Saturday 12 November 2016

Sakit

Ini mimpi. Ya, kan?

Waktu sakit gigi, aku pikir kayaknya lebih baik sakit hati. Dan saat sakit hati datang, aku rasa lebih baik sakit gigi aja. Ya, begitulah aku manusia. Sakit apapun sebenarnya nggak bisa dibandingkan dengan sakit yang menurut kita lebih baik. Nggak ada sakit yang 'mendingan'. Sakit apapun itu rasanya pasti sakit.

Aku bukan lagi anak kecil yang nggak harus berpikir dua kali untuk membiarkan orang-orang di sekitarnya tahu kalau dia sedang sakit atau sedih, bisa menangis di mana saja, atau mengadu pada  ibu dan ayah. 
Aku juga bukan lagi anak alay yang dengan mudah membiarkan orang lain tahu kalau dia lagi sedih. ....... is listening to ..... [lagu yang mendukung suasana hati], update status sedih yang kalau ditanya orang bilangnya "nggak apa-apa." atau bikin video nangis-nangis. Meskipun kenyataannya aku nangis, misalnya.  Ya, aku nangis. Bohong kalau aku bilang aku biasa-biasa saja saat sakit.


Apa kita masih memandang langit yang sama?

Kalau mau aku bisa seharian mengurung diri di kamar, menangis sampai sembab, nggak makan. Tapi... buat apa? Hari ini entah sudah berapa kali aku tidur dan saat terbangun aku bertanya pada diri sendiri "Ini mimpi. Ya, kan?"
Bagaimanapun, sesedih apapun, aku harus tetap tersenyum. Senyum yang kalau diperhatikan memang bukan senyum yang tulus. Hampa. Senyum yang terkesan  memang dipaksakan. Tapi tolong hargai sedikit usahaku untuk itu. Aku tidak sedang pura-pura bahagia. Hanya berusaha untuk tetap kuat saat aku sakit. Dan kau tahu rasanya? 
Sakit.



Dua Puluh Tahun

Tenang, kali ini kita tidak akan bertemu aku 20 tahun lalu. Haha. Dua puluh tahun adalah alasanku 'menolak' orang yang pertama kali ...