Friday, 13 November 2015

Conditionel Tenses Type 3



“Coba aja kalau tadi/kemarin ….”
“Kalau tadi nggak …. mah.”
“Harusnya tadi/kemarin tuh ….”
“Kalau kemarin nggak …. mungkin ….”
(titik-titiknya isi sendiri) Hehe.
Aku rasa semua orang pernah mengucapkannya, kalaupun nggak, at least pernah berpikiran seperti itu.

FYI, aku selalu berusaha untuk tidak mengucapkan kata-kata itu atau sejenisnya. Even ketika kepikiran kaya gitu dan kata-kata itu hampir keluar dari mulutku, otak aku otomatis ngasih warning kaya “It’s useless. Just don’t say that!”
Kalau dalam bahasa Inggris, kalimat seperti itu dikenal dengan conditional sentence type 3.
Benar nggak, ya?
You’re imagining a different past situation that didn’t happen anyway.
Konteks kalimatnya lebih ke penyesalan.
Contoh: “Coba aja kalau tadi gue bawa payung, mungkin sekarang gue nggak kehujanan.”
See? Dia menyesal karena nggak bawa payung dan berandai-andai kalau aja tadi dia bawa payung. Kenyataannya? Dia nggak bawa payung dan kehujanan.
Memang nggak selalu conditional sentence type 3 ini mengandung penyesalan.
Contoh: “Coba aja kalau tadi lo nggak nolongin gue, mungkin sekarang gue udah nggak ada.”
It means dia bersyukur karena tadi ditolongin jadi sekarang dia masih hidup.
Ini ngarang sih. Hehe.

Intinya adalah kurangilah menggunakan mengucapkan kalimat conditional sentence type 3 ini jika itu membuat diri kamu semakin mumet dan berharap waktu bisa diulang lagi. You know it’ll never happen.
Don’t waste your time to think and say something useless.
Semakin kamu sering mengucapkannya, semakin terlihat kamu adalah orang yang tukang ngeluh. 

Aku bilang kaya gini bukan berarti aku nggak pernah ngeluh atau menyesal sama masa lalu, nggak. I’m human too. Tapi aku lebih milih buat nggak mengucapkan kata-kata itu ketika aku berpikir atau merasa seperti itu.

Thursday, 12 November 2015

Boleh Aku Membenci Ayah?



“Ibu, boleh aku membenci Ayah?” 
Air mata yang berusaha aku tahan akhirnya jatuh.
“Boleh aku membenci ayah?” Semakin pertanyaan itu kuulang, semakin banyak air mata yang mengalir.
“Apa aku boleh aku membenci seorang yang kau cintai, Bu?”
“Apa aku boleh membenci orang yang telah menyayangi dan melindungiku sejak aku lahir, Bu?”
“Apa boleh?”
Sakit sekali rasanya seperti ini. Pertanyaan bodoh itu terus terucap dalam hati. Dadaku sesak. Air mata ini sudah tidak bisa kubendung lagi. Aku menangis di samping ibu yang juga sedang menangis. Nafasku berat dan terasa sesak.
Sebagai seorang anak, aku merasa gagal karena telah menangis di depan ibu, meski tanpa suara.
“Mengapa ibu masih bersama ayah?” pertanyaan bodoh itu sempat melintas dipikiranku meski aku sendiri tidak pernah menginginkan hal itu terjadi. Aku tidak pernah ingin. 
“Apa ibu bahagia? Kalau ibu bahagia bersamanya lalu kenapa ibu menangis?”
“Apa ayah mencintai ibu? Kalau dia mencintaimu kenapa dia tidak membuatmu bahagia?”
Aku kecewa. Sebagai seorang anak apa boleh aku kecewa pada ayahnya sendiri?
Tidak ada hal yang bisa kulakukan selain menangis dalam diam. Berteriak dalam hati.

Hingga suatu hari ibu berkata, “Jangan seperti itu. Bagaimanapun kamu juga harus lihat sisi baik ayah yang tetap  bersama kita. Kamu lihat, kan? Banyak ayah orang lain yang malah pergi begitu saja bahkan memilih wanita lain dan meninggalkan keluarganya dan tidak bertanggung jawab? Tapi ayahmu tidak seperti itu. Itu adalah sisi baik ayah yang orang lain tidak lihat. Mereka hanya melihat kejelekan saja tanpa melihat sisi baik. Kamu tidak boleh seperti itu.”

Aku tahu.. sekecewa apapun aku padanya, rasa sayang ini tidak pernah pergi. Bahkan ketika rasa ‘benci’ mulai datang, hatiku terasa sakit.
Bagaimana bisa aku membenci ayah? Aku tidak akan bisa. Bagaimanapun dia ayahku. lelaki pertama yang menyayangi dan menjagaku dengan sepenuh hati.
Sesunggunya.. Aku hanya tidak ingin melihat ibu menangis karena ayah.  
Dan ketika aku mulai berpikir untuk membencinya, Ibu menyadarkan aku untuk menepis rasa benci dan kecewa dengan mengingat dan melihat kebaikannya.
Kebaikan-kebaikan yang hampir tertutup oleh rasa kecewa.  

“Sekarang kamu tinggal pilih: memelihara rasa kecewa yang menjadi benci ini dengan terus mengingat hal buruk, atau mengingat dan melihat kebaikan beliau, mencoba memaafkan dan mendoakannya?” Kata ibu, kedua tangannya dengan lembut mengusap air mataku. Seolah sekaligus mengusap rasa kecewa yang tidak akan aku pelihara. Bagaimanapun, aku sayang ayah. 
- - - - -


Happy father's day!

Monday, 9 November 2015

[Review] Spectre 007



Siapa sih yang nggak tahu James Bond?
James Bond adalah tokoh fiksi yang dibuat oleh seorang novelis bernama Ian Fleming. Dia adalah seorang agen rahasia di Inggris dengan kode nama 007.
Jujur, dari sekian banyak serial James Bond kaya Casino Royale, dan lain-lain (aku cuma tahu Casino Royale)  nggak ada yang pernah aku tonton kecuali ya Spectre ini.
Lah tuh tau Casino Royale? Iya tahu tapi aku nggak pernah nonton.

Jadi, aku mau terima kasih sama Kakak karena tiba-tiba ngirim ini ngajak aku nonton film yang aku belum pernah tahu film James Bond tuh kaya apa. Makasih yaaaa {}
 















Film dimulai dengan menceritakan suasana festival peringatan hari kematian di Meksiko, Dia de Muertos. Festival ini diadakan setiap bulan November selama dua hari di mana orang-orang memakai kostum dan topeng serba tengkorak yang menurut aku itu unik tapi seram sih kaya tengkorak dimana-mana terus gede banget meskipun pake pita atau apa segala macam.

Aku sangat nggak menyarankan kalian ngajak anak atau adik kecil nonton film ini. Dari keterangan filmnya aja sudah ditulis kan D17+ yang artinya film ini memang ditujukan buat orang dewasa. Soalnya kadang aku suka lihat aja gitu ada orang tua yang bawa anaknya nonton film yang kurang pantas buat ditonton sama anak kecil. Mungkin niat mereka baik, ngajak anaknya refreshing nonton bioskop. Tapi buat aku kalau misalnya punya anak, lebih baik pilih film yang kategorinya SU.
Nonton film ini tuh ibarat naik jet coaster selama kurang lebih 2,5 jam. Lagi tenang, tiba-tiba udah tembak-tembakan, berantem, terus tenang lagi. Gitu aja sampai beres. Buat aku film action itu hampir sama dengan film horror: nyeremin. Mungkin karena aku nggak tega lihat adegan kekerasannya yang sadis-sadis banget :( sekalipun aku tahu itu cuma film alias nggak beneran.
For many scenes, I prefer to close my eyes and let my ears “watch” the film, holding his hand tightly.

Karena Kakak sering ngajak aku nonton film yang genre-nya science fiction, action, atau thriller, aku jadi suka sama film kaya gitu asal nontonnya sama Kakak. Haha.  Okay skip, itu bukan review. Wkwk. 
Maksud aku, terlepas dari banyak adegan kekerasan dan sedikit sex scene, film ini bikin nambah ilmu dan wawasan. Aku jadi tahu banyak hal kaya tempat-tempat bagus, mobil-mobil keren, dan belajar kebudayaan negara lain juga.
Kita dimanjakan dengan pemandangan London yang baaagus banget. Bukan Cuma London, ada lagi Austria yang kayaknya dingiiiin banget sampai kerasa (mungkin dingin AC). Sama tempat-tempat lain yang keren!
Semoga someday kita bisa ke sana, ya, Kak! Aamiin.

Nonton film ini tuh kaya sekalian jalan-jalan. Seru! Meskipun ada hal yang nggak masuk diakal karena James Bond-nya super kuat. Nggak diceritain dia makan apa bisa sampai kuat gitu. Soalnya nggak ada adegan makan. Eh, ada sih tapi itu belum berapa suap makan (bahkan kayaknya baru minum) udah diganggu jahatnya. Emang berantem gitu nggak lapar apa?

Kalau ditanya tokoh favorite, aku pilih si Q (read: kyu)! Aku suka. Hahaha. Mirip Kakak sih >.<

Q itu kalem-kalem tengil dan pintarnya itu loh..
Setelah aku google aslinya ganteng gitu yaampun Q! /malah jadi fangirl/ hahaha.
Soo Qt (read: Kyut) hahaha >.< 
 Meskipun ini film action, tapi aku menemukan adegan so sweet yang bikin aku suka sama tokoh James yaitu ketika dia mencari Madeleine Swann. Can’t take my breath the way he shouted her name! “Madeleine!!!” Yagitudeh so sweet banget yaampun melting dah gue.wkwk #SasaKenapa

Buat sebagian orang kayaknya mereka agak kecewa sama film Spectre ini. Bahkan Kakak juga merasa film ini biasa aja, flat gitu. Tapi kalau buat aku sih bagus karena ada Q. #yee -__-

Terakhir, pesan moral yang ada di film ini yang aku dapat sih cukup sederhana tapi ngena. Intinya, membenci orang, sibuk merencanakan sesuatu buat ‘menghabisi’ dia atau untuk merusak kebahagiaan orang itu sama sekali bukan pilihan yang tepat buat menjalani hidup. Kita nggak akan pernah tenang kalau hidup kaya gitu, cape. Ujung-ujungnya aku jadi merasa kasian sama Franz Oberhauser. Kasian banget. Dia bahkan nggak punya orang yang dia cintai dan cinta sama dia.
Nggak perlu buang-buang tenaga atau waktu buat ngurusin orang yang benci sama kita. Fokuslah sama orang-orang yang kita sayang dan sayang sama kita karena bahagia ada di sana.

Sunday, 8 November 2015

Before Spectre


Demi apapun ini aku nulis lagi ngantuk banget yaampun pengen tiduurrrr.
*yawn*
*yawn*
*yawn*
Kembang api adalah sesuatu yang bisa menggambarkan perasaanku saat itu. Karena rasa rindu ini bagaikan kembang api yang akan meledak to infinity and beyond. Syuuuungg! Meledak tapi indah #yea hahahaha. Geli nggak bacanya? Hehe.
Eh, tapi serius memang seperti itu rasanya.
*yawn*
Ini udah uncountable yawn banget >.< mana malam masih lama lagi. *keplak diri sendiri*
.
Sore itu, aku merindukanmu seperti Bandung yang merindukan hujan. Aku rasa Bandung saat itu bahagia karena telah bertemu dengan hujan. Begitu juga aku yang sebentar lagi akan bertemu denganmu.
Hehe. /malah nyengir/ -__-
Pepatah yang mengatakan “Bandung kalau udah hujan pasti macet.” itu benar.  Bandung macetnyaaaa juara! T^T
Sebelumnya aku mau berterima kasih kepada rekan kerja aku yang sudah berbaik hati jadi gojek gratis (kebetulan dia emang gojek juga) nganterin aku ke salah satu shelter travel Bandung-Jakarta di Pasteur. Kalau nggak dianterin mungkin aku bakal sampai ke travel satu jam kemudian.
Oh iya, waktu aku mau ke travel kan hujan tuh, aku nggak mau lah so –so rela hujan-hujanan demi ke Jakarta tempat travel. Bukan karena nggak mau berkorban, hanya saja aku sayang sama diri aku. Kehujanannya memang cuman dari kantor sampai Pasteur, karena ke Jakartanya kan naik travel udah pasti nggak akan kehujanan. Tapi tahu kan di travel itu ada AC, dingin. Aku bisa kedinginan sepanjang jalan bahkan masuk angin. Jadi untuk mengantisipasi itu semua, aku membuat jas hujan dari kantong.  Hihi.
Nah, kalau udah di shelter-nya kan tenang. Aku nggak mau sebut travelnya travel apa kecuali travelnya mau endorse aku. Endorse ke aku please any travel agent >,< #ngarep

Di perjalanan aku maksain tidur meskipun pasti kebangun-bangun. Aku belum pernah tidur nyenyak banget kalau ke Jakarta. Tapi kalau pas ke Bandungnya aku bisa. Malah pernah waktu itu aku ketiduran bangun-bangun udah depan gedung sate terus panik sendiri. wkwk (sekarang aja bisa ketawa. Pas keajadiannya mah pengen nangis takut diculik -__-)
Kenapa aku harus manfaatkan waktu di jalan dengan tidur? Karena……..



Nggak kok nggak salah, emang jam 23:45. Spectre 007!
Film action yang katanya ditunggu-tunggu banyak orang tapi aku baru tahu. Hehe.

Seperti yang kalian ketahui -atau mungkin baru tahu- kalau beberapa hari yang lalu aku ulang tahun.
And he gave me something I never wear for almost –more or less- three years.
He gave me this beautiful watch.

“Biar ingat terus sama Kakak.” Those words really made my smile.
Doumo arigatou ne, daisuki. *hug*
Senang sekali. Senang sekali. Senang sekaaaaaliii /dance refrain –JKT48/
^^

Jam di tanganku #hazeg menunjukkan pukul 23.30. Lima belas menit lagi filmnya dimulai.
Pernah rasain mall milik berdua nggak? Rasanya kaya gitu.
Karena memang udah nggak ada siapa-siapa lagi. Toko-tokonya sudah tutup semua. Bahkan eskalatornya udah mati. Seru banget!! Kaya lagi petualangan! Dan akhirnya sampailah di lantai 3, XXI. Cuma di tempat itu yang masih ada kehidupan.
Terus.. Pernah rasain bioskop milik berdua nggak?
Jadi kita duduk di tempat ter-bioskop milik berdua banget sih kalau buat aku. Senangnyaaa >.<
Pokoknya.. Malam itu aku rasanya kaya ulang tahun! Alhamdulillah :)
Terima kasiiiih.
Udah nulis sepanjang ini aku masih ngantuk aja yaampun si Sasa.
Kapan mau bahas review filmnya nihh -___-
Aduh ngantuk banget ga kuat.
Nanti yah..

Thursday, 5 November 2015

7 Habits of -not Really highly effectives- Me



Judulnya udah kaya buku best seller aje. (itu 7 Habits of Highly Effectives people, Sa -___-)
Kali ini aku mau review kebiasaan -yang sebagian besar sebaiknya jangan di contoh- dan aktivitas aku di kantor.Underline ya, di kantor.
1.       Datang terlambat.
Suatu kebiasaan yang harus aku kurangi. Kurangi dulu lah, nanti bertahap kan. Hehe  #ApaIni. Aku sih sebenarnya bukan sengaja suka datang terlambat. Hanya saja kadang aku merasa rugi kalau datang kepagian #IniApaLagi
Bukan rugi kenapa juga, kadang (di kantor aku) datang pagi sama datang terlambat itu kaya hampir sama aja. Datang pagi udah ditanya-tanya kerjaan (padahal aku sama sekali belum duduk, naro tas, even buka helm) to be honest itu agak annoying buat aku. Then? kena omelan. Datang siang apa lagi. So yeah. Datang siang aja sekalian toh sama aja(?)
Heuras banget ya aku -__-
Please, jangan dicontoh. Kebiasaan ini hanya berlaku buat kalian yang badak kaya aku.
Tapi kalau aku pindah kerja, aku nggak mau jadiin ini sebuah kebiasaan.

2.       Sarapan
Aku jarang sarapan di kost-an kecuali lagi ada roti. Yap, biasanya aku suka beli roti tawar buat sarapan. Kalau lagi nggak ada, otomatis aku nggak sarapan. Paling minum susu, atau minum makanan sereal. Kadang nggak sarapan sama sekali langsung caw aja gitu. Sarapannya di kantor. Bisa mampir beli bubur, gorengan, atau seduh susu di kantor. Bisa juga ke warung beli beng-beng tiga atau empat. Karena katanya kan coklat itu bisa jadii energi yang lumayan besar.
Nah, aku kan suka siang tuh ya nyampe kantor, biasanya aku suka bikin alibi gini: ke kantor dulu ngabsen. Habis itu kucluk-kucluk caw beli bubur, gorengan, atau beng-beng. Karena kadang kalau aku beli sarapan dulu yang ada jatohnya aku makin siang datangnya (kelihatan di absen). Cerdas bukan? Ehehehe. *peace*

3.       Lupa pakai kacamata
“Emang mata kamuu minus?” adalah pertanyaan awal-awal aku pake kacamata.
“Nggak.”
Lah terus ngapain pake kacamata? (tuh ini aja aku ngetik nggak pake kacamata. Pake dulu ah)
Okay, jadi sekitar tiga tahun yang lalu, aku merasa ada yang nggak beres sama mata aku jadi periksa mata. Dan setelah di tes pake dua alat, yang pertama itu Autorefraktometer, alat yang kita tempelkan mata kita terus suruh jangan ngedip gitu. Waktu diperiksa pakai alat ini, aku lama banget karena ‘nggak dapet-dapet’ (aku lupa dokternya bilang apa).
Yang kedua pakai phoroper, itu loh yang kita duduk,terus harus sebutkan angka dan huruf yang ada depan kita. Hurufnya terdiri dari berbagai ukuran.
Aku harus dua kali datang ke sana karena sepertinya keluhan aku itu bukan masalah biasa yang sekali perikasa “oh kamu matanya minus sekian.” gitu bukan.
“Ini kasusnya langka dan agak sulit.” Kata beliau. “Jadi karena bla bla bla (penjelasan ilmiah yang aku nggak ingat bahasanya) mata kamu butuh lensa khusus yaitu lensa prisma dan lensa ini kalau di Indonesia masih kurang bagus, saya harus pesan ke teman saya yang ahli mata juga di Singapore.” Aku langgsung ‘deg’ berapa harganya nih kacamata kalau udah jadi.
Aku iseng google kan, lensa prisma itu buat apa? Dan dari informasi yang aku dapat, lensa prisma itu buat kasus mata juling(?), gangguan berupa perbedaan garis pandang kedua mata saat melihat objek. Salah satu mata dapat tepat ke satu titik objek, sedangkan garis pandang mata yang satunya lagi meleset dari titik objek.
Aku langsung ngaca dan sama sekali nggak menemukan ada yang aneh sama mata aku. Tapi memang keluhan aku waktu itu adalah aku nggak bisa jahit lurus dan itu sangat menggangggu.
Dan saat kacamatanya jadi, beliau nggak mau sebutin berapa harga kacamatanya.
Terima kasih sudah membantu aku.
Kacamata ini memang tidak harus aku pakai sepanjang hari. Pakainya kalau lagi aktivitas baca, depan komputer, gitu-gitu aja.
Nah, karena aku sayang sama mata aku, apalagi sama kamu :")
jadi aku suka pakai kacamata meskipun suka lupa dan malas(?) Iya enggak iya.. aku nggak akan malas pakai kacamata lagi. Biar sembuh!

4.       Asik sama dunianya sendiri
Aku bukan tipe orang yang suka ‘rumpi’ kalau di kantor. Aku lebih suka duduk baca koran, atau pakai headset mendengarkan lagu sambil kerja. Aku lebih sering mendengarkan rekan-rekan yang tanpa aku minta suka cerita tentang kehidupan mereka. Bukan berarti aku introvert gimanaa gitu. Aku juga suka kok cerita (kalau ditanya) hehehe.
Kebetulan aku di tempat aku ini sendiri. Jadi, yaaa gitu.

5.       Paling sering bolak-balik ambil minum
Selain biar badan gerak (nggak duduk terus), ini adalah salah satu usaha aku buat sehat dan tujuan utamanya sih biar muka aku mulus. Hehehe.  *wink*
Aku banyak baca katanya tips biar muka nggak jerawatan itu harus banyak minum air putih. Jadi kalau malas minum, aku suka bilang gini ke aku “mau mulus ga? Minum!” and it works anyway. Coba deh!
Selain minum, aku suka jajan buah-buahan juga. Karena merawat muka itu nggak bisa cuma pakai skin care aja. #Laah #JadiKayaIklan

6.       Tidur
Tentu saja tidur pada waktunya yaa. (yang ini boleh dicontoh). Waktu istirahat biasanya habis makan atau solat, pas masih ada waktu buat istirahat, aku tidur.
Buat aku sih ini lumayan. Apalagi ketika penat dan merasa butuh banget istirahat. Apalagi buat karyawan+mahasiswa seperti aku ini harus istirahat cukup jadi harus benar-benar bisa manfaatkan waktu buat istirahat meskipun sebentar. Heheh #ngeles
Dan aku ngggak pernah kebablasan tidur gitu kecuali kalau aku lagi sakit.

7.       Pulang paling akhir
Ini bukan kebiasaan banget, sih. Ini kadang-kadang aja kalau misalnya aku datang kesiangan. Ya aku juga tahu dirilah. Datang siang, pulangnya pun lebih sore. Jadi sebenarnya meskipn aku datang siang, itu sama sekali nggak mengurangi jam kerja. #MasihAja #ngeles

Dari kebiasaan-kebiasaan ini ada kebiasaan yang baik, ada yang buruk. Pertahankan yang baik, tinggalkan yang buruknya. Ayo!

Dua Puluh Tahun

Tenang, kali ini kita tidak akan bertemu aku 20 tahun lalu. Haha. Dua puluh tahun adalah alasanku 'menolak' orang yang pertama kali ...