ceritanya lagi main ke rumah saudara atau dikunjungi saudara yg lebih tua, sebut saja kakak sepupu, misalnya. Kita-kita lagi bercanda tiba-tiba sii kakak bilang "de, mama-nya buat kakak yaa. Dadaaah" sambil meluk2 mama kamu. Dan kamu merasa dia akan memisahkan kamu dan mama selamanya. Karena kamu masih kecil, mungkin kamu percaya sii kakak akan mengambil mama. Dan yang kamu lakukan setelah melihat mama dipeluk2 orang lain, kamu akan menangis. Sukur-sukur bisa sambil melepas pelukan sii kakak yang iseng itu.
Atau gini, kamu masih kecil dan  punya adik baru bayi yang mungil imut-imut ngegemesin. Bahagia dong? Dan Kebahagiaan itu akan hilang sejenak kalau ada saudara yang datang untuk melihat adik baru kamu itu dan bilang ke kamu "adiknya buat tante aja, yaaa?" Atau "adiknya om bawa pulang, yaa?" Sambil gendong-gendong adik kamu yang kamunya aja belum boleh gendong dia karena kamu masih kecil. Karena kamu masih kecil, kamu pasti akan menganggap yang mereka katakan itu sungguhan. Pasti kamu refleks dong mengatakan tidak boleh, atau setidaknya menggelengkan kepala ketika ada pertanyaan seperti itu? Malah ada beberapa anak yang langsung menangis kalau ada yang bercanda seperti itu.
See, waktu kita masih anak-anak aja, kita udah punya rasa "tidak mau kehilangan". Mungkin dulu kita nggak sadar kenapa kita seperti itu. Dan sekarang kita tahu kenapa! Kenapa? Jawabannya kalian tahu sendirilah, ya.
Kalau belum ngerti sama yang aku bahas, kalian bisa coba ke adik sepupu, atau anak tetangga atau siapa ajadeh yang punya adik bayi baru. Terus kalian iseng godain "eh, adiknya buat aku aja deh, ya? Mau kakak bawa pulang boleh yaa?" Sambil gendong atau pegang adik bayinya. Dan perhatikan ekspresi mereka. Sebagian mereka akan diam sambil lihat kalian dengan tatapan ga ngerti, sebagian lagi akan menggeleng -dan akan menangis kalau kamu terus godain-, sebagiannya lagi akan mengangguk dengan ekspresi yang sebenarnya nggak rela. Sebagian lagi akan langsung nangis histeris dan kamu akan kena omel mama atau papanya :v
Hal kecil, sih. Bercandaan yang biasa, tapi dari situ kita bisa lihat kalau dari kecil kita  nggak mau orang yang kita sayang diambil orang lain. Beda lagi kalau diambil sama yang sayangnya lebih dari kita, Allah SWT.. 

Thursday 5 June 2014

pikir


"Untuk apa memikirkan orang yang belum tentu -atau kemungkinan besar- nggak mikirin kamu?"
Suatu hari seseorang melontarkan pertanyaan itu padaku. Sesaat setelah aku dengan cerianya bercerita tentangmu. Senyum yang menghiasi ceritaku tentangmu lenyap begitu saja. Dia benar, belum tentu kamu memikirkan aku. Atau bahkan mungkin kamu memang tidak memikirkan aku. Untuk apa? Untuk apa, ya.
Aku jadi bertanya-tanya, apakah tidak boleh memikirkan orang yang tidak memikirkan kita? Bukan tidak boleh, hanya saja sepertinya sia-sia memikirkan orang yang menghubungi kita saja tidak, mungkin.
Sia-sia? Memangnya kalau memikirkan orang yang juga memikirkan kita itu tidak akan sia-sia? Aku rasa sama saja. Yah siasia, manehmaneh. Ehhh.. Hehehe
Aku tidak tahu untuk apa memikirkan orang yang tidak menghubungiku lagi. Kamu. Iya kamuu.hahaha
Tapi yang jelas aku senang. Aku senang memikirkanmu. Ini duniaku sooo what is your problem?
Lagi pula kamu juga tidak tahu kan kalau aku suka memikirkanmu atau setidaknya ingat padamu. Ciegitu
Selama tidak ada yang merasa terganggu aku rasa fine2 aja memikirkan orang yang -mungkin- nggak mikirin kita. Iya nggak, sih?

Dua Puluh Tahun

Tenang, kali ini kita tidak akan bertemu aku 20 tahun lalu. Haha. Dua puluh tahun adalah alasanku 'menolak' orang yang pertama kali ...