Monday, 15 June 2015

Dua tipe orang



Jadi ingat kata salah satu dosen senior di kampusku yang pernah bilang,
Di dunia kerja ada dua tipe orang. Pertama, ada orang yang HANYA bisa bekerja untuk orang
lain. Kedua, ada orang yang TIDAK bisa bekerja untuk orang lain.”
Kemudian aku berpikir, aku termasuk tipe orang yang mana? Karena aku sendiri sebenarnya tidak ingin bekerja untuk orang lain tapi sampai sekarang aku masih bekerja untuk orang lain (read: menjadi karyawan).
Setelah aku perhatikan lingkungan kerjaku, ternyata orang yang HANYA bisa bekerja untuk orang lain itu ada, loh. Jadi dia merasa sangat nyaman (mungkin senang)  cukup dengan datang pagi-pagi, duduk di kursi, berkutat dengan data dan komputer, makan siang, membuat laporan, kemudian pulang pada sore hari. Begitu saja setiap hari yang dia lakukan bahkan tanggal merah pun dia ‘hajar’ dengan tetap bekerja full time. Dia adalah orang yang paling anti pulang cepat atau setengah hari. Tak heran jika dia menjadi orang yang sangat ‘di banggakan’ oleh bos. Mungkin dia mendapat bayaran yang sebanding dengan apa yang dia kerjakan atau mungkin juga dia sangat menyukai pekerjaannya.   There are so many possibilities, yeah who knows?
Dan setiap bos aku memujinya dan menyuruhku untuk mencontohnya, aku tidak –pernah- peduli. I was like, “Who’s care? I’m not that kind of person and I don’t want to be that kind of person. Thank you.”
Kalau ada yang bilang atau berpikir, “Sa, kamu betah ya, kerja di sana?” Percayalah, sesungguhnya aku butuh, bukan betah. Ya, alasan kenapa aku masih bertahan sampai sekarang bukan karena betah tapi karena butuh. Kalian hanya tidak tahu berapa seringnya aku berharap dan berdoa aku bisa keluar atau resign dan pergi dari tempat ini. Seberapa sering aku berharap aku bisa ke luar ‘melihat dunia’. (yah jadi tahu kan sekarang)..

Ya kalau mau keluar tinggal resign aja sih gitu aja ribet (?)
Resign atau mengundurkan diri memang tidak sulit, tapi apa kalian pernah berpikir apa yang akan terjadi jika kita resign tanpa berpikir apa yang akan kita lakukan setelahnya? Terlebih jika kalian mempunyai tanggungan biaya hidup seperti membayar kost, makan, dan biaya bulanan lainnya. Maksudku, kalau aku resign seenaknya, aku bisa saja pulang ke kampung halaman tapi bagaimana dengan adik aku? Dia mau tinggal di mana? Sekolah dia gimana? Dan hey, aku juga nggak bisa pulang begitu saja karena aku masih kuliah.

Kalau begitu coba cari kerja dulu di tempat lain, kalau sudah diterima baru resign.
Rekan kerjaku pernah bilang hal yang sama, “Jangan resign sebelum kamu dapat kerjaan pengganti. Kalau kamu belum dapat kerjaan lain tapi kamu resign, itu sama aja kaya bunuh diri,” –kecuali kamu punya cukup tabungan selama beberapa bulan ke depan tanpa harus bekerja-
Kenyataannya mencari kerja di tempat lain itu tidak semudah apa yang kita rencanakan. Butuh usaha keras dan kekuatan untuk tidak menyerah dan merasa lelah mencari pekerjaan.
                Aku sih sebenarnya tidak masalah kalau bekerja di orang lain asalkan adil. Maksudku, aku ingin bekerja di tempat yang adil dengan waktu dan pembayaran. Intinya aku ingin bekerja di tempat yang jam kerjanya Senin-Jumat. Sabtu dan tanggal merah libur. Kalau bekerja lebih dari jam tersebut ya ada uang lemburnya, gitu. Udah itu aja. Hahah loba kahayang banget ya gue. Iya.
Tapi, bukan berarti hidupku aku warnai dengan keluhan dan ketidak betahan setiap hari. Meskipun terasa, tapi aku mencoba untuk tetap bersyukur dan menjalani apa yang ada di depanku sekarang. Karena aku yakin ada saja yang bikin kita senang setiap hari diantara hal-hal yang bikin kita mumet. Dia, misalnya. hehehe #tetep

Cukup sesi curhatnya. Sekarang kembali ke bahsan awal : Di dunia kerja ada dua tipe orang. Pertama, ada orang yang HANYA bisa bekerja untuk orang lain. Kedua, ada orang yang TIDAK bisa bekerja untuk orang lain.
Tidak ada yang salah dengan ke dua tipe orang tersebut AS LONG AS they enjoy their job. Contohnya, orang yang hanya bisa bekerja untuk orang lain itu misalnya punya hobi hitung-menghitung, dia senang dengan akuntansi, membuat laporan keuangan, dia pasti bahagia karena hobinya itu dibayar. Pernah dengar, kan, istilah bahagia itu adalah hobi yang dibaya? Jadi, kalau kalian memang senang dengan pekerjaan kalian meskipun itu bekerja untuk perusahaan, ya nggak akan jadi masalah karena itu hobi kalian. Gitu.
Dan orang yang tidak bisa bekerja untuk orang lain juga pasti senang dengan apa yang ia ciptakan. Kaena dia tidak bisa/ tidak ingin bekerja untuk orang, dia akan membuka usaha bahkan lapangan pekerjaan. Ada istilah “lebih baik jadi bos di perusahaan sendiri meskipun perusahaan kecil, daripada jadi karyawan di perusahaan besar”. Kecuali menjadi karyawan di perusahaan besar adalah cita-citanya, ya. Pada akhirnya kembali ke ‘kenyamanan’ setiap orang, sih. Ada yang nyaman-nyaman aja jadi karyawan (mereka nggak masalah dengan jadwal dan kegiatan yang monoton), ada yang lebih ingin bereksplorasi sendiri dan punya usaha sendiri daripada kerja di orang. Nggak ada yang salah, nggak ada yang benar. Tapi kalau aku bisa memilih, aku ingin buka usaha sendiri.
Guys, buat kalian yang mungkin sebentar lagi akan bertemu dengan dunia kerja coba pikirkan lagi tentang pilihan kalian untuk ke depannya. Misalnya, kalau kalian ingin habis lulus melamar ke perusahaan, tanya lagi diri sendiri apa yang kalian cari di perusahaan itu (selain uang) bisa nggak perusahaan itu memberikan kalian pelajaran dan pengalaman, ilmu, bahkan kesempatan untuk pergi ke luar negeri. Gitu.
Atau kalau ingin buka usaha, mulailah berpikir usaha apa yang kalian akan jalani. Bagaimana nantinya usaha kalian akan berjalan, target konsumennya siapa, pembukuannya, bla bla bla. Nggak sedikit juga orang yang kerja dulu untuk mengumpulkan modal usaha. Ya, keduanya tentu akan membuat ilmu dan pengalaman kita bertambah dalam menjalani kehidupan. Apapun yang kalian pilih, jalanilah dengan semangat dan lakukan yang terbaik!

No comments:

Post a Comment

Dua Puluh Tahun

Tenang, kali ini kita tidak akan bertemu aku 20 tahun lalu. Haha. Dua puluh tahun adalah alasanku 'menolak' orang yang pertama kali ...