Thursday, 11 February 2016

The Train Foya

Sebenarnya nggak ada tuh kejadian ‘ditabrak kereta’. Mereka yang nabrak. Sudah jelas, kereta selalu melaju di jalurnya. Pengguna jalan juga selalu diingatkan untuk berhenti saat kereta akan lewat. Tapi ketika ada kecelakaan, selalu bilang ditabrak kereta. Seolah kecelakaan itu terjadi karena salah kereta yang tidak mau berhenti saat ada kendaraan melintasi jalurnya.

Aneh, kan?
Hampir setiap hari aku melewati jalur rel kereta dan hampir setiap hari juga aku ‘terjebak’di sana. Maksudku, aku harus berhenti sebentar menunggu kereta lewat.  Kau tahu? Aku suka melihat kereta. Mendengar bunyi ‘klakson’-nya, suara mesinnya, dan suara gesekan antara roda yang berputar dengan relnya, khas sekali. Jugijagijugijagijug. Gitu.

Aku sering membayangkan bagaimana rasanya  berada di dalam kereta dan melihat kendaraan berhenti karena aku kereta yang aku naiki sedang lewat. Jadi seperti bertukar point of view. Someday I’ll know that feeling, anw.  Ya, aku memang belum pernah naik kereta jadi harap maklum. Haha. xP

Tidak hanya aku, anak kecil pun menyukai pemandangan ‘kereta lewat’ itu. Suatu hari, aku melihat anak kecil yang sudah kegirangan saat motor ayahnya berhenti  terhalang palang. Dia sampai naik jok untuk melihat apakah keretanya masih jauh atau sudah dekat. Ketika suara kereta semakin jelas terdengar, dengan mata berbinar dia melambaikan tangannya.  
“Dadaaah!” dia terus melambaikan tangan sampai kereta itu lewat bahkan ketika palang mulai dibuka, dia masih seperti itu.
I was like, really what are you doing, kid? People there will not wave their hand back to you and they even didn’t notice you. But when I saw his face, I know that he is happy seeing that train.
Mungkin sama bahagianya ketika aku membayangkan aku yang berada di kereta itu. So, yeah.
Aku dan anak kecil itu adalah sebagian dari sangat sedikitnya orang yang bisa ‘bahagia’ ketika harus berhenti dan menunggu kereta lewat.

Lebih banyak bahkan banyaaaak banget orang yang merasa terganggu dan dirugikan saat terpaksa berhenti dan menunggu kereta lewat.
Aku nggak bisa hitung jumlah pengendara yang sering merasa jalan kereta itu adalah miliknya sehingga mereka terus melaju saat palang sudah ditutup. Percaya atau tidak, banyak banget dari mereka yang nekad melawan arah supaya bisa tetap lewat. Crazy enough to die, sih, kalau kata aku.
Aku harap kalian bukan salah satunya. Hehe.  

Mungkin mereka sedang terburu-buru, tidak sabar, alergi kereta api, atau sedang dalam keadaan terdesak untuk menyelamatkan dunia(?)
Who knows?
Untuk beberapa alasan yang masuk akal, aku masih bisa mengerti. Tadi pagi, misalnya, ada dua mobil ambulance yang terus membunyikan sirine-nya dan melawan arah dan terus melaju disaat tanda kereta lewat masih berbunyi. Selama sekiranya aman, ya nggak apa-apa kali, ya (khusus ambulance, karena pasti itu urgent banget). Tapi ternyata banyak pengendara lain yang ikut-ikutan mobil ambulance itu. Mereka seolah nggak mendengar peringatan kalau kereta yang lewat  itu dari dua arah sekaligus.
Susah emang.
Sampai kereta sudah terlihat dekat, masih ada aja pengendara yang nekad lewat. X_X

Pernah nonton film Jepang yang judulnya I Give My First Love to You?
Ada satu scene yang menurut aku bisa dijadikan pelajaran buat siapa aja. Waktu Kou dengan gayanya menerobos palang kereta (yang pasti dia pikir keretanya masih jauh) dan dalam hitungan sepersekian detik, kereta itu lewat.

Fortunately,ini bukan Jepang. kecepatan kereta yang melaju di kota ini masih tergolong lambat sehingga pengendara lain bisa memprediksi. Tapi apa kalian pernah berpikir kalau tetap ‘keukeuh’ nerobos rel kereta, mesin kendaraan kalian bisa mati tepat ditengah rel disaat kereta sudah mendekat?
The end.

Come on, people!
Kalian nggak lagi shooting video clip Bruno Mars yang jump jump jump in front of the train fo ya, kan?
Kalau kalian merasa kereta lewat menyebabkan kalian terlambat , berangkatlah lebih awal. #selfnote
Kalau kalian merasa menunggu kereta lewat itu membosankan, coba lihat sekitar. Anggaplah menunggu itu butuh waktu dua menit. Nah, kita bisa gunakan dua menit itu untuk menemukan sesuatu yang membuat kalian bersyukur dan tersenyum.  Bukannya malah nyelip-nyelip, melawan arah, nerobos rel dengan alasan ‘keretanya masih jauh’.
Kereta tetaplah kereta #yaiyalah

Aku menulis ini karena aku peduli sama kalian yang aku nggak kenal kalian itu siapa, urusan kalian apa aja.  Tapi kita sama-sama pengendara, penggguna jalan. Nggak ada salahnya buat saling mengingatkan demi keselamatan dan kelancaran jalan juga. Karena jujur aja, apa yang kalian lakukan itu malah bikin tambah macet jalanan khususnya ketika palang kereta sudah dibuka. 

No comments:

Post a Comment

Dua Puluh Tahun

Tenang, kali ini kita tidak akan bertemu aku 20 tahun lalu. Haha. Dua puluh tahun adalah alasanku 'menolak' orang yang pertama kali ...