Monday 5 October 2015

The Martian


Semua berawal saat kita (kiiiita?) ehm.. maksudku, aku dan kak Aldi mencari mushola di BEC.
----------------------------------
Sudah pada tahu, kan? Sekarang BEC jadi ada dua.
Kalian pasti pernah mendengar  percakapan seperti,
A: “Eh, kalau mau beli X (X: handphone, laptop, tablet, kamera) yang murah dimana, sih?”
B: “Ke BEC aja, atuh.”
Atau
A: “Ciee, hp baru. Beli di mana?”
B: “Di BEC.”
Kok aku kaya promosi BEC gini, ya? Hahaha.
BEC itu dari dulu terkenal sebagai tempat jual beli barang elektronik. Nah, sejak ada ‘tetangganya’, BEC 2, kini image BEC sudah tidak identik dengan pusat jual beli elektronik saja. Menurut aku, point dari BEC 2 masih sama dengan BEC yaitu jual beli barang elektronik. Hanya saja, di BEC 2 ada supermarket,  banyak tempat makan, dan bioskop. Asik, kan?
Ok, cukup tentang BEC-nya, aku mau cerita lagiii..
------------------------------------
“Shalat dulu, yuk.” Katanya saat kita mulai berjalan tanpa tujuan di BEC. Jam di ponsel menunjukan pukul 18.15 waktu Indonesia BEC(?) hehe. Sudah waktunya shalat magrib.
“Mushola di sini di mana, sih?” Tanyaku.
“Ada di basement.”
“Basement di sebelah mana? Masa Cuma di basement?” Tanyaku lagi, mulai ngeyel. Heheh.
“Kakak kan pernah.”
“Tapi kayaknya nggak mungkin mushola cuma ada di basement. Di BEC 2 emang nggak ada?”
Bukan karena aku malas ke basement, hanya saja aku yakin di BEC 2 yang masih terbilang gedung baru itu pasti ada mushola. Intinya sih aku penasaran sama mushola di BEC 2. Hehe..
“Mas, kalau di sini mushola di mana, ya?” Tanyaku kepada petugas kebersihan yang kebetulan berpapasan. Si petugas kebersihan ini tampak masih sangat muda sepertinya baru lulus sekolah.
“Oh, ada di atas dekat cgv blitz.” Katanya sambil menunjuk arah atas dengan ibu jari.
“Di atas, ya? Makasih.”
Sesampainya di atas, kita tidak menemukan petunjuk letak mushola. Akhirnya nanya lagi ke satpam. Ternyata kita harus naik satu escalator lagi. Come on! Setelah anak tangga yang kita injak sampai ke atas, bukannya menemukan mushola kita malah menemukan tempat yang eye catching karena desain interior yang unik dan banyak lampunya, cgv blitz.

           
“Hwaaaa.” (dalam hati) #MulaiKan #Norak
“Ini cgv, musholanya mana?”
Orang terakhir yang kita tanya adalah bapak-bapak petugas yang memakai seragam. Ternyata musholanya ada di sebelah kiri cgv (nggak kelihatan kalau lihatnya dari jauh). Otomatis kita jadi tertarik lihat-lihat poster film.
“Ini nih, The Everest.” kata Kakak melihat poster ‘now showing’.
“Oh sh*t, ada The Martian!” Kata Kakak lagi sambil nunjuk poster The Martian. Aku yang dari tadi masih terpesona sama tempatnya jadi ikut lihat poster itu. Sepertinya ini film yang Kakak tunggu-tungu karena Kakak langsung excited pas lihat posternya ada di bagian now showing.
“Yang mainnya Matt Damon. Kamu tahu nggak?”
Matt Damon?
 Untuk urusan film, kalau dibandingkan sama Kakak aku memang nggak tahu apa-apa. Hehehe.
“Film apa ini teh?” Tanyaku karena aku belum terbayang sama sekali itu film tentang apa setelah melihat posternya. Bodohnya lagi, pada awalnya aku pikir ‘martian’ itu nama orang. Padahal kan martian itu artinya mars. Baka.
“Ini tuh film astronot.”
“Waaah!!” apa yang aku dengar barusan? Astronot? Wihii.. Seru kayaknya.
“Duh, bingung Everest apa The Martian, ya? Coba lihat jam berapa tayangnya?” Kata Kakak.
“The Martian bagus ga? Tuh, The Martian 19.15. Kalau Everest malam banget jam Sembilan.”
Kita duduk dulu di kursi kayu tinggi yang ada meja bundar dihiasi bunga kecil sambil google lihat rating dan review The Martian di google. Nggak sampai baca review-nya, pas lihat rate-nya banyak bintang…
“Wah, bagus! Udah, The Martian aja. Pesen dulu, deh.” dan Kakak langsung ke tempat tiket.
 Di tempat beli tiket, seperti biasa petugasnya bilang “Mau sekalian pocorn-nya? Bisa diambil nanti.”
“Nggak usah lah.” Kata aku. Aku pikir filmnya sebentar jadi kalau mau minum atau makan cemilan nanti aja habis nonton.
Tapi akhirnya beli setelah dia bilang “filmnya lumayan lama. 2,5 jam.”
Aku langsung “Eh, boleh, deh.” Hehehehe.
Tidak sampai disitu, dia sempat ‘merayu’ kita untuk membeli paket popcorn jumbo yang lebih mahal waktu aku bilang aku mau rasa popcorn-nya dicampur, manis sama asin, karena kalau mau dicampur ternyata harganya beda lagi. Akhirnya, untuk popcorn kita pilih yang asin dan minumnya dikasih tiga pilihan: coca cola, lemon tea, dan milo.
“Kakak coca cola. Kamu apa?”
“Aku… milo aja.”
“Susu? Nanti kamu tidur lagi kalau minum susu.” Komentar Kakak.
“Ih, nggak akannn.” Kata aku agak malu soalnya si petugas penjual tiket itu ngetawain. HAHAHA – lahh aku juga ketawa.wkwk. Tapi aku tetap pada pendirianku mau minum milo dan aku akan buktikan kalau aku nggak akan tidur hanya karena nonton sambil minum milo.





Done! Shalat dulu. Musholanya cukup nyaman. Ada tempat penitipan sepatu gratis. Jadi tidak berserakan di lantai. Setelah itu kita langsung ambil makanan dan duduk di lounge yang disediakan. Keren tempatnya aku sukaaaa >.<
“Jadi nonton.. Kamu sih ngajaknya ke sini, pas lagi ada filmnya. Coba kalau ke basement.” Kata Kakak. Hahahaha. Bukan, Kakak bilang gitu bukan menyesal karena jadi nggak sengaja ke cgv blitz cuma kita tuh sama sekali nggak ada rencana buat nonton. Eh, jadi nonton. Inikah namanya takdir? Hehe #ApaSihSaa
Sebenarnya aku pengen banget foto-foto yang banyak.
“Jam tujuh kita masuk, yaa. Filmnya kan mulai jam 7.15.” Kata aku sambil foto-foto.
“Ini udah jam tujuhh.”
“Yaaaah..” sedih banget padahal belum puas foto-fotonya :(
Mau nonton apa mau foto-foto, Sa?
Yayaya, Let’s go! Studio nomor 7.  Backsound film Harry Potter please, karena pas kita jalan ke studio 7, suasananya seperti di Hogwarts! Hihi. #GirangSendiri
"Aku juga mau (foto)."

Aaand, Happy watching! Ihiiyy.
Dari awal film ini udah bikin penasaran sampai akhir.
 -------------------------------------
Dua setengah jam kemudian…..
*yawn* aku seneeeeeng bangettt!!!
Gimana filmnya?
Hmm, aku di sini nggak mau spoiler jadi intinya fim ini bagus banget. Ada beberapa scene yang aku hampir nangis tapi nggak jadi. Hehe. Ada banyak alasan kenapa aku berani bilang kalau film ini bagus:
Pertama, film ini mengajarkan kita bahwa ilmu pengetahuan yang kita dapat dari sekolah, kampus, belajar sendiri, atau dari manapun itu berguna untuk bertahan hidup. Jadi sebenarnya nggak ada hal yang sia-sia dari apa yang sudah kita pelajari di sekolah apalagi kalau kita perdalam ilmunya seperti biologi, matematika, kimia, psikologi, sampai fisika sekalipun.  
Kedua, di film ini nggak ada adegan tujuh belas keatasnya jadi cocok buat ditonton sama semua kalangan.
Ketiga, film ini ngasih tahu kita kalau sekalipun kita merasa sendirian, kita ngggak boleh diam aja meratapi nasib kaya misalnya kamu terdampar di Mars terus diam aja karena mikir “Ah, da mau ngapain juga aku bakal mati.” Nggak boleh gitu! Kita harus berusaha bertahan hidup.
Keempat, bagus atau tidaknya film dapat dilihat dari cepat atau tidaknya penonton meninggalkan ruangan. Dan aku perhatikan, sampai lampu bioskop sudah terang, semuanya masih duduk, nonton. Biasanya kalau bioskop sudah terang (meskipun filmnya masih ada, ya udah ending-ending gitu) kan ada aja yang keluar. Kali ini nggak ada. Baru pas kredit cast muncul mulai deh pada pulang.
Ah, pokoknya banyak banget, deh. Habis nonton ini aku jadi nggak mau jadi astronot. Hahaha.

Salah satu adegan yang paling aku suka saat Mark Watney nitip pesan untuk orang tuanya dan bilang “thank you for being my parents.” Itu, sih, yang bikin aku mau nangis tapi nggak jadi karena scene langsung berubah jadi menegangkan.
Terus aku suka pemandangan luar angkasa. Ini romantis karena kan layarnya gede jadi aku rasanya kaya lagi lihat bintang-bintang sama Kakak -aja-.
Terus penonton yang lain?
yang lainnnya ga keliatan. Gelap. wkwk.
Anyway, aku nggak tidur lohhh. Sempat agak ngantuk, sih. Sempat ingin nyenderin kepala aku ke pundak Kakak tapi gajadi, takut tidur. HAHAHA.
Satu lagi, aku agak bingung juga sama tingkatan lantai di BEC. CGV blitz itu, kan, ada di lantai 3. Tapi kenapa pas pulang aku sama Kakak harus turun 4 eskalator? Hiiiii..
Di jalan pulang……….
“Keren, kan, filmnya?” Tanya Kakak.
Aku mengangguk, “Iya, keren.” Jawabku sambil melihatnya yang sudah melihat ke jalanan, tersenyum.
Sebenarnya yang bikin filmnya jadi keren itu Kakak. Karena aku nontonnya sama Kakak, makanya jadi keren.” Kata aku dalam hati. Kenapa dalam hati? Karena kalau aku bilangin, pasti Kakak bakal -___- hehe. Kalau suatu saat Kakak baca tulisan ini, mungkin sekarang Kakak juga lagi -___- (?) *peace*
Terima kasih sudah ngajak aku ‘ke luar angkasa, ke planet Mars’:D 
such a cozy lounge >,<
I miss you ALreaD[y].


No comments:

Post a Comment

Dua Puluh Tahun

Tenang, kali ini kita tidak akan bertemu aku 20 tahun lalu. Haha. Dua puluh tahun adalah alasanku 'menolak' orang yang pertama kali ...