Monday, 7 September 2015

Salah siapa?



Selamat pagi!
Kembali lagi bersama aku di blog aku #yaiyaDimanaLagi
So, lagi pada ngapain nih? Pastinya lagi baca blog aku, kan? Hehe. Makasih, ya sudah menyempatkan waktunya buat mampir kesini ^^
Jadi, tadi aku nggak sengaja dengar percakapan rekan kerja aku. Aku sendiri  nggak pernah niat buat nguping pembicaraan mereka, ya, istilahnya bomat gitu. Hanya kebetulan suara mereka terdengar sampai tempat aku jadi ya mau nggak mau aku dengar, dong?
“Kamu, sih, milih Jokowi.”
“Iya, siapa lagi tuh yang milih Jokowi tanggung jawab dollar jadi naik.”
And I was like “seriously?”
Sebenarnya kata-kata yang cenderung menyalahkan rekannya karena memilih presiden yang sekarang sudah terjadi sejak resminya Jokowi dilantik sebagai Presiden Republik Indonesia. Kita tahu sendiri seperti apa fenomena pilpres tahun lalu yang aku nggak habis pikir kenapa mereka bisa sampai bertengkar hanya karena perbedaan pilihan yang jelas-jelas itu hak setiap warga negara untuk bebas memilih calon presidennya. Sampai ada istilah yang namanya black campaign.
Kadang aku miris, gitu, lihat status orang-orang yang saling menghina, menyindir, menjelekkan lawan calon presidennya sampai bicara kasar kaya nggak pernah sekolah. Let’s say kita nggak suka sama orang, tapi ya nggak gitu juga, sih, caranya.
Sampai akhirnya Jokowi menjadi presiden, beberapa dari mereka yang mendukung Prabowo masih terus menjelekkan presidennya sendiri.  Pada awalnya aku pikir mereka seperti itu karena belum ikhlas aja calon presiden pilihannya ‘kalah’ dalam pemilu. Tapi, lama-lama kok kaya apa, ya?
Kesannya itu mereka seperti tidak mau dan tidak terima kalau negaranya dipimpin oleh Jokowi. (mungkin memang tidak mau) tapi, kan kita itu tinggal di negara yang sama, negara yang satu: Indonesia yang presidennya pun satu.
Kalau pas pilpres, kita bebas mau pilih dan dukung A atau B. Tapi siapapun yang akhirnya menjadi presiden, rakyat yang tadinya berbeda pilihan harus dukung presiden, dong?
Jujur aku nggak begitu ngerti dunia politik dan pemerintahan yang kaya gitu, sih. Jadi ini pemikiran aku aja yang aku pikir siapapun yang menjadi calon presiden tentu memiliki tujuan yang intinya ingin membuat negaranya maju dan lebih baik. Hanya saja setiap calon presiden memiliki cara atau visi misi yang berbeda.
Kita semua berharap Indonesia bisa menjadi negara yang lebih baik lalu bagaimana bisa kalau kita nggak mendukung dan pesimis duluan? Kenapa malah banyak orang yang masih suka koar-koar jelek-jelekin presidennya sendiri? Gitu.
Aku nggak bermaksud buat membela pihak manapun. Jadi presiden itu bebannya pasti berat banget. Beliau memegang kepercayaan jutaan rakyat untuk dapat memimpin suatu negara. Sekarang, kita sebagai warga negara ya harus mendukung siapapun yang sekarang jadi presiden, sambil mengawasi juga. Kalau ada kebijakan-kebijakan yang menurut kita kurang tepat atau apa kita bisa protes atau usul mengoreksi (ya, aku tahu nggak semudah itu juga tapi kan ada cara yang lebih baikah daripada menjelek-jelekkan atau menyalahkan orang yang telah memilih Jokowi). Itu aja, sih.
Dan aku masih nggak habis pikir sama orang yang bilang kalau dollar naik itu gara-gara presidennya. Aku pernah nonton video di youtube yang menjelaskan alasan dollar bisa naik sampai segitunya dan kalau ada yang berpikir SEMUA ini terjadi karena satu orang: presiden, atau SEMUA ini terjadi karena mereka yang sudah memilih Jokowi, aku udah nggak ngerti lagi.
Kalau sesama rakyat aja udah saling menyalahkan hal yang sudah lewat: pilpres. Sekarang ya kita jalani, banguun sama-sama dari hal kecil. Kalau masih berharap waktu bisa diputar ulang, mau gimana bisa maju?

No comments:

Post a Comment

Dua Puluh Tahun

Tenang, kali ini kita tidak akan bertemu aku 20 tahun lalu. Haha. Dua puluh tahun adalah alasanku 'menolak' orang yang pertama kali ...