Wednesday 3 June 2015

Haflyness



“Oke saat dia bahagia dia bakal lupa kalo dia manusia”
Sungging senyum saat membaca kalimat itu tidak dapat aku sembunyikan. Juga air mata yang membuat tulisan itu terlihat buram. Aku memejamkan mataku sekitar dua detik untuk membuat pandanganku kembali jelas.
Kau benar, saat aku bahagia, aku lupa kalau aku manusia karena saat itu aku merasa seperti sedang berada di luar angkasa, terbang. Membiarkan diriku melayang tanpa arah  menikmati cahaya kelap-kelip yang indahnya tidak mampu aku tulis.
Saat aku bahagia, aku lupa kalau aku manusia karena saat itu aku merasa seperti sedang berputar-putar memakai baling-baling bambu bersama Doraemon, terbang.
Aku selalu menggambarkan kebahagiaanku dengan terbang meskipun aku belum pernah merasakan rasanya ‘terbang’.  Karena aku ingin sekali bisa ‘terbang’. Sama seperti halnya aku ingin bahagia. Aku pikir rasanya pasti sangat menyenangkan seperti saat aku bersamanya.
Bukan aku tidak tahu kalau sesuatu yang terbang itu memiliki kemungkinan untuk jatuh, hanya saja aku tidak ingin saat aku bahagia, aku memikirkan hal yang sedih. Aku tidak ingin pikiran sedih yang belum tentu terjadi merusak kebahagiaan yang sedang aku rasakan.
Aku pernah bilang sebelumnya, aku itu kalau lagi senang ya tertawa. Kalau lagi sedih ya menangis. Dan satu hal, aku selalu berusaha tidak berlebihan saat aku merasakan bahagia atau sedih, aku bersyukur.
Ada dua hal yang mungkin terjadi saat kita sedang terbang (read: bahagia). Pertama, kita  bisa terus terbang sambil menggenggam tangannya (tangan Doraemon, misalnya).  Kedua, kita bisa tiba-tiba jatuh saat baterai baling-baling bambu itu habis dan Doraemon melepaskan genggaman kita. Ibaratnya seperti itu.
Siapa yang tidak tahu kalau rasanya jatuh itu sakit?
Ketika aku pikir aku sudah menemukan kebahagiaanku, lalu tiba-tiba aku sadar kalau aku tidak lagi sedang terbang. Aku pikir aku mimpi. Tapi kenapa rasanya sakit sekali?

No comments:

Post a Comment

Dua Puluh Tahun

Tenang, kali ini kita tidak akan bertemu aku 20 tahun lalu. Haha. Dua puluh tahun adalah alasanku 'menolak' orang yang pertama kali ...