Sunday, 28 June 2015

Lulus!

Halo!
Nggak kerasa, ya, sudah satu minggu kita berpuasa.. Gimana puasanya? Lancar kaaan..
Semua tahu kalau bulan ramadhan itu bulan yang penuh berkah. 
Banyak hal yang nggak akan ada di bulan lain selain bulan ramadhan. 
Banyak berkah dan rejeki yg sadar atau nggak itu ada buat kita.
Banyak ujian yang membuat kita harus sabar menahan haus dan lapar, hawa nafsu, emosi, pokoknya semua yang jelek-jelek harus bisa kita lawan. Fight o !!
Ujian bisa datang kapan dan di mana saja tanpa kita sadari. Seperti hari ini, aku baru sadar kalau aku habis diuji setelah buka puasa.
Ceritanya sore tadi aku mau pergi ke mini market dekat kost-an untuk membeli nata de coco. Nah, di tengah perjalanan, (aku jalan kaki) ada toko baju yang sedang obral. Di sana di tulis 15.000 - 35.000. Wah, lumayan dong kalau ada baju yang bagus dengan harga segitu, ya kan? 
Jadi aku melipir dulu ke sana. HAHA. Banyak orang sibuk memilh baju yang ditumpuk di satu tempat. Ada juga baju yang digantung. Aku juga ikutan lihat-lihat. 
Ternyata baju dengan harga 15.000 itu baju anak-anak semua T^T
Nggak lama, seperti ada pakaian yang memanggilku minta dibeli gitu. Sekali melihatnya aku langsung 'klik' gitu kaya, "yaampun ini lucu banget jaketnya kaya yang aku mau. Kotak-kotak bagus banget."
Ya, jaket. Nggak tahu kenapa aku tuh suka banget sama jaket yang modelnya kaya buat jaket musim dingin gitu dan jaket yang ini tuh bagus banget dari bahan, warna, apalagi modelnya yang aku suka banget deh! 
Bahannya tebal cocok buat di Cipanas, di Bandung juga kalau aku naik motor jadi nggak keanginan tapi sayangnya ga akan bisa aku pake di Jakarta. Huhu. Tapi aku suka banget yaampunn.. Aku pikir wah, ini lagi obral pasti murah nih..
Akhirnya aku tanya, "teh, ini berapa?"
"250.."
aku yang tadinya megang jaket itu langsung lepas tangan gitu sambil, yah.. kirain 100an.
Sebenarnya 250k untuk jaket kaya gitu menurut aku normal, sih. Tapi harusnya bisa kurang lagi secara itu kan lagi obral, dan aku nemu bagian yang udah rsak gitu kancingnya ngelupas. Harusnya bisa dong kurang dari 250 (?)
aku memutuskan untuk beli nata de coco dulu sambil berpikir beli nggak, yaa. Karena masalahnya adalah uangnya ga cukup. Kalau maksain sih, cukup. Tapi nanti aku mau makan apa? Makan baju?
Huft..
Tapi pengen. Yaampunn. "Beli aja, kapan lagi coba." Setan mulai berbisik. Entah setan atau diri aku sendiri, sih. Haha
Habis beli nata de coco aku beneranlah rogoh dompet lihat ada berapa lagi uang aku. aku kumpulin recehnya dan pas 250k. aduh makin galau. Beli jangan beli jangan. yaampunnn!!!
Aku langsung telepon mami buat nanya "beli jangan? Bagus jaketnyaa."
"Ya terserah sasa, ada uangnya ya beli aja."
"Tapi habis banget kalau sasa beli."
"Ya ngga usah."
"Atuh mii beli jangan??" Haha gatau berapa kali aku nanya kaya gitu sampai pulsa habis. Dari situ aku ngerasa aku masih belum dewasa karena buat mengambil keputusan "beli jangan?" Aja sampai harus nanya mami sama papi. Please, saa.. Harusnya hal kaya gitu bisa kamu putuskan sendiri !!
Ampundeh. Tadinya aku mau cobain di fitting room terus aku foto tapi nggak jadi soalnya banyak orang antri mau coba baju.
Makin bingung dan galau aku tuh udah kaya apaan tau tadi di sana.
Aku ke toko itu lagi dan mencoba sekali lagi melihat jaket itu. Duhh pengenn. #tetep
"Teh, beneran ga bisa kurang lagi? Kalau kurang saya ambil, deh."
"Ga bisa teh.."
Damn..
"Tinggal satu loh, teh.." Benar-benar godaan setan.wkwk
Aku senyum aja dalam hati bilang BODO AMAT. (Lebih ke menguatkan diri, sih) 
Akhirnya aku pergi meski sebenarnya ingin. Eaa
Pulang. Buka puasa.
Terus aku senyum ke diri aku sendiri. "Hebat kamu, sa. Bisa nahan nafsu beli jaket tadi."
Aku baru sadar kalau keinginan beli jaket tadi itu nafsu. Ngebet banget gitu meski susah tapi aku bisa menahan nafsu aku buat nggak beli.
Yay!
Coba kalau tadi aku nekat beli. Mau makan apa besok2 !?
Tapi aku nggak beli dan aku merasa aku lulus ujian menahan hawa nafsu hari ini xD
Senangnyaaaa..
Kalau jaket itu memang 'jodoh' aku, mungkin suatu saat aku bisa beli.
Tapi kalau bukan, mungkin nanti bakal ada jaket yang lebih bagus, dan pas aku ada rejeki jadi aku bisa beli. Aamiin..
ujian belum berakhir. kuatkan dirimu!






Monday, 15 June 2015

Dua tipe orang



Jadi ingat kata salah satu dosen senior di kampusku yang pernah bilang,
Di dunia kerja ada dua tipe orang. Pertama, ada orang yang HANYA bisa bekerja untuk orang
lain. Kedua, ada orang yang TIDAK bisa bekerja untuk orang lain.”
Kemudian aku berpikir, aku termasuk tipe orang yang mana? Karena aku sendiri sebenarnya tidak ingin bekerja untuk orang lain tapi sampai sekarang aku masih bekerja untuk orang lain (read: menjadi karyawan).
Setelah aku perhatikan lingkungan kerjaku, ternyata orang yang HANYA bisa bekerja untuk orang lain itu ada, loh. Jadi dia merasa sangat nyaman (mungkin senang)  cukup dengan datang pagi-pagi, duduk di kursi, berkutat dengan data dan komputer, makan siang, membuat laporan, kemudian pulang pada sore hari. Begitu saja setiap hari yang dia lakukan bahkan tanggal merah pun dia ‘hajar’ dengan tetap bekerja full time. Dia adalah orang yang paling anti pulang cepat atau setengah hari. Tak heran jika dia menjadi orang yang sangat ‘di banggakan’ oleh bos. Mungkin dia mendapat bayaran yang sebanding dengan apa yang dia kerjakan atau mungkin juga dia sangat menyukai pekerjaannya.   There are so many possibilities, yeah who knows?
Dan setiap bos aku memujinya dan menyuruhku untuk mencontohnya, aku tidak –pernah- peduli. I was like, “Who’s care? I’m not that kind of person and I don’t want to be that kind of person. Thank you.”
Kalau ada yang bilang atau berpikir, “Sa, kamu betah ya, kerja di sana?” Percayalah, sesungguhnya aku butuh, bukan betah. Ya, alasan kenapa aku masih bertahan sampai sekarang bukan karena betah tapi karena butuh. Kalian hanya tidak tahu berapa seringnya aku berharap dan berdoa aku bisa keluar atau resign dan pergi dari tempat ini. Seberapa sering aku berharap aku bisa ke luar ‘melihat dunia’. (yah jadi tahu kan sekarang)..

Ya kalau mau keluar tinggal resign aja sih gitu aja ribet (?)
Resign atau mengundurkan diri memang tidak sulit, tapi apa kalian pernah berpikir apa yang akan terjadi jika kita resign tanpa berpikir apa yang akan kita lakukan setelahnya? Terlebih jika kalian mempunyai tanggungan biaya hidup seperti membayar kost, makan, dan biaya bulanan lainnya. Maksudku, kalau aku resign seenaknya, aku bisa saja pulang ke kampung halaman tapi bagaimana dengan adik aku? Dia mau tinggal di mana? Sekolah dia gimana? Dan hey, aku juga nggak bisa pulang begitu saja karena aku masih kuliah.

Kalau begitu coba cari kerja dulu di tempat lain, kalau sudah diterima baru resign.
Rekan kerjaku pernah bilang hal yang sama, “Jangan resign sebelum kamu dapat kerjaan pengganti. Kalau kamu belum dapat kerjaan lain tapi kamu resign, itu sama aja kaya bunuh diri,” –kecuali kamu punya cukup tabungan selama beberapa bulan ke depan tanpa harus bekerja-
Kenyataannya mencari kerja di tempat lain itu tidak semudah apa yang kita rencanakan. Butuh usaha keras dan kekuatan untuk tidak menyerah dan merasa lelah mencari pekerjaan.
                Aku sih sebenarnya tidak masalah kalau bekerja di orang lain asalkan adil. Maksudku, aku ingin bekerja di tempat yang adil dengan waktu dan pembayaran. Intinya aku ingin bekerja di tempat yang jam kerjanya Senin-Jumat. Sabtu dan tanggal merah libur. Kalau bekerja lebih dari jam tersebut ya ada uang lemburnya, gitu. Udah itu aja. Hahah loba kahayang banget ya gue. Iya.
Tapi, bukan berarti hidupku aku warnai dengan keluhan dan ketidak betahan setiap hari. Meskipun terasa, tapi aku mencoba untuk tetap bersyukur dan menjalani apa yang ada di depanku sekarang. Karena aku yakin ada saja yang bikin kita senang setiap hari diantara hal-hal yang bikin kita mumet. Dia, misalnya. hehehe #tetep

Cukup sesi curhatnya. Sekarang kembali ke bahsan awal : Di dunia kerja ada dua tipe orang. Pertama, ada orang yang HANYA bisa bekerja untuk orang lain. Kedua, ada orang yang TIDAK bisa bekerja untuk orang lain.
Tidak ada yang salah dengan ke dua tipe orang tersebut AS LONG AS they enjoy their job. Contohnya, orang yang hanya bisa bekerja untuk orang lain itu misalnya punya hobi hitung-menghitung, dia senang dengan akuntansi, membuat laporan keuangan, dia pasti bahagia karena hobinya itu dibayar. Pernah dengar, kan, istilah bahagia itu adalah hobi yang dibaya? Jadi, kalau kalian memang senang dengan pekerjaan kalian meskipun itu bekerja untuk perusahaan, ya nggak akan jadi masalah karena itu hobi kalian. Gitu.
Dan orang yang tidak bisa bekerja untuk orang lain juga pasti senang dengan apa yang ia ciptakan. Kaena dia tidak bisa/ tidak ingin bekerja untuk orang, dia akan membuka usaha bahkan lapangan pekerjaan. Ada istilah “lebih baik jadi bos di perusahaan sendiri meskipun perusahaan kecil, daripada jadi karyawan di perusahaan besar”. Kecuali menjadi karyawan di perusahaan besar adalah cita-citanya, ya. Pada akhirnya kembali ke ‘kenyamanan’ setiap orang, sih. Ada yang nyaman-nyaman aja jadi karyawan (mereka nggak masalah dengan jadwal dan kegiatan yang monoton), ada yang lebih ingin bereksplorasi sendiri dan punya usaha sendiri daripada kerja di orang. Nggak ada yang salah, nggak ada yang benar. Tapi kalau aku bisa memilih, aku ingin buka usaha sendiri.
Guys, buat kalian yang mungkin sebentar lagi akan bertemu dengan dunia kerja coba pikirkan lagi tentang pilihan kalian untuk ke depannya. Misalnya, kalau kalian ingin habis lulus melamar ke perusahaan, tanya lagi diri sendiri apa yang kalian cari di perusahaan itu (selain uang) bisa nggak perusahaan itu memberikan kalian pelajaran dan pengalaman, ilmu, bahkan kesempatan untuk pergi ke luar negeri. Gitu.
Atau kalau ingin buka usaha, mulailah berpikir usaha apa yang kalian akan jalani. Bagaimana nantinya usaha kalian akan berjalan, target konsumennya siapa, pembukuannya, bla bla bla. Nggak sedikit juga orang yang kerja dulu untuk mengumpulkan modal usaha. Ya, keduanya tentu akan membuat ilmu dan pengalaman kita bertambah dalam menjalani kehidupan. Apapun yang kalian pilih, jalanilah dengan semangat dan lakukan yang terbaik!

Monday, 8 June 2015

Adik aku



Rasanya baru tahun kemarin aku menulis tentang adik aku yang ulang tahun. See how the time flies!
Ketika aku baca ulang tulisanku tahun lalu, aku sadar kalau doaku terkabul: bisa melanjutkan sekolah di sekolah yang diinginkan.
Aku selalu bilang pada diriku sendiri kalau apa yang aku rasakan yang nggak enaknya itu nggak boleh dirasakan juga oleh adik aku dan anak-anak aku nanti. Karena aku belum menikah dan punya anak (hehe) maka aku fokus ke adik aku. Bagaimanapun adik aku nggak boleh ngerasain apa yang aku rasain. Itu yang selalu aku bilang sama diri aku sendiri.
Setelah akhirnya aku mendapat pekerjaan, aku bertekad untuk mengumpulkan uang untuk biaya kuliah adik aku nanti. Aku rela nggak jajan kaya shopping berbulan-bulan atau apa setelah gajian, sampai sekarang. Haha. Meskipun masih kurang dari cukup, tapi setidaknya uang yang aku kumpulkan bisa membantu adik aku untuk sekolah. Pokoknya adik aku harus sekolah!
Bulan Agustus lalu, doa dan apa yang selama ini aku korbankan alhamdulillah  menjadi kenyataan.
Kalian mungkin tidak percaya atau bahkan tidak peduli bagaimana aku melewati semuanya sampai akhirnya adik aku bisa melanjutkan sekolah. Siang itu, aku sudah seperti anak hilang yang menangis sampai susah bernapas sambil mengendarai motor. Aku baru sadar sebenarnya apa yang aku lakukan (menangis sambil mengendarai) itu sangat membahayakan aku dan orang lain karena kau tahu, kan? Saat menangis pandangan kita menjadi buram terhalang oleh air mata yang siap jatuh kapan saja jika kau tak bisa membendungnya lagi. Selain itu, pikiran kita juga tidak fokus dan itu sangat berbahaya.
Baiklah, aku tahu aku bukan kakak idaman orang-orang bahkan mungkin adikku sendiri berharap kakaknya adalah Pevita Pearce (?) who knows, guys..
Tapi meskipun aku bukan Pevita Pearce atau siapapun itu sosok kakak yang adikku inginkan, dia tidak punya pilihan lain karena aku adalah kakaknya. HAHAHA.  Mau apa lu.wkwk.
                Sudah hampir satu tahun aku tinggal bersama adik aku. Hah, tinggal bersama!? Dari lahir juga bersama, sih. Maksudku karena kebetulan sekolah dia dan tempat kerjaku berada di daerah yang sama, jadi kita tinggalnya sama-sama. Sejak saat itu aku berubah menjadi seorang kakak rumah tangga.
                Dari mencuci pakaian, menyetrika, membuat sarapan/makan malam (kadang beli, kadang masak), beres-beres hingga menyikat kamar mandi aku yang melakukannya. Cape? Iya. Ditengah kesibukanku sebagai seorang karyawan swasta dan mahasiswa, menjadi seorang kakak rumah tangga bukanlah hal yang mudah.  Aku tahu kuliah itu membutuhkan energy yang banyak jadi adik aku harus makan makan makan.
                Jeleknya aku adalah, aku suka tidak peduli pada diri aku sendiri demi adik aku. Sering aku berbohong aku sudah makan malam padahal dari siang Cuma makan mi. Jadi kaya aku beli makan buat adik aku, tapi buat aku nggak dan pas aku sampai aku bilang aku udah makan tadi di kampus atau apa.
Aku jadi punya kebiasaan baru kalau misalnya pulang, aku suka berpikir , “ade gue udah makan belum, ya.” atau kalau aku mendapat jatah makanan dari kantor, terkadang aku suka bawa pulang untuk dimakan berdua adik aku. Nggak jarang juga adik aku tahu kalau aku bohong bilang udah makan karena perut aku yang bunyi terus-terusan dan dia bakal maksa aku makan. “Udah kurus kaya gitu juga.” Yea I know that.
Seringnya aku pulang dengan keadaan rungsing, lalu marah-marah atau ngomel-ngomel nggak jelas kaya
“San, apa susahnya sih buang sampah di tempatnya?”
“San, itu kaos kaki jangan taro situ.”
“San, seprainya benerin dulu atuh ih yang bener kalau mau tidur.”            
“Handuknya jemur jangan taro situ nanti bau ih.”
Dan omelan lain yang aku yakin bukan hanya adik aku tapi orang lain yang mendengar omelanku itu akan menjadi emosi. Hehe. Maaf, ya.
Tapi meskipun begitu, meskipun aku nyebelin, tanpa harus aku ngomong dan ngasih tahu dia pasti tahu kalau aku sayang sama adik aku. Huhuyyy. Dia itu adik yang seringnya lebih pantas jadi kakak. Karena suka ngasih tahu aku dan jadi tempat curhat aku juga. Karena dia laki-laki, aku jadi setidaknya tahu apa yang harus aku lakukan kaya misalnya,
 “San, emangnya cowo kalau main game bisa sampai lama banget, ya?”
“Uni nggak tahu? Ihsan kalau main game bisa kuat sampai pagi?” kemudian aku merenung.
Atau…
“San, uni kan kangen … bla bla bla ..”
“Uni ga boleh gitu, jangan kaya anak kecil coba.”
See? Dia lebih cocok jadi kakak. Haha. Whatever,
                Selamat ulang tahun, brother! Maaf tahun ini aku tidak bisa memberikan kejutan apa-apa bahkan untuk traktir pizza saja aku nggak bisa. Jujur aku sedih banget.  Tapi nanti aku janji kalau ada rejeki lebih aku bakal beli pizza buat dia nggak peduli dia lagi ulang tahun atau nggak.
Dan aku selalu berdoa agar kuliahnya lancar, ya. Seterusnya sampai lulus.. aamiin.
Selamat ulang tahun! Yay! *ala keenan*

Saturday, 6 June 2015

Ice cream

Sejak kecil, Aku suka yang manis-manis. Tapi bukan berarti aku suka sama diri aku sendiri ya nggak gitu juga #diLemparinAqua
Mungkin kalian sudah tahu kalau waktu SD-SMA aku suka ngemil yang namanya keju+gula+susu kental manis. Jadi keju batang aku parut, kemudian aku taburi gula pasir dan susu kental manis. Ntap banget rasanya!
Satu batang keju bisa habis paling cepat tiga hari.
Dan orang-orang yang tahu hobi ngemil aku itu pasti komentarnya gini, "ih uyuhan teu giung." Yang artinya "ih nggak kemanisan apa?" (Btw, bahasa Indonesianya uyuhan apa, sih?) 
Nggak, kok. Menurut aku itu enak. Banget.
Nah, bicara yang manis-manis, seminggu kemarin aku baru saja menemukan makanan yang maaaaanis banget yaitu m*gnum white! 
Es krim paling enak yang pernah aku makan. kayaknya B*skinR*bin aja kalah, deh.
Hari itu ketika kita mau nonton Raisa live in concert, ada stand es krim yang menjadi sponsor konsernya. Guess what? ice cream for free! Oh my .. Senangnyaa banget sih. Haha. Jadi kita tinggal antri, isi nama dan akun sosial media dan tadaaaam !
es krim vanila yang ditaburi dengan kacang almond. Sumpah ga ngerti lagi enaknyaa.
Tapi, sebenarnya ada yang membuat es krim itu jadi lebih enak adalah... Dia. As always :)
Karena aku makan es krim itu sama dia. Duduk di trotoar jalan ditemani angin malam Jakarta yang sama sekali nggak berasa dinginnya.
Dan jarang ada orang yang sadar kebiasaan aku kalau lagi senang kaya gitu suka lihat ke langit sambil berpikir yaampun ini indah banget. Ya, kalau aku senang, aku suka menyapa langit. Mau langit itu sedang mendung, cerah, bagus atau bagaimanapun. Aku suka.
Jadi, kesimpulannya apa? 
Selain tempat atau makanan yang enak, ada hal yang lebih penting dan menjadi faktor utama kenapa kita menyukai tempat itu atau makanan itu: "With whom". Karena sama dia aku senang. Karena sama dia es krim -yang kata dia sendiri itu kemanisan banget- rasanya kaya the most amazing ice cream ever. Coba kalau aku makannya sendiri, mungkin enak tapi nggak akan bikin aku makan eskrim sambil senyum -senyum lihat langit :)

Terima kasih!





Wednesday, 3 June 2015

Haflyness



“Oke saat dia bahagia dia bakal lupa kalo dia manusia”
Sungging senyum saat membaca kalimat itu tidak dapat aku sembunyikan. Juga air mata yang membuat tulisan itu terlihat buram. Aku memejamkan mataku sekitar dua detik untuk membuat pandanganku kembali jelas.
Kau benar, saat aku bahagia, aku lupa kalau aku manusia karena saat itu aku merasa seperti sedang berada di luar angkasa, terbang. Membiarkan diriku melayang tanpa arah  menikmati cahaya kelap-kelip yang indahnya tidak mampu aku tulis.
Saat aku bahagia, aku lupa kalau aku manusia karena saat itu aku merasa seperti sedang berputar-putar memakai baling-baling bambu bersama Doraemon, terbang.
Aku selalu menggambarkan kebahagiaanku dengan terbang meskipun aku belum pernah merasakan rasanya ‘terbang’.  Karena aku ingin sekali bisa ‘terbang’. Sama seperti halnya aku ingin bahagia. Aku pikir rasanya pasti sangat menyenangkan seperti saat aku bersamanya.
Bukan aku tidak tahu kalau sesuatu yang terbang itu memiliki kemungkinan untuk jatuh, hanya saja aku tidak ingin saat aku bahagia, aku memikirkan hal yang sedih. Aku tidak ingin pikiran sedih yang belum tentu terjadi merusak kebahagiaan yang sedang aku rasakan.
Aku pernah bilang sebelumnya, aku itu kalau lagi senang ya tertawa. Kalau lagi sedih ya menangis. Dan satu hal, aku selalu berusaha tidak berlebihan saat aku merasakan bahagia atau sedih, aku bersyukur.
Ada dua hal yang mungkin terjadi saat kita sedang terbang (read: bahagia). Pertama, kita  bisa terus terbang sambil menggenggam tangannya (tangan Doraemon, misalnya).  Kedua, kita bisa tiba-tiba jatuh saat baterai baling-baling bambu itu habis dan Doraemon melepaskan genggaman kita. Ibaratnya seperti itu.
Siapa yang tidak tahu kalau rasanya jatuh itu sakit?
Ketika aku pikir aku sudah menemukan kebahagiaanku, lalu tiba-tiba aku sadar kalau aku tidak lagi sedang terbang. Aku pikir aku mimpi. Tapi kenapa rasanya sakit sekali?

A note from a book

Aku hanya bermaksud ingin menjadi teman disaat kamu kesal, sedih, marah, atau apapun itu hal-hal yang kurang baik yang sedang kamu hadapi. Menjadi buku kosong yang siap menerima goresan tinta ceritamu. Apapun ceritanya, tulislah. Atau jika kamu sedang kesal, coret-coretlah sampai kamu merasa lebih baik. Itu saja.

Apa Kamu lebih suka merusak sesuatu jika sedang emosi? Kalau begitu sobeklah satu lembar dari(ku) buku ini, lakukan apa yang menurutmu bisa membuatmu tenang. Meskipun semua buku tahu bagaimana sakitnya.. disobek dengan rasa kesal, dicoret dengan penuh kemarahan, tapi jika itu akan membuatmu merasa lebih baik maka hal itu sama sekali bukan masalah bagiku karena aku masih punya banyak lembaran kosong yang bisa kamu tulis, gambar, kamu beri warna yang cantik disaat hatimu merasa senang. 

Aku memang tidak (belum) bisa apa-apa. Hanya bisa diam di rak atau meja menunggumu menghampiriku dan mulai bercerita apapun itu. Cukup ceritakan apapun dan aku akan merasa senang, bagaimana harimu? apa yang kamu lihat di jalan pulang? Bagaimana makan siangnya? Apakah hari ini menyenangkan
Aku selalu menunggu itu, setiap hari.
Bahkan ketika aku tahu kamu tidak akan menulisnya, aku masih saja menunggu. Percaya kamu akan membuka lembaranku dan mulai bercerita (satu kata juga tidak masalah) meskipun entah kapan.

Aku lebih sakit melihatmu menulis cerita di buku yang lain, yang jauh lebih canggih daripada aku. Menyapanya dengan keramahan di saat aku masih menunggu tulisanmu .
Itu yang aku lihat, dan aku rasakan. Jika apa yang aku pikir itu salah, beritahu aku.
Aku bukan gadget canggih yang bisa tahu segalanya yang tidak kamu ceritakan. Aku tidak akan tahu apapun jika kamu tidak menulisnya, di sini.
Aku akan dan selalu berusaha melakukan apapun yang aku bisa.

Jika saja bisa aku bicara, aku ingin kamu tahu kalau aku sangat merindukanmu. 
Tapi yang bisa aku lakukan hanya menulis. Jadi aku menulisnya. Entah berapa kali aku menulis kalimat itu di buku ini. 

Berharap suatu hari ketika kamu ingat aku ditengah kesibukanmu, kamu tahu kalau aku merindukanmu. 
Aku ingin membuatmu senang, merasa lebih tenang ketika sedang ada masalah, membuatmu tetap bisa tersenyum saat begitu banyak urusan yang harus diselesaikan, membuatmu ingat kalau ada aku, di sini, yang siap mendengar apapun ceritamu.
Tapi jika itu dan apapun yang aku lakukan dan aku harapkan menjadi sesuatu yang 'mengganggu' kegiatan dan kesibukanmu ... Aku bisa apa (?) 

Semoga harimu menyenangkan!

Monday, 1 June 2015

Before June



Nowadays, Greet the first day in new month with many hopes is become a common thing that happened around us.  I often –even myself made it too, here– read the people’s status either on their social media or personal message in blackberry messenger, like:
“June, please be my month.”
“Welcome, June!”
“Hope it’ll be a better month.”
.
And so on.
We always hope for a better thing, especially on the first date of the month, but have we ever thought what has happened on 30 days before? I mean, it’s like make a little review about a month before, May. May have 31 days and at least we have -more or less- 31 stories in it. I’m sure the stories are mixed with happiness and sadness, that’s normal.
Now I’ll make the review (as far as I remember).
May has give me many stories. Unexpected stories,
In the second week of May, I decided to go home in order to meet him. Some people might think I’m so ‘brave’ since I ride my motorcycle by myself. And to be honest, I don’t prepare anything to go home. My rain coat is broken and I didn’t bring any mask to cover my face during the trip. I even don’t expect myself will go home that week. I just suddenly follow my heart voice that keep whispering me to go home, so I can meet him.
For me, as long as I can meet him, I’ll try to.
I can meet people I love in one place if I go home (meet my parents, meet him, and his family) like that day.
It was raining so I decided to go to his house first. My tired suddenly disappear when I saw him. I don’t know if it just my suggestion or what but that was what I felt.
[#Nowplaying Tulus: Teman Hidup - Di dekatnyaa aku lebih tenang.]
Every day is a mystery. I never expect I will sleep over at his house before but there I was. I couldn’t tell you how I feel that night but I’m so happy, I felt so comfortable with it. It was Saturday night and we’re (his family and I) watching tv, playing paper plane, video games, and talking much about anything until very very late night. I don’t know but I felt like I’m home (too). Thank you for make my Saturday night become awesome as you are ;)
See the view from my rooftop with you is one of my happiness too. I’ll never forget it anyway. The way we saw the kites flying, see the sky and guessing what shape is that,
“Look! An elephant.”
“Really? That is not like an elephant at all.”
Made me tilt my head and wondering how come that cloud is like an elephant. xD
I even still remember how the wind blew. The most beautiful blew wind in May, I think. I feel like I’m the happiest girl, when I’m with you.
Still in May, I got an accident at Cipatat street (the location is in the middle way from Cipanas to Bandung). See? Anything can happen without we expect it before. Luckily, I’m fine, the point is I still alive. I still can stand and walk and yeah, I’m fine. But the night after, I felt like my body is cracked. It hurt anyway.  Actually, I really wish you were here. Hug me, stand by me. But I know it isn’t easy to get here whatever we want. I must keep strong! I wouldn’t make you worried much about me after all. But I miss you.
And what else? Ah, in May, I suddenly felt a jealously too. Random jealously is a mind that whispering bad things to me. I’ve try to ignore all that words but okay I’m jealous- again. Felt so insecure is not that I want. It’s the worst feeling so far but I just can’t see let you (I can’t see you anyway) with other girl
If I become annoying when something like this happen (I never hope it), I’m sorry. Would you like to help me to understand this? If only you could understand me too. I trust you. I  just .. kind of scared.
The last but not least, you just make one of my dream come true in May. Watching a live concert with someone I love, with you. I’m so happy. The best feeling in the world is I can’t keep my eyes of Mikha Angelo! Hehehe. Just kidding! xP
Thank you so much, May, for the priceless lessons in every day.  I miss you, by the way.

Whatever it is, make sure those moments will make us better, stronger and happier in this new month, June! See you!

Dua Puluh Tahun

Tenang, kali ini kita tidak akan bertemu aku 20 tahun lalu. Haha. Dua puluh tahun adalah alasanku 'menolak' orang yang pertama kali ...