Jadi ingat kata salah satu dosen
senior di kampusku yang pernah bilang,
“Di
dunia kerja ada dua tipe orang. Pertama, ada orang yang HANYA bisa bekerja
untuk orang
lain.
Kedua, ada orang yang TIDAK bisa bekerja untuk orang lain.”
Kemudian aku berpikir, aku termasuk tipe orang yang
mana? Karena aku sendiri sebenarnya tidak ingin bekerja untuk orang lain tapi
sampai sekarang aku masih bekerja untuk orang lain (read: menjadi karyawan).
Setelah aku perhatikan lingkungan
kerjaku, ternyata orang yang HANYA bisa bekerja untuk orang lain itu ada, loh.
Jadi dia merasa sangat nyaman (mungkin senang)
cukup dengan datang pagi-pagi, duduk di kursi, berkutat dengan data dan
komputer, makan siang, membuat laporan, kemudian pulang pada sore hari. Begitu
saja setiap hari yang dia lakukan bahkan tanggal merah pun dia ‘hajar’ dengan
tetap bekerja full time. Dia adalah orang yang paling anti pulang cepat atau
setengah hari. Tak heran jika dia menjadi orang yang sangat ‘di banggakan’ oleh
bos. Mungkin dia mendapat bayaran yang sebanding dengan apa yang dia kerjakan
atau mungkin juga dia sangat menyukai pekerjaannya. There are so many possibilities, yeah who
knows?
Dan setiap bos aku memujinya dan
menyuruhku untuk mencontohnya, aku tidak –pernah- peduli. I was like, “Who’s
care? I’m not that kind of person and I don’t want to be that kind of person.
Thank you.”
Kalau ada yang bilang atau berpikir,
“Sa, kamu betah ya, kerja di sana?” Percayalah, sesungguhnya aku butuh, bukan
betah. Ya, alasan kenapa aku masih bertahan sampai sekarang bukan karena betah
tapi karena butuh. Kalian hanya tidak tahu berapa seringnya aku berharap dan
berdoa aku bisa keluar atau resign dan pergi dari tempat ini. Seberapa sering
aku berharap aku bisa ke luar ‘melihat dunia’. (yah jadi tahu kan sekarang)..
Ya
kalau mau keluar tinggal resign aja sih gitu aja ribet (?)
Resign atau mengundurkan diri memang
tidak sulit, tapi apa kalian pernah berpikir apa yang akan terjadi jika kita
resign tanpa berpikir apa yang akan kita lakukan setelahnya? Terlebih jika kalian
mempunyai tanggungan biaya hidup seperti membayar kost, makan, dan biaya
bulanan lainnya. Maksudku, kalau aku resign seenaknya, aku bisa saja pulang ke
kampung halaman tapi bagaimana dengan adik aku? Dia mau tinggal di mana?
Sekolah dia gimana? Dan hey, aku juga nggak bisa pulang begitu saja karena aku
masih kuliah.
Kalau
begitu coba cari kerja dulu di tempat lain, kalau sudah diterima baru resign.
Rekan kerjaku pernah bilang hal yang
sama, “Jangan resign sebelum kamu dapat
kerjaan pengganti. Kalau kamu belum dapat kerjaan lain tapi kamu resign, itu
sama aja kaya bunuh diri,” –kecuali kamu punya cukup tabungan selama
beberapa bulan ke depan tanpa harus bekerja-
Kenyataannya mencari kerja di tempat lain itu tidak
semudah apa yang kita rencanakan. Butuh usaha keras dan kekuatan untuk tidak
menyerah dan merasa lelah mencari pekerjaan.
Aku
sih sebenarnya tidak masalah kalau bekerja di orang lain asalkan adil.
Maksudku, aku ingin bekerja di tempat yang adil dengan waktu dan pembayaran.
Intinya aku ingin bekerja di tempat yang jam kerjanya Senin-Jumat. Sabtu dan
tanggal merah libur. Kalau bekerja lebih dari jam tersebut ya ada uang
lemburnya, gitu. Udah itu aja. Hahah loba kahayang banget ya gue. Iya.
Tapi, bukan berarti hidupku aku warnai dengan keluhan
dan ketidak betahan setiap hari. Meskipun terasa, tapi aku mencoba untuk tetap
bersyukur dan menjalani apa yang ada di depanku sekarang. Karena aku yakin ada
saja yang bikin kita senang setiap hari diantara hal-hal yang bikin kita mumet.
Dia, misalnya. hehehe #tetep
Cukup sesi curhatnya. Sekarang
kembali ke bahsan awal : Di dunia kerja
ada dua tipe orang. Pertama, ada orang yang HANYA bisa bekerja untuk orang
lain. Kedua, ada orang yang TIDAK bisa bekerja untuk orang lain.
Tidak ada yang salah dengan ke dua
tipe orang tersebut AS LONG AS they enjoy their job. Contohnya, orang yang
hanya bisa bekerja untuk orang lain itu misalnya punya hobi hitung-menghitung,
dia senang dengan akuntansi, membuat laporan keuangan, dia pasti bahagia karena
hobinya itu dibayar. Pernah dengar, kan, istilah bahagia itu adalah hobi yang dibaya? Jadi, kalau kalian memang
senang dengan pekerjaan kalian meskipun itu bekerja untuk perusahaan, ya nggak
akan jadi masalah karena itu hobi kalian. Gitu.
Dan orang yang tidak bisa bekerja untuk
orang lain juga pasti senang dengan apa yang ia ciptakan. Kaena dia tidak bisa/
tidak ingin bekerja untuk orang, dia akan membuka usaha bahkan lapangan
pekerjaan. Ada istilah “lebih baik jadi
bos di perusahaan sendiri meskipun perusahaan kecil, daripada jadi karyawan di
perusahaan besar”. Kecuali menjadi karyawan di perusahaan besar adalah
cita-citanya, ya. Pada akhirnya kembali ke ‘kenyamanan’ setiap orang, sih. Ada
yang nyaman-nyaman aja jadi karyawan (mereka nggak masalah dengan jadwal dan
kegiatan yang monoton), ada yang lebih ingin bereksplorasi sendiri dan punya
usaha sendiri daripada kerja di orang. Nggak ada yang salah, nggak ada yang
benar. Tapi kalau aku bisa memilih, aku ingin buka usaha sendiri.
Guys, buat kalian yang mungkin
sebentar lagi akan bertemu dengan dunia kerja coba pikirkan lagi tentang
pilihan kalian untuk ke depannya. Misalnya, kalau kalian ingin habis lulus
melamar ke perusahaan, tanya lagi diri sendiri apa yang kalian cari di
perusahaan itu (selain uang) bisa nggak perusahaan itu memberikan kalian
pelajaran dan pengalaman, ilmu, bahkan kesempatan untuk pergi ke luar negeri. Gitu.
Atau kalau ingin buka usaha,
mulailah berpikir usaha apa yang kalian akan jalani. Bagaimana nantinya usaha
kalian akan berjalan, target konsumennya siapa, pembukuannya, bla bla bla.
Nggak sedikit juga orang yang kerja dulu untuk mengumpulkan modal usaha. Ya,
keduanya tentu akan membuat ilmu dan pengalaman kita bertambah dalam menjalani
kehidupan. Apapun yang kalian pilih, jalanilah dengan semangat dan lakukan yang
terbaik!
No comments:
Post a Comment