Thursday, 28 November 2013

yeeiyeiyeyy

"Nggak ada satu hari pun, aku nggak mikirin kamu, Riani.."
"Tapi.. Bukan kamu, ta. Bukan kamu yg ada di hati Riani."
-jreng-
andai matamu, melihat aku.. Terungkap semua isi hatikuu. Alam sadarku alam mimpiku. Semua milikmu andai kau tahu. Andai kau tahu.. Rahasia hatiku

Siapa sih, yang nggak tau film 5cm? Nah, di film itu aku paling suka adegan itu. Waktu Genta nyatain perasaannya ke Riani. Waktu Riani bilang bukan Genta yang ada di hatinya tapi Zafran.
Mungkin, kalau aku jadi Genta, aku juga bakal digituin sama orang itu (saha?) yang jelas bukan Riani. Haha -_-

"Nggak ada satu hari pun, aku nggak ngetik nama kamu di kolom 'search' twitter." [ngomongnya ala Genta di 5cm] [terus tiba-tiba di jawab] "tapi.. Bukan kamu, Sa. Bukan kamu yg ada di hati .... *saha*"
Mulai deh aku nge-drama XD
Lagi pula aku nggak akan bertindak kaya Genta. Kenapa? Jawabannya satu: karena aku bukan Genta.
Banyak orang yg bilang, kalau sekarang perempuan ngungkapin perasaan duluan itu nggak aneh. Tapi aku.. ingin ungkapkan perasaan padanya, tetapi aku tak percaya diri. Karena reaksinya terbayang di benakku *teroterotet* yeeiyeiyeyy ~
Skip!

Hah? Aku? Jangankan mengungkapkan perasaan, buat mulai percakapan atau hanya sekadar menyapanya saja.. Aku nggak berani. kkk.
 Lagian.. waalaupun diri ini menyukaimu, kaamu seperti tak tertarik kepadaku. Siiap pata hati kesekian kalinya *yeeiyeiyey* hahaha. Saha atuh -_- hahaha. Udah udah.

Ohya, boleh aku bertanya? *boleh dong*
Aku ingin tahu, siapa orang yg kamu suka saat ini?

Siapa? Kok diem? Hehe.
 Ah, simpan saja jawabannya. Tujuanku bukan untuk mengetahui orang yg kalian sukai, kok :v

Aku tanya sekali lagi, ya?
kamu.. menyukainya, kan?

Saat membaca pertanyaanku, apa tibatiba nama -dia yg kau suka- terngiang ditelingamu? Setelah membaca pertanyaanku, apa kamu sedang membayangkan dia yg km suka?
Atau dia yg kau suka itu melintas begitu saja kaya org yg lagi nyebrang?
Saat ini dipikiranmu sedang ada dia, kan?
Heyyaaah. benar nggaaak?

Hm.. Aku pernah bilang, aku lagi nggak suka sama siapa-siapa. Aku pernah bilang, aku nggak tau lagi suka sama siapa. Karena ..aku emang nggak tau. Tapi, kalau ada yang nanya kaya tadi aku nanya ke kalian: "kamu lagi suka sama siapa?" Yaaa, sama, sih.. Ada seseorang yang melintas di belakangku. *jurig* kkk
Maksudnya, ada lah yang terbayang di benakku *yeeiyeiyeyy* ... siapaa gitu.

Tapi..aku sadar, dia yang kebayang sama aku itu.. Cuma bayangan. Iya, nggak nyata. Aku pikir aku mengenalnya sampai suatu hari aku sadar kalau aku tidak tahu apa-apa tentangnya.
Aku pikir, orang pertama yg kita bayangkan kalau ditanya seperti itu adalah org yg kita suka. Kenyataannya nggak selamanya teoriku itu benar.
Karena saat bayangan dia muncul, aku sadar kalau itu cuma bayangan.
Makanya aku pikir aku memang sedang tidak menyukai siapa pun. Serius.
Dulu aku memang suka padanya, bahkan sempat berharap dia juga merasakan apa yg aku rasakan. Siapa sih, orang yg kalau suka sama seseorang nggak berharap org yg dia sukai juga suka sama dia [sedikit saja] ?

Mungkin karena dia org yg terakhir aku suka (sampai saat ini) makanya masih suka kebayang sekalipun aku udah biasa saja.. ngga biasa aja sih ya gimanaya. Laah kok jadi gue yg curhat -_-

Saat ini..aku memang tidak menyukai siapa-siapa. Siapa?

*play: rahasia hati-Nidji*
Andai kau tahu. Andai kau tahu. Rahasia cintaku ... 

Tuesday, 26 November 2013

Teori "Nggak apa-apa"

"Aku nggak apa-apa."
Kalimat ini bisa punya banyak arti. Katanya, kalau orang (terutama perempuan) ditanya terus jawabnya "nggak apa-apa" berarti sebenarnya dia itu kenapa-kenapa.
Teori yang entah darimana datangnya itu memang ada benarnya, sih.
Pernah suatu hari ada yg bertanya, "sa, kamu kenapa?"
Lalu tanpa berpikir panjang aku jawab,"nggak apa-apa, kok."
Ya, tanpa berpikir.
Karena aku harap, dengan aku jawab seperti itu, dia tidak akan bertanya lagi.
Ya, jawaban itu kadang hanya sebagai alasan untuk membuat orang2 diam dan tidak bertanya lagi. Kadang, kata 'nggak apa-apa' itu juga bisa sebagai kekuatan kita untuk memberitahu kepada diri sendiri dan orang lain kalau diri kita baik-baik saja, atau berharap semua akan baik-baik saja.

Aku sendiri kadang menganggap "nggak apa-apa" sebagai harapan kalau memang semuanya akan baik-baik saja. Ya, harapan. Aku pikir "nggak apa-apa" akan membuat hal yg kita pikirkan akan baik-baik saja dengan sendirinya. aku tahu, itu teori bodoh yang aku punya. Setidaknya, kata 'nggak apa-apa' bisa membuat hatiku tenang sedikit. Ya, sedikit.

Pernah ada yg bertanya seperti ini,
X : kamu kenapa?
Aku : gppa, kok.
X : yakin nggak apa-apa?
A : ...

Ketika seseorang bertanya apakah aku baik2 saja untuk kedua kalinya untuk meyakinkan kalau aku memang baik-baik saja. Aku suka terharu. Haha. Kedengarannya 'lebay' tapi memang itu yg aku rasakan.

Beda lagi kalau seperti ini
X : kamu kenapa?
Aku : gppa, kok.
X : yakin nggak apa-apa?
A : iya, gppa kok.
X : beneran nih? Bener gppa?
A : iyaa.
X : bener gppa, ya?
Nah, kalau buat aku, bertanya lebih dari dua kali itu agak menyebalkan. Secara nggak langsung dia tuh meminta atau mungkin memaksa kita untuk bercerita.

X : kamu kenapa?
Aku : gppa, kok.
X : yakin nggak apa-apa?
(Nah, waktu dia bertanya untuk kedua kalinya ini adalah sebuah pilihan. Menceritakan masalah kita atau tetap memendamnya sendiri. Jadi, pikirkan baik2)
A : ... iya, gppa.
X : yasudah kalau nggak apa-apa.
A : iya.

"yasudah kalau nggak apa-apa" juga punya banyak arti, loh. Ini dugaanku, arti dari "yasudah nggak apa-apa" adalah :
1. "baiklah, kalau memang km tidak atau belum mau cerita."
2. "Aku harap kamu memang tidak knapa2"
3. "Kenapa kamu nggak terus terang saja km knapa?" (Kesal karna gak cerita)
4. "Yasudah. Itu urusanmu."
5. "Baiklah."
Mungkin ada yg mau menambahkan? Hehe

Bonus:
Kalau orang pacaran, biasanya percakapannya kaya gini :
X : kamu kenapa ?
Y : gpp
X : marah ya?
Y : g
X : maaf ya?
Y : y
*tamat*
Akakak.. Nyebelin emang XD artiin aja sendiri kalau itu. Haha.

Yap, Begitulah teori "nggak apa-apa" versi aku. Yeii! Hehe. Namanya juga versi aku, jadi emang cuma berdasarkan pemikiranku saja:)u

Wednesday, 20 November 2013

Happy meeting happy birthday

15 November 2013

hari itu adalah hari Jumat. Kalau menurutku hari Jumat itu hari yang berjalan sangat cepat. entah mungkin perasaan aku aja atau gimana. Siang itu, kebetulan aku nggak bawa bekal dan tiba-tiba aja Pak Dian datang terus senyum-senyum. Hahaha yaa biasa juga suka seperti itu, sih. Tapi ada yang beda hari itu. Senyumnya senyum bahagia dan ternyata benar saja itu senyum ulang tahun. wkwk.
Hari itu, Pak Dian ulang tahun dan kita ditraktir makan pizza. wasiiiik :D haha.
Alhamdulillah Rejeki mah ya ada aja. aku juga kangen makan pizza. hihi.
Singkat kata singkat cerita, kebetulan hari ini ada meeting. Apa yang kalian bayangkan kalau dengar kata meeting? Seluruh staff berkumpul di sebuah ruangan dengan meja panjang dan satu orang berbicara di meja paling ujung?


Meeting ditempatku memang sedikit unik. Kita makan-makan dan berkumpul di ruang tengah. Suasananya tidak formal seperti di film-film. Tapi yang dibicarakan tetap serius.
Meeting selalu dimulai setelah jam kerja berakhir. Biasanya setelah magrib atau kadang setelah isya. Malam banget ya. Kadang aku suka ngantuk karena sudah seharian bekerja, malamnya meeting. Hmm. Ganbatte !
Malam itu, ada yang kasak-kusuk diruangan teh wulan. Karena aku orangnya suak nggak pedulian, jadi aku diam saja. haha. tiba-tiba ada kue dengan lilin yang sudah menyala keluar dari ruangan itu dibawa teh wulan menuju meja tengah. hihi lucu yaa. aku pikir kejutan2 seperti itu hanya ada ketika kita sekolah. Tapi ternyata di lingkungan kerja juga ada. Kita juga menyanyi lagu happy biithday sampbil tepuk tangan. lucu, ya! Aku jadi iikut senang. apalagi aku kebagian kuenya enak. hehe
Pak Dian, Pak Andri, Teh Wulan, Pak Acong (tapi kepotong) ^^
happy happy birthday! Aku yang fotoin :Db
 In Brief, Happy birthday ! and Happy Meeting !

Monday, 18 November 2013

jreng jreng

Sejak saat itu. Aku.. lupa bagaimana rasanya jatuh cinta. Kalian boleh tidak percaya. Tapi aku memang tidak ingat bagaimana itu cinta, bagaimana rasanya jatuh cinta. Entahlah:)

Sunday, 17 November 2013

Tas Dorong


Aku kembali memejamkan mataku. Membiarkan otakku memutar ingatan. Kali ini, aku mendapati diriku sedang duduk di paling belakang, mengenakan seragam putih biru, seragam TK. Teman-teman yang belum aku kenal sebagian sudah mengenakan seragam putih hijau. Tapi aku tidak egitu peduli karena masih ada juga yang mengenakan seragam TK. Ada ibu guru yang sedang berbicara di depan. Entah apa yang sedang beliau katakan. Aku tidak bisa mendengarnya karena aku tidak ingat. Ada 44 anak di dalam kelas itu. Aku belum mengenal mereka semua karena ini adalah hari pertama aku masuk SD. Hanya itu yang aku ingat.
Pada saat istirahat, aku menghampiri ibu yang sedang duduk bersama ibu-ibu yang lain, menungu anak-anaknya.  Aku berlari menghampiri ibu. Dengan senang aku berbisik padanya, “Sasa sudah punya teman. Namanya Nurani.” Lalu ibu tersenyum. “Kenalan lagi sama yang lain.”
“Iya!” jawabku bersemangat. Setelah itu ibu menyuruhku salim pada ibu-ibu yang tidak lain dan tidak bukan adalah ibu dari teman-temanku. Aku juga berkenalan dengan anak-anak dari ibu-ibu itu. Tapi aku tidak ingat siapa.  –flash-
Sekarang aku mendapati diriku sedang tertidur pulas dengan bantal dan guling yang sudah tidak beraturan posisinya. Di samping ada adik dan ibu yang juga sedang tertidur. “Teng!” Suara batu dilempar mengenai pagar besi lantai dua rumahku. Ibu, aku, dan adik sepertinya tidak menyadari suara itu. Mereka tertidur pulas. Aku lucu juga, ya, kalau sedang tidur! Hehe.
‘Tak!’ kali ini suara batu dilempar mengenai pintu.
“Iyaa!” Kata ibu yang langsung beranjak dari tempat tidur. Turun ke bawah membuka pintu.
“Assalamualaikum.” Itu suara ayah. Nada ucapan salam yang khas milik ayah.
Kalau Ayah pulang, beliau memang selalu pulang larut malam. Saat kami semua sudah tertidur. Tanda ayah pulang adalah ada suara lemparan batu.
 Karena kami semua tidur di lantai dua. Kalau hanya mengetuk pintu depan, tidak akan terdengar. Dan hanya ibu yang terbangun mendengar suara itu. Aku dan adikku tidak menyadari kalau ayah sudah pulang.
“Anak-anak udah tidur?” Tanya ayah.
“Udah. Jam delapan juga udah pada tidur. Ayah bawa apa itu?”  Kantong besar yang baru disimpan ayah menjadi perhatian ibu. 
“Bangunin sasa, gih.”
Aku masih berada di alam mimpi yang indah sampai akhirnya aku dengar suara ibu memanggil namaku sambil menggoyangkan badanku. Mau tidak mau aku meninggalkan alam mimpiku dan terbangun. Ibu menaruh benda besar yang masih dibungkus plastik di atas kasur.
Sambil setengah sadar aku membuka plastiknya, dibantu ibu. Sebuah tas! Tas dorong berwarna biru. Ditengahnya ada lambang orang sedang berkuda. Gagangnya berwarna kuning dan sletingnya berwarna emas. Bagus! Ayah membelikan tas dorong ini untukku. “Besok mau pake!” Aku bersemangat.
“Ini buat ihsan.” Sebuah kotak yang berisi  robot-robotan berwarna biru. Robotnya bagus, tapi adikku masih tertidur. Kalau dibangunkan, dia akan menangis. Maklum, masih kecil. Mungkin dia akan
“Ya, tidur lagilah.” Ayah mengelus kepalaku.  
Keesokan harinya, aku memasukkan buku-buku pelajaran ke dalam tas baru. Tas yang bisa didorong dan bisa digendong. Tas dari ayah. Rasanya senang sekali punya tas baru.
Tas ini cukup besar kalau di simpan di bangku. Aku jadi tidak bisa bersandar karena tasku yang besar. Tapi tak apa. Aku senang! Banyak teman-teman yang melihat ke arah tasku tapi tidak berkomentar apa-apa.  Sebagian meledekku, entahlah. Mungkin tas dorong seperti ini masih aneh di kalangan anak-anak SD seusiaku.
Pada saat istirahat, aku bermain-main keluar. Main lari-larian, uwi nagok , dan permainan lain yang menyenangkan sampai bel berbunyi. Pada saat aku kembali ke kelas, aku mendapati tasku sudah tergeletak di lantai. Ada banyak bekas injakan sepatu di bagian depan. Tasku diinjak-injak oleh -entah siapa-. Aku kaget dan langsung membersihkan bekas sepatu dengan tanganku. Bagian depannya penyok karena tertekan, tapi bisa kembali seperti semula. Rasanya ingin menangis tapi aku tahan. Aku hanya diam seakan tidak terjadi apa-apa pada tasku. Berusaha tegar, walaupun sebenarnya sedih sekali. Teman-teman yang melihat kejadian itu pun diam. Membuatku semakin tidak tahu siapa teman yang tega melakukan ini pada tasku.  Teman? Apa orang yang sudah menginjak-injak tasku itu masih bisa disebut sebagai teman?
***
Aku membuka mata. Kejadian itu masih kuingat sampai sekarang. Meskipun samar-samar.  Pada hari pertama aku memakai tas dorong warna biru dari ayah, tas itu diinjak-injak entah oleh siapa pelakunya.  Akujadi trauma untuk memakai tas dorong lagi. Aku tidak memakainya setiap hari. Hanya hari tertentu saja. Tapi setelah itu aku ingat, teman-teman yang lain juga memakai tas dorong. Meskipun begiu, tidak ada yang mempunyai tas dorong berwarna biru seperti milikku. Kerena tas ini spesial ayah belikan untukku. Terima kasih, ayah.

Friday, 15 November 2013

Anting


Waktu aku masih SD, aku merasa berbeda dengan anak-anak perempuan lainnya, aku melihat teman-teman perempuan memakai benda kecil di kedua telinganya. Ya, anting.
Suatu hari, Aku bertanya pada ibuku, "Bu, kenapa aku tidak punya anting?"
"Karena kau tidak mempunyai lubang kecil di telinga."
Aku bercermin dan memegang telingaku. Iya, tidak berlubang. Lalu kenapa teman-teman yang lain memiliki lubang?
"Kebanyakan anak perempuan ditindik saat mereka masih bayi, tapi kamu tidak ditindik."
"Ditindik itu apa?" Tanyaku.
"Ditindik itu dilubangi telinganya supaya bisa pasang anting,"
"Jadi, punya lubang di telinga itu bukan tanda kalau dia itu anak perempuan asli ya, Ma?"
"Kamu ini bicara apa? Tentu saja. Lubang di telinga itu ada karena dilubangi. Bukan bawaan dari lahir." Ibu tertawa kecil sambil mengusap kepalaku.
Aku merasa lega karena ternyata aku sama dengan anak perempuan yang lain. Hanya saja aku tidak ditindik. hiii:D
Tapi, lama kelamaan aku merasa teman-temanku yang memakai anting terlihat lebih cantik.  Apalagi ada anting yang bentuknya mickey mouse, donal bebek, dan tokoh-tokoh kartun lucu lainnya. Aku.. juga ingin punya anting. Aku ingin pakai anting.


   ---FLASHBACK---
Satu persatu anak-anak mau ke depan sambil membawa kertas ke depan. Aku masih berkutat dengan gambarku sambil sesekali melihat teman-teman yang sudah keluar kelas.  
“Ayo, yang sudah selesai boleh istirahat.” Kata Bu Ika.
Tanganku semakin cepat mewarnai gambar laut. Krayon biruku sudah pendek. Ini karena aku terlalu sering menggambar laut dan gunung.
“Kenapa tidak di PR-kan saja, sih?” Gumamku.  
Bel istirahat memang belum berbunyi, tapi anak-anak diperbolehkan untuk istirahat lebih dulu kalau gambar mereka sudah selesai. Lumayan ,kan, jadi bisa istirahat lebih lama!
Aku melihat keluar jendela, ke arah ayunan. Dua ayunan itu sudah dinaiki oleh teman-teman. Banyak teman yang lain berdiri didekat tiang ayunan mengantri untuk bermain ayunan. Ayunan itu memang menjadi wahana permainan favorit anak-anak seusiaku.  
“Siapa lagi yang sudah selesai?” Suara Ibu Ika membuatku kembali fokus mewarnai.
“sedikit lagi. Sedikit lagi.” Aku berbicara pada diri sendiri.
Aku merapikan krayon dan menyerahkan gambarku. Tanpa basa-basi aku berlari ke luar kelas menyusul teman-teman yang lain.
Aku sudah berdiri ikut mengantri untuk bermain ayunan. Antriannya cukup panjang tapi aku yakin aku bisa bermain. Tunggu saja.
Akhirnya setelah sekitar 10 menit menunggu, tiba giliranku bermain. Dengan cepat aku duduk di ayunan dan mulai berayun. Semakin lama semakin tinggi. Aku senang sekali! Rasanya seperti terbang! Tapi.. kebahagiaanku tidak bertahan lama karena bel masuk berbunyi. Aku sudah tidak berayun lagi tapi masih duduk di ayunan. Sedih.
“Masuuuk! Masuuk!” Bobby, sang ketua kelas, berteriak.
“Ah, kamu sih, Sa. Mainnya kelamaan! Aku jadi nggak bisa main. Tuh udah bel lagi!” Rudi mengomel karena belum sempat bermain.
“Apaan aku juga baru kok mainnya!”
"Ih, sasa kamu kaya anak laki-laki! telinganya tidak pakai anting!" katanya sambil pergi ke kelas. Dia memang menyebalkan, apa saja dikomentari.  Aku diam. Disebut seperti anak laki-laki, rasanya aku ingin menangis. Aku tidak seperti anak laki-laki!
---Flashback berakhir---
“Bu, kenapa aku tidak pakai anting? Kenapa telingaku tidak dilubangi waktu aku kecil?” Tanyaku.
“Nggak boleh sama Ayah.” jawab ibu.
Nggak boleh? Kenapa ayah tidak mengizinkan aku pakai anting? Padahal kalau aku pakai anting kan aku bisa terlihat lebih cantik kaya teman-teman lain. Ayah jahat!
“Bu! Aku mau pakai anting!”
“Ya boleh saja. Nanti telinga kamu ditusuk pakai jarum. Kamu tahan sakitnya?”
“Itu sakit ya, bu?”
“Yaa.. sedikit. Tapi sekarang kan sudah ada yang tinggal ditembak.”
Aku membayangkan pistol ditembakkan ke telingaku. Lalu telingaku bolong dan aku bisa pakai anting. Tapi.. pakai pistol? Itu pasti sakit sekali!
“Ah, nanti saja, deh, Bu.”
Sejak saat itu, aku agak kesal pada ayah. kenapa telingaku tidak dilubangi waktu aku masih bayi seperti anak perempuan yang lain? Kan kalau waktu masih bayi, aku tidak akan merasakan sakit. Coba kalau sekarang, pasti rasanya sakit! Kenapa ayah tega banget sama aku? *lebay*
Untuk beberapa hari aku sudah lupa tentang masalah anting. Sampai suatu hari aku teringat lagi dan aku kesal lagi sama ayah.
“Ayah, kenapa aku nggak pakai anting waktu bayi?”
“Buat apa?” Tanya ayah.
“Huh!” Aku tidak menjawab pertanyaan ayah. aku kesal! Aku tidak mau dicium ayah. aku tidak mau memeluk ayah. ini semua karena anting.
“Sasa kok cemberu terus? Jadi jelek.” Kata ibu suatu hari.
“Kesal. Kenapa waktu aku bayi aku nggak dikasih anting! Kenapa nggak boleh sama ayah!”
“Soalnya waktu itu ayah nggak mau lihat kamu menangis. Kalau telingamu dilubangi, kamu pasti akan menangis. Saking sayangnya sama kamu, Ayah nggak mau lihat sasa kecil menangis kesakitan, meskipun itu hanya sebentar.”
Cerita ibu seketika langsung menghapus kekesalan nggak jelasku pada ayah. aku membayangkan masa bayiku yang aku sendiri tidak ingat. Ternyata ayah punya alasan lain yangtidak pernah terpikir olehku. Alasan yang membuatku ingin menangis. Bukan karena aku sedih, tapi karena aku terharu mendengar cerita ibu. Aku bahagia memiliki ayah yang sayang padaku dengan caranya sendiri.

-Sasa-

Thursday, 14 November 2013

Miracle in cell no.7


Kemarin aku baca-baca katanya kemarin itu hari ayah nasional. Aku nggak tahu sejak kapan ada hari-hari yang kaya gitu. Hari air sedunia, hari jomblo sedunia, hari buah, hari apa sedunia. Pokokya banyak, deh! Bagus, sih, setiap hari seakan-akan adalah hari penting yang dikhususkan untuk sesuatu di hari itu.  Intinya sih hari apapun itu. Semuanya itu penting. Tanpa harus diberi nama hari ini hari itu atau apalah itu. Tapi dengan adanya nama-nama hari baru jadi terlihat lebih beragam. Hihi. Coba aja kalau setiap hari spesial itu berpengaruh pada kalender. Hari ayah jadi hari libur nasional, hari ibu jadi libur nasional, hari anak jadi libur nasional, hari ulang tahun jadi hari libur nasional juga. Whoaaa! Asik? Nggak. Sesuatu yang berlebihan itu tidak menyenangkan. Termasuk kalau kebanyakan tanggal merah.
Bicara tentang hari ayah, pasti kita langsung teringat ayah kita, kan?
Ayah. Kali ini aku mau cerita tentang ayah. Oh iya, ada yang sudah pernah nonton Miracle in Cell no.7 ? kalau belum, nonton deh. Kalau udah.. yaudah aja, aku cuma nanya. Hehe. Skip it!

Bukan karena kemarin adalah hari ayah nasional, tapi karena aku tiba-tiba teringat ayah saat mengetahui kemarin adalah hari ayah nasional, aku jadi ingin bercerita tentang ayah.  (apa bedanya?)
Aku akan mengajakmu menembus lorong waktu duniaku. Dunia yang masih aku ingat, bersama ayah .. mau ikut?  
Flashback …
~ Waktuku kecil hidupku amatlah senang. Senang dipangku dipangku dipeluknya. Serta dicium-dicium dimanjakan. Namanya kesayangan ~
Sepertinya aku belum sekolah saat itu. Entahlah, aku tidak begitu ingat. Yang aku ingat.. ayah pernah membawaku pergi ke Jakarta dengan menggunakan motor. Motor yang ayah pinjam dari tukang ojeg langganan tante. Sejak awal, aku tidak mau pergi ke Jakarta kalau tanpa ibu. Tapi ayah bilang kita hanya jalan-jalan. Aku pun duduk di depan ayah. Ayah mengikatkan ikat pinggang dan tali di perutku dan tersambung pada perut ayah. ikatannya sangat kuat. “Biar tidak jatuh,” kata ayah. ibu memakaikanku jaket jaketnya berlapis-lapis. “Biar tidak masuk angin,” kata ibu.
Dari awal aku sudah menahan tangis karena ibu tidak ikut bersamaku. Tapi ayahku bilang kita tidak akan pergi ke Jakarta, hanya jalan-jalan. Awalnya aku senang sekali naik motor bersama ayah. duduk di depan lagi! Tapi ketika motor melaju terus sampai puncak, aku sadar kalau ini memang jalan-jalan. Ya, jalan-jalan ke Jakarta.  
Aku mulai menangis. Meminta ayah untuk putar balik. “Pengen pulang! Pengen pulang!” aku berteriak sambil menangis, mencoba memutar stang motor yang tidak bisa kugerakkan. Aku memukul-mukul tangan ayah agar ayah memutar balik motornya pulang. “Iya, sebentar di depan sana kita putar balik.” Kata ayah.  aku percaya dan tidak menangis lagi. Tapi, ayah tak juga memutar balik motornya. Aku kembali menangis sejadi-jadinya sambil berteriak “Puter balik. Balikin motornyaaa.” (motor dibalikin rek kumaha bisa balik geura? Wkwk)
aku menangis sejadi-jadinya sambil memukul, mencubit, bahkan mencakar tangan ayah. menggoyang-goyangkan tangan beliau supaya memutar arah. Tapi sekuat apapun aku menangis, ayah hanya berkata “iya sebentar tuh sebentar lagi di depan.”
Entah di mana ‘depan’ yang ayah maksud sampai  akhirnya aku tertidur dan ketika aku membuka mata, aku sudah berada di Jakarta. Di rumah nenek. Ayah bohong padaku. Katanya kita nggak akan ke Jakarta, tapi kenapa kita ke Jakarta? Entah apa yang membuatku tak ingin pergi ke Jakarta tanpa ibu. Setelah itu, aku tidak ingat lagi.  Mungkin saat itu  aku tidak bisa apa-apa dan akhirnya aku asik bermain di rumah nenek.  Yang aku ingat, hari itu aku lelah sekali karena aku menangis sejadi-jadinya sampai akhirnya tertidur.
Beberapa tahun kemudian, ayah pernah bertanya padaku apakah aku masih ingat dengan kejadian itu atau tidak. Tentu sajaa aku ingat! Aku hanya lupa kejadian setelah itu. Lupa total. Tak ada bayangan apapun setelah kejadian aku menangis saat itu.
Aku rasa setiap orang tua memang pernah berbohong kepada anaknya. Dan sang anak akan sellau percaya.
Ayah bilang, ayah tidak begitu suka melihatku suka diajak naik ojeg sama tante. “Makanya waktu itu ayah menyewa motor dan mengajak jalan-jalan, biar sasa puas. nggak naik-naik ojeg lagi.” Cerita ayah padaku.  “Ayah takut sasa jatuh. Soalnya sasa tidur pulas sekali, meskipun ayah sudah mengikat ikat pinggang berlapis-lapis. Nggak lagi-lagi,deh.”
Aku tersenyum mendengar alasan ayah. aku pikir waktu itu ayah jahat. Aku pikir waktu itu ayah mau memisahkan aku dari ibu (masih kecil pikirannya udah lebay ya. wkwk). Tapi sekarang aku mengerti.
Seorang ayah emamng punya cara tersendiri untuk menunjukkan rasa sayang kepada anak-anaknya.
Huaa! Mataku jadi berkaca-kaca :’(
Padahal baru flashback pertama. Tunggu flashback2 selanjutnya yaa.. 

Wednesday, 13 November 2013

semacam quotes



                                         aku dapet ini dari tumblr-nya kak @odetrahma ..


Tuesday, 12 November 2013

Petualangan Sherina


Petualangan Sherina
“Bandung? Bukan …  di Jakarta?”  
Cuplikan film Petualangan Sherina yang masih aku ingat sampai sekarang.  Aku bahkan hapal setiap adegan, alur cerita, dialog, juga lagu-lagunya. Bayangkan saja, aku mungkin sudah tiga puluh kali menonton film itu. Terakhir aku menontonnya bersama adik sepupu sekitar bulan Maret 2013.
“Bandung? Bukan di Jakarta?” banyak orang, baik itu teman atau saudara yang melontarkan pertanyaan itu padaku. Senyum adalah jawaban pertama yang aku berikan kepada siapapun yang bertanya. Aku sendiri kadang tidak tahu apa arti senyum itu.  Senyum yang bisa berarti aku bahagia dengan aku yang sekarang. Tapi juga bisa berarti ada sesuatu yang aku tidak ingin ceritakan kepada kalian yang bertanya.  –seandainya kalian tahu-
Bandung.  
Di sana ada satu perguruan tinggi negeri yang sempat menjadi impianku ketika aku masih SMA.  Ya, Universitas Pendidikan Indonesia, jurusan Bahasa Inggris. Tapi pada kenyataannya aku tidak memilih universitas itu ketika aku ikut SNMPTN 2011 dan 2012.
Di sana ada satu rumah sakit swasta di daerah Dago yang menjadi saksi perjuangan hidup almarhum nenekku yang setiap dua minggu sekali harus menjalani cuci darah. Aku masih SD dan aku sering ikut menemani nenek pergi ke sana. Sambil menunggu proses cuci darah yang tidak sebentar, aku pernah  makan dan shalat di kampus ITB dan sampai saat ini, masjid ITB adalah masjid yang nyaman.  Mukenanya harum.  Udaranya juga sejuk. Selain itu aku dan ibuku pernah makan di kantin ITB. Makanannya enak-enak dan harganya terjangkau. (kok jadi kaya promosi, ya! Hehe)
Bandung. Aku sendiri tidak tahu kenapa aku begitu tertarik dengan kota ini. Rasanya seperti ada sesuatu yang membuatku merasa nyaman berada di sini, setelah rumah. Padahal aku bisa dibilang jarang mengunjungi bandung. Entahlah.
Sampai saat ini aku masih tidak menyangka pada akhirnya aku –bisa dibilang- tinggal di sini, di Bandung, meskipun bukan sebagai mahasiswa yang dulu aku impikan. Ya, aku kini bukan lagi seorang mahasiswa. Bukan karena aku sudah menyandang gelar sarjana, tapi karena aku sudah memutuskan untuk grad (mulai deh so so jadi idol. wkwk) dari salah satu perguruan tinggi negeri di Jakarta.
Keputusanku sudah jelas membuat kecewa, kaget bahkan sedih semua orang yang peduli padaku. Aku tidak tahu lagi harus bagaimana agar mereka yang telah aku kecewakan mau memaafkan aku.  Tolong jangan mengira aku senang dengan ini. Akupun sedih dan sakit saat itu. Maaf.. maaf.. maaf.. Tapi sekali lagi, ini keputusanku. Dan aku harus siap menerima apapun hasil dari keputusan itu.  Keputusan yang menurut orang-orang yang tidak tahu dan tidak mengerti diku adalah kepputusan yang  ‘gila’ . aku tahu itu.
Tak heran berbagai pertanyaan, opini, atau apapun bermunculan. Pada awalnya aku benci dengan pertanyaan itu. Rasanya aku tidak ingin menjawabnya. Rasanya aku tidak ingin mendengar pertanyaan itu. Rasanya…..
Aku tahu, aku tidak bisa seperti itu terus-menerus. Mencoba menghindar dari pertanyaan itu dan menghindar dari mereka yang bertanya. Waktu dan orang-orang sekitar yang membuatku belajar dan mengerti. Mengerti agar aku bisa berdamai dengan masa lalu.  
Bagaimanapun.. ini keputusanku dan di sinilah aku sekarang. Di Bandung, bukan di Jakarta.  Dan aku akan terus berjuang untuk mimpiku, untuk inginku, untuk ibu, ayah, dan adikku. Untuk orang-orang yang aku sayangi.  Walau apapun yang harus aku hadapi nanti, aku akan hadapi.  Teman-temanku percaya aku bisa. Dan aku harus yakin itu. Semangaaat! Ayo kita semangaaat:)

Sunday, 10 November 2013

BBBM (Bulan, bintang-bintang, matahari)

Apa kau tahu?
aku memiliki matahari, bintang-bintang dan bulan.
tentu saja benda alam yang aku sebutkan tadi bukanlah matahari, bintang, dan bulan yang sesungguhnya.
mereka adalah keluargaku, teman-temanku, dan sahabat-sahabatku.
kali ini aku akan fokus membahas keluarga, teman, dan sahabat (maunya apasih gue)

kenapa aku sebut mereka matahari, bintang-bintang, dan bulan? karena ..
meskipun matahari tidak selalu hadir di setiap waktu, tapi pada saatnya aku bisa merasakan sinar dan hangatnya baik itu ketika aku sedang senang atau sedang sedih.

meskipun aku tidak melihat bintang-bintang setiap hari, tapi aku tahu mereka selalu ada di sana. dengan cahaya kecilnya yang membuatku seakan mendengar suara "tring tring" saat melihat mereka berkelap-kelip.
Begitu juga dengan bulan. Meskipun dia tidak selalu hadir karena kadang-kadang suka tertutup awan, tapi sinar lembutnya masih bisa menembus awan gelap yang menghalang.
Aku memang tidak setiap malam melihat bulan. namun, ketika suatu waktu melihat langit malam, bulan itu muncul dengan saaangat indah! Cahayanya terang, seakan mengucapkan 'selamat malam' padaku dan juga pada setiap orang yang melihatnya.

Sebenarnya di langit itu kan bukan hanya ada matahari, bintang2, dan bulan aja, ya? di sana juga ada awan, ada ... ada... apa lagi? hehe

Ketika aku merasa senang, aku suka melihat langit sambil tersenyum. kadang, aku melihat matahari senja yang seakan ikut senang melihat senyumku. matahari itu seperti mengucapkan 'selamat istirahat!' dan kemudian menghilang untuk menyinari tempat yang lain.
Aku juga suak melihat bulan yang sepertinya sudah tahu alasan dibalik senyumku tanpa perlu aku ceritakan apa saja yang sudah terjadi di hari itu.
Melihat langit adalah kebiasaanku khususnya, ketika aku sedang merasa bahagia. Tapi, kalau aku lagi sedih, aku lebih sering menunduk dan mengabaikan apapun yang ada di langit. aku membiarkan keseihanku menguasai semuanya .masayaa aku galau? kkk
di saat seperti itu, aku tidak melihat matahari, bintang2, atau bulsn. tapi aku bisa merasakan kehadiran dan kepedulian mereka.
kadang, kalau aku lagi sedih, lagi kehilangan semangat, mereka tetap ada. padahal aku nggak cerita apa-apa. melihat mereka pun nggak. jadi sedih sendiri aja gitu.
banyak hal yang suka aku anggap biasa saja bahkan mungkin aku abaikan. dan aku (aku rasa bukan hanya aku, tapi hampir semua orang) baru tersadar hal apapun itu berharga ketika mereka menghilang.

Aku akan merindukan matahari yang memberikan sinar semangat ketika langit mulai gelap. Tapi aku sendiri tidak selalu menyambut matahari pagi dengan senyuman.
Aku akan merindukan bulan yang setia memperhatikan dan mendengar ceritaku -cerita yang mungkin membosankan dan tidak menarik- ketika bulan itu tertutup awan. 
dan aku akan merindukan bintang-bintang yang berkelip ketika aku merasa kesepian.
Egois, bukan?
Aku matahari, bintang2, dan bulan. tapi aku sendiri tidak tahu apakah aku sudah bisa menjadi benda2 langit itu untuk mereka atau tidak.
tapi satu hal, aku sangat bersyukur bisa mengenal meraka. memiliki keluarga , teman-teman, dan sahabat yang tulus:)
aku tahu, ucapan terima kasih dan sayangku ini tidak akan mengubah apa-apa. karena aku juga tidak ingin mereka berubah. aku ingin mereka terus menemaniku. apapaun yang terjadi, kapanpun, dimanapun seperti benda langit itu.
aku sangat bersyukur.. sangat bersyukur. berada di antara orang2 yang menyayangiku. berada di antara orang2 yang memberikanku semangat meskipun mereka jauh. meskipun kita jarang berkomunikasi.
Terima kasih, ya Allah.. aku mencintai-Mu.
Aku mencintai keluargaku. dan aku menyayangi teman-temanku.

Sasa






Thursday, 7 November 2013

unrequited love

"Sebenarnya  PHP (Pemberi Harapan Palsu) itu nggak ada. Kitanya aja yang (terlalu) berharap." entah itu kata-kata dari siapa, tapi aku sering dengar kalimat itu. dan memang tidak bisa dipungkiri, kalimat itu benar adanya.
sebenarnya nggak ada tuh istilah "Ih, dia mah PHP." helooow, yang berharap siapa dan yang memberikan harapan siapa?
kalau pertanyaan itu muncul, mungkin kebanyakan dari kita akan menjawab sekenanya : "yang beharap adalah aku dan yang memberikan harapan adalah dia. tapi harapan yang dia berikan itu palsu alias PHP !" - are you sure ?
mari kita lebih teliti lagi sebelum menjawab atau mengatakan tentang 'harapan' itu sendiri.
katakanlah yang berharap adalah kita. berharap apa? sebenarnya itu pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban. di sini kita bicara entang mengharapkan seseorang dan sesuatu yang berhubungan dengan seseorang tersebut.
tapi benarkah seseorang yang kita harapkan itu memberikan harapan? kenapa kita men-cap dia sebagai pemberi harapan palsu ketika harapan kita tentangnya tidak mejadi kenyataan?

jujur saja, aku pun pernah (mungkin sedang) merasakan di PHP-in. bukan karena dia yang memberikan harapan palsu, tapi karena anganku yang berharap tentangnya. - azegg
aku sama sekali tidak menyalahkan dia yang aku harapkan. aku hanya merasa sedikit bodoh. kenapa harapanku bisa membuat -hampir- seluruh pikiranku terfokus padanya. kepada dia yang (aku kira) menyukaiku.

aku sendiri tidak tahu sejak kapan perasaan ini muncul. kami memang sudah saling mengenal sejak lama. tapi baru beberapa kali bertemu, terhitung sejak kita saling mengenal.
mungkin kalau kau sempat membaca postingan lamaku, kau akan tahu.
moment saat bersamanya itu membuatku jump jump jump! entah aku yang drama atau apa. tapi aku mulai merasakan aneh dengan perasaanku. aku senang ketika dia menghubungiku meskipun hanya sekadar memanggil namaku. sederhana bukan? apa perasaanku saja yang berlebihan?
aku merasa punya teman baru karena kita memang jarang berkomunikasi sebelumnya. aku pikir hal itu akan terus berlanjut. tapi ternyata aku salah. terhitung sejak aku makan malam dengannya, dia menghilang.
handphone-ku tidak lagi berbunyi pada saat pagi atau malam.
pernah suatu hari akhirnya yang aku harapkan menjadi kenyataan. dia menghubungiku! dia bahkan menanyakan aku "kemana ajaa" . apa itu tandanya dia merinndukanku? atau hanya sekedar basa-basi yang tidak mempunyai maksud dan tujuan?
sayang... percakapan saat itu tida berlangsung lama. tiba-tiba saja tidak ada balasan lagi sampai keseokan harinya, keesokannya lagi.. dan esoknya ...esoknya.. esoknya.. *kaset rusak*
pada awalnya, aku pikir dia sibuk. aku mencoba untuk tidak memikirkan hal itu. berusaha untuk tidak memandangi handphone-ku sambil berharap tanda pesan masuk darinya berbunyi.
pada kenyataannya, aku memandangi handphone-ku setiap malam, aku membuka recent chat dan membaca ulang percakapan kami beberapa hari yang lalu .. dan lama-lama menjadi beberapa minggu yang lalu.
ke mana dia? tanyaku pada diri sendiri. aku juga bertanya kepada beberapa sahabatku yang sudah pasti tidak tahu jawabannya. aku pikir aku ... merindukannya.
sial ! kenapa aku jadi merindukannya seperti ini?
aku sangat merasa canggung jika harus memulai percakapan duluan. karena reaksinya terbayang di benakku ~ yeeiyeiyeyy
setelah beberapa hari, akhirnya aku memberanikan diri untuk memulai percakapan duluan. aku takut.. takut nggak dibalas. ahaha.. eh, tapi dibalas! tapi... balasannya adalah balasan yang tidak bisa aku balas lagi :(
you know, AWKWARD !

aku memutuskan untuk tidak menghubunginya duluan -lagi. tapi aku melanggar keputusanku ketika aku memiliki alasan yang masuk akal untuk mengirim chat padanya. sebut saja modus.
dan LAGI, percakapannya tidak bisa memanjang. jujur aku sedih. tapi aku pikir, dia terlalu sibuk untuk menanggapi chat yang tidak terlalu penting, seperti chat dariku.
aku mulai belajar untuk tidak lagi mengharapkan sesuatu yang aku harapkan tentangnya terjadi. meskipun setiap hari mungkkin ada saja aku mengingatnya. entah sekadar melihat kontanya, atau melihat profilnya.
aku sadar, aku sedang mengharapkan dia -yang 'menghilang' entah kemana- menghubungiku.
bodoh, bukan?

dia PHP ? aku rasa tidak. aku lah yang terlalu berharap. aku terlalu berkhayal jauh tentangnya. padahal, mungkin bisa saja dia tidak memberikan atau mengharapkan apa-apa padaku.
aku sdah terlalu jauh men-drama. karena dia yang membuat dramaku menjadi kenyataan.. beuhh ~

PHP adalah pemberi harapan palsu. pemberi harapan? bagaimana caranya kau tahu dIa sedang membErikan harapan padamu?
pemberi harapan? apakah dia hanya sekedar memberikan harapan saja tanpa berharap? pertanyaan yang belum aku temukan jawabannya.
sama seperti pertanyaanku tentangnya...
kenapa dia 'menghilang' begitu saja? pertanyaan yang bisa membuat pikiranku berpikir yg macam-macam.
jelas kan, tidak ada yang namanya PHP.. yang ada hanya kita yang terlalu berharap.

life must go on! *tepuk tagan*









Dua Puluh Tahun

Tenang, kali ini kita tidak akan bertemu aku 20 tahun lalu. Haha. Dua puluh tahun adalah alasanku 'menolak' orang yang pertama kali ...