Tuesday 12 November 2013

Petualangan Sherina


Petualangan Sherina
“Bandung? Bukan …  di Jakarta?”  
Cuplikan film Petualangan Sherina yang masih aku ingat sampai sekarang.  Aku bahkan hapal setiap adegan, alur cerita, dialog, juga lagu-lagunya. Bayangkan saja, aku mungkin sudah tiga puluh kali menonton film itu. Terakhir aku menontonnya bersama adik sepupu sekitar bulan Maret 2013.
“Bandung? Bukan di Jakarta?” banyak orang, baik itu teman atau saudara yang melontarkan pertanyaan itu padaku. Senyum adalah jawaban pertama yang aku berikan kepada siapapun yang bertanya. Aku sendiri kadang tidak tahu apa arti senyum itu.  Senyum yang bisa berarti aku bahagia dengan aku yang sekarang. Tapi juga bisa berarti ada sesuatu yang aku tidak ingin ceritakan kepada kalian yang bertanya.  –seandainya kalian tahu-
Bandung.  
Di sana ada satu perguruan tinggi negeri yang sempat menjadi impianku ketika aku masih SMA.  Ya, Universitas Pendidikan Indonesia, jurusan Bahasa Inggris. Tapi pada kenyataannya aku tidak memilih universitas itu ketika aku ikut SNMPTN 2011 dan 2012.
Di sana ada satu rumah sakit swasta di daerah Dago yang menjadi saksi perjuangan hidup almarhum nenekku yang setiap dua minggu sekali harus menjalani cuci darah. Aku masih SD dan aku sering ikut menemani nenek pergi ke sana. Sambil menunggu proses cuci darah yang tidak sebentar, aku pernah  makan dan shalat di kampus ITB dan sampai saat ini, masjid ITB adalah masjid yang nyaman.  Mukenanya harum.  Udaranya juga sejuk. Selain itu aku dan ibuku pernah makan di kantin ITB. Makanannya enak-enak dan harganya terjangkau. (kok jadi kaya promosi, ya! Hehe)
Bandung. Aku sendiri tidak tahu kenapa aku begitu tertarik dengan kota ini. Rasanya seperti ada sesuatu yang membuatku merasa nyaman berada di sini, setelah rumah. Padahal aku bisa dibilang jarang mengunjungi bandung. Entahlah.
Sampai saat ini aku masih tidak menyangka pada akhirnya aku –bisa dibilang- tinggal di sini, di Bandung, meskipun bukan sebagai mahasiswa yang dulu aku impikan. Ya, aku kini bukan lagi seorang mahasiswa. Bukan karena aku sudah menyandang gelar sarjana, tapi karena aku sudah memutuskan untuk grad (mulai deh so so jadi idol. wkwk) dari salah satu perguruan tinggi negeri di Jakarta.
Keputusanku sudah jelas membuat kecewa, kaget bahkan sedih semua orang yang peduli padaku. Aku tidak tahu lagi harus bagaimana agar mereka yang telah aku kecewakan mau memaafkan aku.  Tolong jangan mengira aku senang dengan ini. Akupun sedih dan sakit saat itu. Maaf.. maaf.. maaf.. Tapi sekali lagi, ini keputusanku. Dan aku harus siap menerima apapun hasil dari keputusan itu.  Keputusan yang menurut orang-orang yang tidak tahu dan tidak mengerti diku adalah kepputusan yang  ‘gila’ . aku tahu itu.
Tak heran berbagai pertanyaan, opini, atau apapun bermunculan. Pada awalnya aku benci dengan pertanyaan itu. Rasanya aku tidak ingin menjawabnya. Rasanya aku tidak ingin mendengar pertanyaan itu. Rasanya…..
Aku tahu, aku tidak bisa seperti itu terus-menerus. Mencoba menghindar dari pertanyaan itu dan menghindar dari mereka yang bertanya. Waktu dan orang-orang sekitar yang membuatku belajar dan mengerti. Mengerti agar aku bisa berdamai dengan masa lalu.  
Bagaimanapun.. ini keputusanku dan di sinilah aku sekarang. Di Bandung, bukan di Jakarta.  Dan aku akan terus berjuang untuk mimpiku, untuk inginku, untuk ibu, ayah, dan adikku. Untuk orang-orang yang aku sayangi.  Walau apapun yang harus aku hadapi nanti, aku akan hadapi.  Teman-temanku percaya aku bisa. Dan aku harus yakin itu. Semangaaat! Ayo kita semangaaat:)

No comments:

Post a Comment

Dua Puluh Tahun

Tenang, kali ini kita tidak akan bertemu aku 20 tahun lalu. Haha. Dua puluh tahun adalah alasanku 'menolak' orang yang pertama kali ...