Friday, 23 October 2015

Kamu tahu nggak?

Kamu tahu nggak?
Siapa yang paling sakit ketika dia sakit hati?
Siapa yang paling merasa terpukul melihat dia ‘disakiti’, dikecewakan orang?
Bukan. Bukan dia.
Orang tuanya. 

Rasa sakit yang dia rasakan itu belum seberapa dibanding perasaan mereka melihat dia, anaknya, ‘terluka’.
Meski tidak akan sama, aku yakin kamu pernah sakit hati. Jadi aku pikir, setidaknya kamu tahu bagaimana rasanya(?) Dan aku yakin kamu pun nggak mau sakit hati. Nggak mau disakiti, dikecewakan, dibohongi, apalagi dikhianati.

Lalu kenapa kamu menyakitinya?

Bukankah orang tua dia adalah orang tua kamu juga?
Kamu ingat bagaimana kamu datang ke rumahnya, wanita yang kamu sayang, dengan membawa keluarga besarmu meminta izin pada orangtuanya untuk melamar dan akan menikahi dia yang kamu cinta? Wanita yang kamu pilih untuk menjadi teman hidupmu.
Kamu menikah untuk apa? Untuk hidup bahagia bersamanya, kan? Untuk membahagiakannya, kan? Membangun keluarga bersamanya, kan? JAWAB!

Lalu kenapa kamu menyakitinya?

Apa kamu ingat bagaimana perasaanmu ketika orangtuanya menerima kamu sebagai pendamping hidup putri mereka? Apa kamu ingat apa yang dikatakan mereka padamu untuk menjaga, melindungi, membimbing, menafkahi dan membahagiakan putrinya?
Mereka  merawat, mendidik, membesarkan dia yang kamu sayang sampai dia tumbuh menjadi wanita yang bisa membuatmu jatuh cinta. Tanpa mereka kamu tidak akan pernah bertemu dengan wanita secantik dan sebaik dia.

You know, you’re not the ONLY man in this world, dude. 
Apa kamu pernah berpikir kenapa, dari dari sekian laki-laki yang ingin menikah dengannya, kamu yang mereka izinkan menjadi pasangan hidup anaknya? Mereka setuju anaknya menikah denganmu itu berarti mereka sudah memberikan kepercayaan penuh padamu untuk menjaga putri mereka.
Mereka percaya padamu.

Mereka percaya.

Dibalik sikapnya yang dingin, seorang ayah menyembunyikan betapa ‘berat’ melihat putri kecilnya ‘diambil’ oleh pria lain. Tapi kamu berhasil meyakinkan secara tersirat bahwa “putri kesayangan Bapak akan hidup bahagia bersama saya”.
Apa kamu sadar betapa beruntungnya kamu diberi kepercayaan itu?

Lalu kenapa kamu menyakitinya?

Mereka yang kamu kecewakan sebenarnya sama sekali tidak ingin jawaban dari pertanyaan “kenapa kamu menyakitinya?” 
They really don’t need your bullshit reason.

Dalam kehidupan pasti ada masalah, bicarakanlah terus terang. Bukan malah kamu menjadikan wanita lain sebagai solusinya. Setiap manusia pasti memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Kamu telah memutuskan untuk menikahinya itu berarti kamu siap menerima semua yang ada pada istri kamu. Semua.

Dia bukan seorang yang sempurna, begitu juga kamu. Kamu pikir kamu sempurna, hah!?

Dia bisa menerima kekuranganmu, menyembunyikan kelemahanmu dari orang lain. Dia tidak pernah mengumbar kekuranganmu pada orang lain, cukup dia yang tahu apa saja kekuranganmu, biar orang lain melihatmu sebagai sosok suami yang ‘sempurna’. Dia benar-benar menjadi ‘pakaian’ untukmu.
Lalu kenapa kamu ….?   
Wanita seperti apa (lagi) yang ingin kamu jadikan pasangan hidup?
Semua tahu akan selalu ada wanita yang (terlihat) lebih cantik, (terkesan) lebih baik, lebih cerdas. Semua juga tahu akan selalu ada pria yang (terlihat) lebih tampan, lebih baik, lebih kaya, lebih segalanya. Daripada kamu.  
Tidak cukupkah rasa bersyukur kamu selama ini? 
Tidak cukup kuatkah iman kamu?
Terkadang aku ingin bertanya pada kalian pria yang merasa sempurna dan tidak bertanggung jawab, kalian itu sebenarnya laki-laki apa bukan?

Then which part of cheating is challenging?
Constantly lying? Hiding your feelings?
What about loyalty? Stick to the commitment you made earlier even though you met better, prettier, nicer, than your partner. Isn’t it more beautiful than anything? Yes, it is. 

No comments:

Post a Comment

Dua Puluh Tahun

Tenang, kali ini kita tidak akan bertemu aku 20 tahun lalu. Haha. Dua puluh tahun adalah alasanku 'menolak' orang yang pertama kali ...