Vanila duduk di kursi kerjanya, menatap layar
komputer dengan tatapan kosong, melamun. “Sejak kapan cinta tidaknya seseorang dinilai
dari ‘display picture’ kontaknya?” Gumam Vanila dalam hati.
Kata-kata Rizal, rekan kerjanya, saat jam makan siang
tadi masih terngiang di telinga Vanila.
***
Siang itu, semua staff di kantor bergegas menuju
kantin. Vanilla duduk satu meja dengan Rizal dan Danu.
“Van, sekarang lo kok jarang pasang foto sama cowo
lo? Lagi berantem?” Tanya Rizal.
“Hm? Nggak apa-apa. Kita baik-baik aja kok.”
“Oooh, kirain. Btw, cowo lo suka pasang foto kalian
juga nggak di display picture-nya?” Pertanyaan ‘kepo’ Rizal membuat Vanila
berhenti makan sejenak. Matanya melihat ke langit-langit, mencoba
mengingat-ingat.
“Nggak, jarang. Pernah nggak, ya? Lupa gue.” Jawab
Vanila sekenanya.
“Serius, Van!?” Danu tidak percaya.
“Berarti kalau kaya gitu, cinta lo yang lebih besar
daripada dia. Lo yang suka banget sama dia. Dianya biasa-biasa aja.” Rizal
membuat kesimpulan sendiri.
“.........”
“Emang lo nggak pernah marah atau nanya ke dia kenapa
dia kaya gitu?” Tanya Rizal lagi. Dia memang lebih berbakat menjadi reporter dibanding
menjadi pegawai kantoran seperti sekarang.
“Why should I?”
“Hati-hati loh, Van.” Kata Danu lagi.
“Hati-hati kenapa?”
“Lo tahu kenapa dia jarang pasang foto berdua sama
lo?”
“Yaa, mungkin dia memang bukan tipe orang yang suka
pasang foto?” Vanila tidak yakin dengan jawabannya. “Lagian gue nggak
menganggap hal itu sebagai masalah juga, sih. So yeah.” Vanila mengangkat bahu.
“Biasanya nih, ya. Berdasarkan pengalaman gue, orang
kalau nggak mau pasang foto berdua sama pacarnya, berarti dia ada apa-apa.”
“Apaan sih, Zal.”
“Eh, gue serius, Van. Kalau dia kaya gitu, berarti
ada hati yang dia jaga di kontaknya.” Nada bicara Rizal persis seperti orang
yang sedang membacakan cerita horror. “Pasti! Gue yakin ada hati yang dia jaga
di kontaknya. Entah itu mantan, gebetan, atau …… selingkuhan. Who knows, Van.”
“Who knows?” Danu ikut-ikutan.
Vanila mengangkat sebelah alisnya, memilih menghabiskan
jus strawberry-nya daripada menanggapi kedua rekan kerjanya itu.
***
“Sejak kapan display
picture dijadikan patokan untuk menilai cinta seseorang?” gumam Vanila
lagi. Masih melamun, dia mengambil smartphone-nya, membuka recent update kontak chat.
Danu- changed
display picture.
Terlihat foto Danu dan pacarnya di sebuah taman
bertema Eropa.
Memang jika dibandingkan dengan Danu dan Rizal, pacar
Vanila hampir tidak pernah seperti itu. Tetapi Vanila tidak pernah
membanding-bandingkannya. Untuk apa?
Vanila juga tidak pernah mempermasalahkan hal itu
karena bagi Vanila, itu bukan hal yang harus dipermasalahkan. Entah kalau
menurut orang lain. Vanila percaya
kekasihnya. Dia tidak akan
‘merusak’ hubungannya hanya karena display
picture apalagi karena mendengar pendapat orang lain yang terkesan mengatur
bagaimana seharusnya hubungan dia dengan pasangannya berjalan.
Dari cerita di atas, dapat disimpulkan bahwa setiap
orang punya cara yang berbeda dalam menunjukkan rasa sayangnya.
Tidak ada salah atau benar. Lagi pula, memasang foto
berdua bukanlah sebuah kewajiban seseorang ketika mereka memiliki pasangan.
Meskipun kebanyakan orang menganggap ‘jarang memasang foto bersama pasangannya’
adalah sesuatu yang patut dicurigai seperti kata Rizal. Mungkin apa yang dikatakan
Rizal ada benarnya, meskipun tidak selalu seperti itu. Yaa, aku tahu
kemungkinan ‘tidak selalu seperti itu’ sangat kecil karena kebanyakan memang seperti
itu.
((seperti itu))
((seperti itu))
Bagi sebagian orang, ‘display picture’ ini masih
menjadi permasalahan hubungan mereka. Dan itu wajar. Akan
ada masanya ketika kalian tidak lagi mempermasalahkan hal yang seharusnya tidak
menjadi masalah. Tentu saja jika kalian saling jujur dan percaya satu sama
lain.
No comments:
Post a Comment