Petualangan Sherina
“Bandung? Bukan … di Jakarta?”
Cuplikan film Petualangan Sherina
yang masih aku ingat sampai sekarang. Aku
bahkan hapal setiap adegan, alur cerita, dialog, juga lagu-lagunya. Bayangkan saja,
aku mungkin sudah tiga puluh kali menonton film itu. Terakhir aku menontonnya
bersama adik sepupu sekitar bulan Maret 2013.
“Bandung? Bukan di Jakarta?” banyak
orang, baik itu teman atau saudara yang melontarkan pertanyaan itu padaku. Senyum
adalah jawaban pertama yang aku berikan kepada siapapun yang bertanya. Aku sendiri
kadang tidak tahu apa arti senyum itu. Senyum
yang bisa berarti aku bahagia dengan aku yang sekarang. Tapi juga bisa berarti
ada sesuatu yang aku tidak ingin ceritakan kepada kalian yang bertanya. –seandainya kalian tahu-
Bandung.
Di sana ada satu perguruan tinggi
negeri yang sempat menjadi impianku ketika aku masih SMA. Ya, Universitas Pendidikan Indonesia, jurusan
Bahasa Inggris. Tapi pada kenyataannya aku tidak memilih universitas itu ketika
aku ikut SNMPTN 2011 dan 2012.
Di sana ada satu rumah sakit swasta di
daerah Dago yang menjadi saksi perjuangan hidup almarhum nenekku yang setiap
dua minggu sekali harus menjalani cuci darah. Aku masih SD dan aku sering ikut
menemani nenek pergi ke sana. Sambil menunggu proses cuci darah yang tidak
sebentar, aku pernah makan dan shalat di
kampus ITB dan sampai saat ini, masjid ITB adalah masjid yang nyaman. Mukenanya harum. Udaranya juga sejuk. Selain itu aku dan ibuku
pernah makan di kantin ITB. Makanannya enak-enak dan harganya terjangkau. (kok
jadi kaya promosi, ya! Hehe)
Bandung. Aku sendiri tidak tahu
kenapa aku begitu tertarik dengan kota ini. Rasanya seperti ada sesuatu yang
membuatku merasa nyaman berada di sini, setelah rumah. Padahal aku bisa dibilang
jarang mengunjungi bandung. Entahlah.
Sampai saat ini aku masih tidak
menyangka pada akhirnya aku –bisa dibilang- tinggal di sini, di Bandung, meskipun
bukan sebagai mahasiswa yang dulu aku impikan. Ya, aku kini bukan lagi seorang
mahasiswa. Bukan karena aku sudah menyandang gelar sarjana, tapi karena aku
sudah memutuskan untuk grad (mulai deh so so jadi idol. wkwk) dari salah satu
perguruan tinggi negeri di Jakarta.
Keputusanku sudah jelas membuat
kecewa, kaget bahkan sedih semua orang yang peduli padaku. Aku tidak tahu lagi
harus bagaimana agar mereka yang telah aku kecewakan mau memaafkan aku. Tolong jangan mengira aku senang dengan ini. Akupun
sedih dan sakit saat itu. Maaf.. maaf.. maaf.. Tapi sekali lagi, ini
keputusanku. Dan aku harus siap menerima apapun hasil dari keputusan itu. Keputusan yang menurut orang-orang yang tidak tahu dan tidak mengerti diku adalah kepputusan yang ‘gila’ . aku tahu itu.
Tak heran berbagai pertanyaan,
opini, atau apapun bermunculan. Pada awalnya aku benci dengan pertanyaan itu. Rasanya
aku tidak ingin menjawabnya. Rasanya aku tidak ingin mendengar pertanyaan itu.
Rasanya…..
Aku tahu, aku tidak bisa seperti itu
terus-menerus. Mencoba menghindar dari pertanyaan itu dan menghindar dari
mereka yang bertanya. Waktu dan orang-orang sekitar yang membuatku belajar dan
mengerti. Mengerti agar aku bisa berdamai dengan masa lalu.
Bagaimanapun.. ini keputusanku dan
di sinilah aku sekarang. Di Bandung, bukan di Jakarta. Dan aku akan terus berjuang untuk mimpiku,
untuk inginku, untuk ibu, ayah, dan adikku. Untuk orang-orang yang aku sayangi.
Walau apapun yang harus aku hadapi
nanti, aku akan hadapi. Teman-temanku
percaya aku bisa. Dan aku harus yakin itu. Semangaaat! Ayo kita semangaaat:)
No comments:
Post a Comment