“Oke
saat dia bahagia dia bakal lupa kalo dia manusia”
Sungging senyum saat membaca kalimat itu tidak dapat aku sembunyikan. Juga air
mata yang membuat tulisan itu terlihat buram. Aku memejamkan mataku sekitar dua
detik untuk membuat pandanganku kembali jelas.
Kau benar, saat aku bahagia, aku lupa
kalau aku manusia karena saat itu aku merasa seperti sedang berada di luar
angkasa, terbang. Membiarkan diriku melayang tanpa arah menikmati cahaya kelap-kelip yang indahnya
tidak mampu aku tulis.
Saat aku bahagia, aku
lupa kalau aku manusia karena saat itu aku merasa seperti sedang berputar-putar
memakai baling-baling bambu bersama Doraemon, terbang.
Aku selalu menggambarkan kebahagiaanku
dengan terbang meskipun aku belum pernah merasakan rasanya ‘terbang’. Karena aku ingin sekali bisa ‘terbang’. Sama seperti
halnya aku ingin bahagia. Aku pikir rasanya pasti sangat menyenangkan seperti
saat aku bersamanya.
Bukan aku tidak tahu
kalau sesuatu yang terbang itu memiliki kemungkinan untuk jatuh, hanya saja aku
tidak ingin saat aku bahagia, aku memikirkan hal yang sedih. Aku tidak ingin
pikiran sedih yang belum tentu terjadi merusak kebahagiaan yang sedang aku
rasakan.
Aku pernah bilang
sebelumnya, aku itu kalau lagi senang ya tertawa. Kalau lagi sedih ya menangis.
Dan satu hal, aku selalu berusaha tidak berlebihan saat aku merasakan bahagia
atau sedih, aku bersyukur.
Ada dua hal yang
mungkin terjadi saat kita sedang terbang (read: bahagia). Pertama, kita bisa terus terbang sambil menggenggam
tangannya (tangan Doraemon, misalnya). Kedua,
kita bisa tiba-tiba jatuh saat baterai baling-baling bambu itu habis dan Doraemon
melepaskan genggaman kita. Ibaratnya seperti itu.
Siapa yang tidak tahu
kalau rasanya jatuh itu sakit?
Ketika aku pikir aku
sudah menemukan kebahagiaanku, lalu tiba-tiba aku sadar kalau aku tidak lagi
sedang terbang. Aku pikir aku mimpi. Tapi kenapa rasanya sakit sekali?
No comments:
Post a Comment