Kamu tahu nggak?
Siapa yang paling sakit ketika dia
sakit hati?
Siapa yang paling merasa terpukul
melihat dia ‘disakiti’, dikecewakan orang?
Bukan. Bukan dia.
Orang tuanya.
Rasa sakit yang dia
rasakan itu belum seberapa dibanding perasaan mereka melihat dia, anaknya, ‘terluka’.
Meski tidak akan sama, aku yakin
kamu pernah sakit hati. Jadi aku pikir, setidaknya kamu tahu bagaimana rasanya(?)
Dan aku yakin kamu pun nggak mau sakit hati. Nggak mau disakiti, dikecewakan,
dibohongi, apalagi dikhianati.
Lalu kenapa kamu menyakitinya?
Bukankah orang tua dia adalah orang
tua kamu juga?
Kamu ingat bagaimana kamu datang ke
rumahnya, wanita yang kamu sayang, dengan membawa keluarga besarmu meminta izin
pada orangtuanya untuk melamar dan akan menikahi dia yang kamu cinta? Wanita
yang kamu pilih untuk menjadi teman hidupmu.
Kamu menikah untuk apa? Untuk hidup
bahagia bersamanya, kan? Untuk membahagiakannya, kan? Membangun keluarga
bersamanya, kan? JAWAB!
Lalu kenapa kamu menyakitinya?
Apa kamu ingat bagaimana perasaanmu
ketika orangtuanya menerima kamu sebagai pendamping hidup putri mereka? Apa
kamu ingat apa yang dikatakan mereka padamu untuk menjaga, melindungi,
membimbing, menafkahi dan membahagiakan putrinya?
Mereka merawat, mendidik, membesarkan dia yang kamu
sayang sampai dia tumbuh menjadi wanita yang bisa membuatmu jatuh cinta. Tanpa
mereka kamu tidak akan pernah bertemu dengan wanita secantik dan sebaik dia.
You know, you’re not the ONLY man
in this world, dude.
Apa kamu pernah berpikir kenapa, dari dari sekian
laki-laki yang ingin menikah dengannya, kamu yang mereka izinkan menjadi pasangan
hidup anaknya? Mereka setuju anaknya menikah denganmu itu berarti mereka sudah
memberikan kepercayaan penuh padamu untuk menjaga putri mereka.
Mereka percaya padamu.
Mereka percaya.
Dibalik sikapnya yang dingin,
seorang ayah menyembunyikan betapa ‘berat’ melihat putri kecilnya ‘diambil’
oleh pria lain. Tapi kamu berhasil meyakinkan secara tersirat bahwa “putri kesayangan Bapak akan hidup bahagia
bersama saya”.
Apa kamu sadar betapa beruntungnya
kamu diberi kepercayaan itu?
Lalu kenapa kamu menyakitinya?
Mereka yang kamu kecewakan sebenarnya
sama sekali tidak ingin jawaban dari pertanyaan “kenapa kamu menyakitinya?”
They really don’t need your bullshit reason.
Dalam kehidupan pasti ada masalah,
bicarakanlah terus terang. Bukan malah kamu menjadikan wanita lain sebagai
solusinya. Setiap manusia pasti memiliki kekurangan dan kelebihan
masing-masing. Kamu telah memutuskan untuk menikahinya itu berarti kamu siap
menerima semua yang ada pada istri kamu. Semua.
Dia bukan seorang yang sempurna,
begitu juga kamu. Kamu pikir kamu sempurna, hah!?
Dia bisa menerima kekuranganmu, menyembunyikan
kelemahanmu dari orang lain. Dia tidak pernah mengumbar kekuranganmu pada orang
lain, cukup dia yang tahu apa saja kekuranganmu, biar orang lain melihatmu
sebagai sosok suami yang ‘sempurna’. Dia benar-benar menjadi ‘pakaian’ untukmu.
Lalu kenapa kamu ….?
Wanita seperti apa (lagi) yang
ingin kamu jadikan pasangan hidup?
Semua tahu akan selalu ada wanita
yang (terlihat) lebih cantik, (terkesan) lebih baik, lebih cerdas. Semua juga
tahu akan selalu ada pria yang (terlihat) lebih tampan, lebih baik, lebih kaya,
lebih segalanya. Daripada kamu.
Tidak cukupkah rasa bersyukur kamu
selama ini?
Tidak cukup kuatkah iman kamu?
Terkadang aku ingin bertanya pada
kalian pria yang merasa sempurna dan tidak bertanggung jawab, kalian itu
sebenarnya laki-laki apa bukan?
Then which part of cheating is
challenging?
Constantly lying? Hiding your
feelings?
What about loyalty? Stick to the
commitment you made earlier even though you met better, prettier, nicer, than
your partner. Isn’t it more beautiful than anything? Yes, it is.
No comments:
Post a Comment