"Untuk apa memikirkan orang yang belum
tentu -atau kemungkinan besar- nggak mikirin kamu?"
Suatu hari seseorang melontarkan pertanyaan
itu padaku. Sesaat setelah aku dengan cerianya bercerita tentangmu. Senyum yang
menghiasi ceritaku tentangmu lenyap begitu saja. Dia benar, belum tentu kamu
memikirkan aku. Atau bahkan mungkin kamu memang tidak memikirkan aku. Untuk
apa? Untuk apa, ya.
Aku jadi bertanya-tanya, apakah tidak boleh
memikirkan orang yang tidak memikirkan kita? Bukan tidak boleh, hanya saja
sepertinya sia-sia memikirkan orang yang menghubungi kita saja tidak, mungkin.
Sia-sia? Memangnya kalau memikirkan orang
yang juga memikirkan kita itu tidak akan sia-sia? Aku rasa sama saja. Yah
siasia, manehmaneh. Ehhh.. Hehehe
Aku tidak tahu untuk apa memikirkan orang
yang tidak menghubungiku lagi. Kamu. Iya kamuu.hahaha
Tapi yang jelas aku senang. Aku senang
memikirkanmu. Ini duniaku sooo what is your problem?
Lagi pula kamu juga tidak tahu kan kalau
aku suka memikirkanmu atau setidaknya ingat padamu. Ciegitu
Selama tidak ada yang merasa terganggu aku
rasa fine2 aja memikirkan orang yang -mungkin- nggak mikirin kita. Iya nggak,
sih?
cieeeeee
ReplyDeleteapasih binn
ReplyDeleteapa cing sa?
ReplyDeletesirik yakamu
ReplyDelete