Sunday 18 June 2023

Mari Bertemu

Mari bertemu dengan diriku 16 tahun lalu.
Dia baru beranjak remaja, masih belum tahu banyak hal. Belum sadar kalau cukup banyak yang menyukainya. Beberapa ada yang mengungkapkan, ada juga yang menyukainya dalam diam. 
Hal itu tidak membuatnya merasa cantik, superior, atau punya banyak 'fans'. Malah seringnya dia jadi takut. Tapi.. terima kasih sudah menjadi bagian dari ceritanya. 

Mereka mengungkapkan perasaannya dengan cara yang berbeda. Ada yang lewat surat, temannya, SMS, atau sekedar memberikan hadiah.  

Lihat, kan.. yang suka sama aku.. ga pernah ada yang ngomong langsung. Aku... nungguin orang yang bisa ngomong langsung.
Begitu yang ditulis di diary-nya setelah membuat daftar orang-orang yang sudah mengungkapkan perasaannya. wkwk sampai ada daftarnya 😭

Sekarang aku tahu kenapa aku langsung menerima dia, pacar pertamaku. Padahal bisa dibilang baru kenal. Ternyata banyak yang kaget, ya. Termasuk aku. Hahaha. Wow, aku punya pacar!

Awalnya dia kirim SMS dan memperkenalkan diri. Aku lupa dia tahu nomorku darimana. Lalu dia bilang besok mau kenalan di sekolah. Sebenarnya aku takut banget sama orang yang ngajak-ngajak kenalan gini. Aku tidak biasa dengan budaya kenal-kenalan kecuali teman sekelas karena setiap hari ketemu. Ya, dia Kakak kelasku. Ini bukan pertama kalinya ada kakak kelas yang ngajak kenalan. Sebelumnya aku langsung kabur saat ada orang yang ternyata kakak kelas mengajak ngobrol mau kenalan 😂

Jadi, saat itu aku berharap sms-nya hanya wacana. 
Tapi ternyata dia serius. Besoknya sepulang sekolah dia menghampiriku.
Memperkenalkan dirinya secara langsung. Ya, kalau tidak begitu aku tidak akan tahu dia yang mana. Wawasanku tentang Kakak Kelas sangat sedikit. Aku nggak tahu kenapa banyak Kakak Kelas yang tahu aku padahal aku nggak suka bergaul. wkwk

Aku mulai tertarik padanya. Pernah suatu hari dia meminjam buku Matematika dan saat mengembalikannya ada kertas berisi puisi yang terselip. Katanya.. sebagai tanda terima kasih karena aku sudah pinjamkan dia buku. Puisi dan tulisannya.. bagus.
 
He is soo charming. Sampai temanku bilang kalau dia adalah mantan seseorang yang cukup terkenal di sekolah. Aku langsung merasa tidak enak kalau ternyata yang aku suka itu.. punya mantan. Mungkin karena aku belum punya mantan kali, ya? Ya, mungkin.

Sebelum pulang sekolah, aku jajan dulu di kantin.
Bisa tebak apa jajananku?
Tiba-tiba dia menghampiriku. Dia memang paling berani dalam hal nyamper-nyamperin. Tidak peduli sedang ada banyak teman-teman yang lain, tidak peduli walau dia jadi pusat perhatian, dia tetap menghampiriku.

"Sa, mau pulang?" Dia bertanya ramah. 
"Iyah," Jawabku garing.
"Hmm.. Pulang bareng, yuk?" 
"Hmm.. Ya, boleh." Jawabku yang kebetulan memang mau pulang.
Jelas rumah kita tidak searah. Tapi bisa lah jalan bareng beberapa meter sebelum naik angkot.
Aku lupa sebelumnya ngobrol apa, yang aku ingat tiba-tiba dia bertanya.. 
"Kalau aku jadi pacar kamu? Gimana?"
"HAH?" Jawabku. 
"Iya, aku serius. Aku cinta sama kamu, boleh nggak aku jadi pacar kamu?"
Aku terdiam, awkward.
Ini pertama kalinya ada yang ngomong langsung ke aku.
Jadi.. sepertinya otakku kaget sehingga responnya melambat.
"Aku.. nggak tahu harus bilang apa?" Tuh, kan.. aku jadi bodoh. 
"Yaa, kamu tinggal jawab iya atau nggak," Katanya tersenyum.

Oh, begitu kah?
Fungsi otakku masih melambat. Mungkin karena aku juga suka sama dia.
Lalu tunggu apa lagi? Kenapa aku masih diam?
Aku.. nggak tahu aku boleh pacaran apa nggak. 😂 Jadi....

"Iya," jawabku.
Dia tersenyum senang, matanya berbinar. 
"Makasih, Sa. Aku janji bakal jagain dan nyenengin kamu." Katanya sambil menatapku.

Orang yang aku tunggu adalah orang yang bisa ngomong langsung. 

Ternyata.. dia orangnya.

No comments:

Post a Comment

Dua Puluh Tahun

Tenang, kali ini kita tidak akan bertemu aku 20 tahun lalu. Haha. Dua puluh tahun adalah alasanku 'menolak' orang yang pertama kali ...