Friday, 19 February 2016

Cerita Bibi

“Kok tega bener gitu ya, Teh. Saya pulang cuma tujuh hari, gaji saya dipotong. Padahal selama enam bulan saya kerja sendirian. Ongkos pulang kampung juga nggak dikasih.” Mata Bibi berkaca-kaca sambil menunjukkan slip gajinya.  Tertulis gaji pokok dikurang tujuh hari tidak masuk, sehingga Bibi itu hanya mendapatkan sekitar 70% dari gaji yang seharusnya. Aku miris melihat jumlah angka yang dibayarkan sambil mengelus pundak Bibi yang ingin menangis.
“Bibi udah coba tanyain?”
“Sudah. Saya tanya kenapa kok perhitungan sekali. Saya selama ini kerja sendiri dan izin pulang tujuh hari. Kenapa gaji saya harus dipotong?”
“Terus apa katanya?”
“Jangan bahas yang dulu-dulu. Yang sudah ya sudah aja,” Bibi memperagakan gaya bicara majikannya.
“……”
Aku tidak tahu harus berkata apa. Rasa marah ini tidak bisa aku ungkapkan.
“Sabar ya, Bi.” Perkataan yang tidak akan mengubah apapun, tapi setidaknya bisa membuat tenang walau sedikit.
“Iya, Teh. Sebenarnya saya udah nggak kuat kerja di sini. Tapi saya mau nunggu sampai lebaran aja, nunggu THR.” Sangat jelas terlihat kesedihan yang sedang Bibi rasakan sampai aku pun merasakannya. Aku hanya bisa berdoa semoga Bibi diberi kesabaran dan kekuatan untuk bertahan. Semoga Bibi mendapat pekerjaan yang jaaaauh lebih baik setelah keluar dari sini.
Bibi adalah salah satu dari sekian banyak asisten rumah tangga yang (menurutku) diperlakukan seenaknya. Aku heran, kenapa ada orang yang tidak menghargai apa yang sudah dilakukan pegawainya? Padahal, tanpa pegawai mereka tidak akan bisa menjadi seperti sekarang.
Maksudku,  lihat rumah besar ini! Rapi, bersih, hampir tidak ada debu sedikitpun. Anda belum tentu bisa membuat rumah Anda sebersih ini SENDIRIAN. Setiap hari, dari pagi sampai pagi lagi, mereka selalu ada dan siap melakukan pekerjaan. Setiap hari, sepanjang waktu. Jam kerja mereka lebih banyak dibanding karyawan lain yang datang jam 9 pagi kemudian pulang jam 5 sore. Tidak ada lembur, tidak ada libur. DAN ANDA MASIH TEGA MEMOTONG GAJI MEREKA SAAT MEREKA IZIN PULANG KAMPUNG SELAMA TUJUH HARI!?
---------------------------------

Aku harap, kalian bukan termasuk orang yang ‘kejam’ seperti majikan Bibi pada cerita di atas. Jika suatu hari nanti kalian memiliki pegawai, jangan pernah lupa untuk berterima kasih. Bagaimanapun, usaha kamu bisa maju itu karena ada pegawai yang membantu. Ya, aku tahu mereka dibayar. Tapi bukan berarti mereka bisa diperlakukan seenaknya.
Setidaknya, jangan lupa mengucapkan terima kasih.
Khususnya kepada pegawai yang berada di rumahmu selama 24/7. Mereka rela tinggal jauh dari keluarga mereka untuk bekerja. Mereka mengorbankan waktunya untuk mengerjakan semua pekerjaan rumahmu. Hargailah.
Buat mereka merasa nyaman dan merasa sedang berada ‘di rumah’. Aku tahu, rasa rindu pada keluarga di kampung tidak akan bisa digantikan oleh apapun kecuali bertemu. Jika kamu membuat mereka nyaman bahkan sampai menganggap kamu adalah keluarganya akan membuat rasa rindu itu sedikit terobati.
Kamu tidak tahu berapa kali mereka menangis menahan rindu ingin bertemu suami/istri dan anak. Jangan egois! Berikan waktu untuk mereka pulang berkumpul bersama keluarga.
Kamu menggaji mereka bukan berarti kamu membeli semua waktunya.
Coba belajar untuk menghargai dan berempati.
Sesekali ajak mereka jalan-jalan, makan di restaurant. Ajak mereka ‘melihat dunia’. Misalya ikut belanja bulanan ke supermarket, jalan-jalan ke mall.
Aku yakin mereka pasti senang. Kau tahu? Pekerjaan yang dilakukan dengan hati senang itu hasilnya terlihat berbeda dari pekerjaan yang dikerjakan hanya karena memang sudah tugasnya. Sesederhana itu.

No comments:

Post a Comment

Dua Puluh Tahun

Tenang, kali ini kita tidak akan bertemu aku 20 tahun lalu. Haha. Dua puluh tahun adalah alasanku 'menolak' orang yang pertama kali ...