Thursday, 13 August 2015

Second Week in August [Part 1]



Sabtu, 8 Agustus 2015
untuk kesekian kalinya aku mengikuti kata hati, membiarkan diriku mengikuti kemana kakiku melangkah: travel shelter. Asik bahasanya travel shelter. HAHAHA. #ngarang
Setelah pulang kerja, aku bergegas pulang ke kost-an. Entah kenapa jalanan sore ini penuh dengan kendaraan. Macetnya dimulai dari keluar kantor sampai kost-an. “Macet apaan sih,nih?” Aku mulai menggerutu dibalik masker yang menutupi sebagian wajahku. Oh iya, weekend.
Rencanaku untuk bisa berangkat ke Jakarta sekitar pukul lima sore gagal karena kenyataannya aku baru sampai kost-an pukul lima kurang lima menit.  Sesampainya di kost-an aku langsung memasukkan barang-barang ke dalam tas ransel. Aku tidak sempat makan dan istirahat untuk mengejar waktu. Aku rasa aku sudah memecahkan rekor “packing tercepat” karena tidak sampai sepuluh menit aku sudah siap gendong tas ransel. Wow! Aku biasanya kalau packing bisa sampai satu jam sendiri, loh. Bengong depan lemari sambil bingung mau bawa baju apa(?)
Terima kasih kepada adikku yang sudah mensponsori kakaknya untuk mengarungi jarak dan waktu. #hazeg.  Dia yang mengantarkanku ke travel shelter sehingga aku bisa mengejar travel yang berangkat sekitar pukul 18.00 waktu Indonesia Bandung. Kalian tahu ngaret dan macetnya Bandung, kan? Iya, gitu.
Masih ada rasa greget kaya “kalau aja tadi berangkat jam lima. Mungkin sekarang aku sudah di tol.”
Aku sudah tidak sabar untuk bertemu dengannya. Seseorang yang menjadi jawaban dari beberapa pertanyaan: kenapa?
-          Kenapa aku bergegas pulang sore ini? Karena AKU.
-          Kenapa aku pergi ke travel dan menunggu keberangkatan tujuan Jakarta? Karena KANGEN.
-          Kenapa aku bela-belain pergi ke Jakarta sepulang kerja? Karena DIA.
Keinginan untuk bertemu membuatku berada di sini.
Aku sering mendapat pertanyaan atau komentar orang-orang  yang ‘tidak begitu mengenalku’ seperti,
“Kenapa kamu yang ke sana? Bukannya dia aja yang ke sini.”
“Kok cewe yang nyamperin cowo?”
“Kok sering banget kamu yang ke sana?”
Dan bla bla bla yang intinya menganggap kalau aku (perempuan) yang pergi untuk bertemu cowonya adalah seusatu yang aneh? Cewe yang nyamperin cowo atau apalah itu like “gengsi atuh cewe yang nyamperin.” Hmm. Gengsi?
Aku sendiri nggak pernah kepikiran gengsi atau apa kalau aku yang pergi ke sana. Aku nggak mempermasalahkan hal kaya gitu. Lagian, aku juga nggak keberatan buat pergi ke sana kalau memang aku bisa. So, aku rasa hal kaya “kenapa cewe yang nyamperin cowo? Harusnya bla bla bla” nggak perlu jadi sesuatu yang apa, ya, namanya?
As long as the person whom you will meet is your boyfriend, there’s no problem, right?
Kalau nyamperin cowo orang lain baru itu aneh. Get it?
Ya intinya aku bukan tipe orang yang gengsinya sampai nembus lapisan atmosfer ketujuh. Kalau aku suka, aku bakal bilang suka. Kalau aku kangen, aku bakal bilang aku kangen. Dan kalau aku bisa, aku bakal temuin dia waktu dia lagi nggak bisa ketemu (read: ke Bandung) dan ada kesempatan. Menurut aku  kalau ada yang berpikiran gengsi kaya gitu mungkin dia nggak ikhlas sampai bisa mikir kenapa harus aku (cewe) yang nyamper.
Nggak harus selalu nunggu. Buat aku, mau ketemu di Bandung atau Jakarta atau dimana pun nggak masalah karena intinya ketemu. Lagi pula, aku senang jadi bisa jalan-jalan ke banyak  tempat. Sekalian nambah ilmu, wawasan, pengalaman, refreshing. Karena ada saatnya ketika aku  merasa aku ingin pergi yang jauh dari Bandung walalupun sebentar. Kaya get lost somewhere aja, gitu :D
Okay, cukup. Kita kembali ke cerita. Sampai mana tadi? Lupa kan. Wkwk.

Setelah lama menunggu travel yang tak kunjung datang. Apalah arti aku menunggu? #malahNyanyi
Aku kebagian duduk di dekat pintu jadi asik bisa lihat pemandangan malam. Sudah menjadi kebiasaan kalau di perjalanan aku nggak pernah bisa tidur lama. Apalagi kalau udah lewat rest area. Pasti kebangun-bangun dan berharap cepat sampai. Kalau di Indonesia ada lomba macet-macetan, aku rasa Jakarta akan jadi juara 1 dan Bandung juara 2-nya. Huhuhu sedih.
                Akhirnya, sektelah kira-kira menempuh perjalanan selama 3,5 jam aku sampai di Jakarta. Nggak lama, seorang yang aku tunggu datang menjemput. Aku senang sekali! Rasanya pengen lari waktu tahu kalau dia udah ada di depan #mulai. Malam ini aku senang. Berada di kota ini untuk kesekian kalinya, melihat pemandangan malam yang aku suka dan yang paling penting adalah sama dia. ^^
                “Kamu udah makan?” adalah pertanyan yang aku tunggu karena aku lapar. Hehe.
Aku kembali menikmati pemandangan jalan sampai akhirnya berhenti di sebuah tempat yang jualan makanan. Kita makan sate ayam yang ada di dekat pinggir jalan, di depan sebuah kantor majalah yang sering diceritakan. Asap dari bakaran sate menghiasi udara disekitar tempat itu. (Lagi senang, asap sate aja dibilang menghiasi)wakakak XD. 
Meskipun bintang tidak menampakkan cahayanya di langit Jakarta, tapi malam ini indah banget. Rasanya aku menemukan kekuatanku kembali!
Kau tahu apa? Aku bahkan tidak merasakan lelah setelah menempuh perjalanan dari Bandung ke Jakarta hari ini.
:)

No comments:

Post a Comment

Dua Puluh Tahun

Tenang, kali ini kita tidak akan bertemu aku 20 tahun lalu. Haha. Dua puluh tahun adalah alasanku 'menolak' orang yang pertama kali ...