Tuesday, 25 August 2015

Cigar




First thing that pop up on my head when I read that word is Maroon 5’s song: your cigar, yes please
Krik krik krik krik.
Skip that.
People who know me so well (smash-blast detected. haha) absolutely know thing that I don’t like so much. Yes, it is: cigarette. The smell and the smoke are never be friendly for me, for my body.
Never
ever
ever!!!
Maybe it because I live in non-cigarette circle life.
Fortunately, my dad and my brother are not smoker. My home is free from those things (cigarette and the smoke). I am grateful for that actually.
I write this doesn’t mean to mock the smoker. If you are a smoker just go on.  That’s none of my business though. In my office, there is a man who likes smoke every day, every time, and everywhere.  He often brings that cigar to my place. I’ve told him to keep the cigar away from me but he seems like doesn’t understand Indonesian language or what I don’t know. Over all, it really annoying.
Yesterday he came to my place with the cigar on his hand.
“Stay away!” I bit shouted to him. Actually, he is 20-30 older than me but whatever. I just don’t want to heal that smoke. It makes me have a bad mood.
“Okay. Okay.” He hide the cigar.
“Good then.”
“What’s wrong with this? Your boyfriend is a smoker too, isn’t he?”
“No. He is not.”
“Really??” He seems like can’t believe what just he heard.
“Ya.”
“Awesome! Then he is not a man.”
“Who said to be a man you must be a smoker? Besides, that is one of the reasons why I like him.”
He smile and went to outside.
That stupid opinion I don’t get it. For me, a man is someone who knows how to treat woman well, is my boy friend. He is the best.
And the cigar can’t decide it.
I even see people who smoke WHEREVER he want is not a man at all.
Thank you.


Wednesday, 19 August 2015

Es Teh Manis



Jenis minuman yang sepertinya hampir ada di setiap restaurant atau café ini memang sudah tidak asing lagi. Semua orang tahu dan bahkan pernah mencoba minuman hits yang satu ini. Tapi tidak semua orang tahu cara membuatnya.
Aku mau berbagi sedikit pengalaman tentang es teh manis, nih.
Beberapa tahun yang lalu, mungkin sekitar tiga atau empat tahun lalu tante memintaku untuk membuatkan es teh manis. Ya aku buatin dong (?)
Aku memasukkan dua bungkus gula rendah kalori kemudian teh celupnya. Lalu aku menuangkan air dingin dari dispenser ke gelas yang berisi gula dan teh tadi. Supaya lebih terasa es-nya, aku juga memasukkan tiga bongkah kecil es batu. Udah dingin banget, dong? Banget.
Tapi kok warna airnya tidak berubah? Biasanya kan airnya berubah warna jadi coklat. Kok ini tetap bening? Aduh ini gimana?  Kok gulanya masih ada yang belum larut juga?
JENG. JENG!!
“Mungkin tehnya kurang(?)” [ini bodoh banget sih asli] aku memasukkan satu teh celup lagi, berharap warna air dalam gelas berubah seperti air teh pada umumnya. Tapi apa? NOTHING!!  
Dari situ aku mulai panik karena tidak tahu harus bagaimana. Ini apa yang salah, sih?
Dengan pasrah aku memberikan es teh yang lebih mirip air putih dingin itu kepada tanteku. Aku sudah menyiapakan mental siap dimarahi karena bentukan es teh manis buatanku yang super gagal. Itu es teh manis apa es air putih!?
“Kok kaya gini es teh manisnya?”
“Iya. Nggak tahu.”
((Nggak tahu))
yaa aku memang benar-benar nggak tahu, guys.
-NAH
Seiring berjalannya waktu, akhirnya aku tahu penyebab kegagalanku hari itu.
Aku salah. Aku tuh kaya "OMG. LO WAKTU SEKOLAH BELAJAR APAAN!!?" ke diri aku sendiri waktu akhirnya aku ingat kalau gula itu sulit larut dalam air dingin.
Baka banget habisnya dulu gemes -_- huft.
Meskipun namanya es teh manis, tetapi cara membuatnya sama seperti kita membuat teh manis hangat biasa. Bedanya, setelah diaduk, kita tambahkan es batu ke dalam gelasnya dan jadilah ES teh manis! Jadi yang membuat dingin minuman ini bukan karena kita menyeduhnya langsung dengan air dingin dari kulkas atau dispenser tapi karena Es batu yang kita masukkan setelah tehnya jadi. Tentu saja warna coklat khas teh dan gula yang larut dalam air seperti ini:
source: google.com

Friday, 14 August 2015

Second Week in August [part 2]


Ao Haru Ride

Dikenal juga dengan judul Blue Spring Ride adalah sebuah film live action Jepang genre romance. Filmnya sendiri diadaptasi dari komiknya dengan judul yang sama. Shoujo shoujo gitu lah.. Tahu shoujo, kan?   Jadi ada beberapa genre dalam dunia komik Jepang atau kita kenal dengan istilah manga. Shoujo itu salah satunya. Shoujo adalah komik yang biasanya bercerita tentang percintaan anak sekolah. Kebanyakan anak perempuan pasti menyukai cerita seperti ini, termasuk aku. wuwuwu >.<
Ada juga namanya shounen. Shounen itu genre yang identik dengan berantem-beranteman kaya komik yang dibintangi oleh my fist love Killua Zaoldyck, HunterxHunter.  
Kalau saja harga komik itu masih Rp10.000-an.  Sekarang harga komik sudah hampir mencapai Rp20.000 yang membuatku ingin menangis di depan rak buku gramedia. Sedih banget, sumpah T^T
Aku jadi harus berpikir dua kali untuk membeli komik atau makanan. Sungguh pilihan berat yang pastinya aku pilih beli makanan padahal ingin komik juga. #curhatSedih
Sebelumnya, Ao Haru Ride sudah dibuat serial anime-nya hingga 12 episode. Sedangkan komiknya  ada 16 chapter. Live action-nya sendiri berdurasi kurang lebih dua jam.
Aku sudah membaca komiknya secara online sampai chapter 12 dan menonton serial anime-nya sampai episode 2 #GaNiat wkwk. Setelah tahu akan ada live action-nya, aku jadi penasaran.
Di Jepang, Ao Haru Ride sudah tayang di bioskop sekitar bulan Desember tahun lalu. Apakah film ini akan sampai ke bioskop Indonesia? Aku rasa tidak (emang nggak :P). Aku hanya bisa pasrah menunggu film ini sampai ke Indonesia.
Meskipun begitu, OST Ao Haru Ride live action sudah ada di youtube, loh.. Bahkan dengan beberapa cuplikan adegan yang bikin penasaran. I’m in love with this song so much!!
Dari pertama dengar, lalu diulang lagi, dengar lagi, ulang lagi aku masih tetap suka! Bahkan sampai sekarang.  Nakitai nante iwanai yo .. Itsu demo kimi no tonari de ~

Nah, waktu bulan puasa kemarin aku dapat kabar kalau Nada, adik sepupu aku, sudah nonton Ao Haru Ride Live action. Wawawawaaa! Adik sepupu aku yang satu ini adalah masternya film-film drama Jepang, Korea, Thailand. Tanya drama atau movie apa aja dia pasti punya. Lengkap banget suka  bikin aku galau mau minta film yang mana rasanya mau semua :(
Waktu lebaran kemarin, selain silaturahmi ke rumahnya aku punya niat terselubung yaitu minta film. ((niat terselubung)) HAHAHA. Ternyata, dia juga punya Ao Hru Ride yang anime-nya. Tapi aku cuma penasaran yang live action-nya. Get it! Tinggal nontonnya.. yay! *ala keenan*
Aku coba ajak dia nonton Ao Haru Ride. Aku pasrah aja sebenarnya karena tahu kalau dia kurang atau mungkin nggak suka sama cerita cinta-cintaan like drama (apalagi Korea), romance yang aku suka tonton. Jadi kemungkinan dia mau nonton ini sangat kecil. But  unexpectedly ….
That ‘yuk’ makes my day. Haha #mulai
 Aku nggak nyangka kalau ternyata dia mau nonton Ao Haru Ride (yang mungkin dia nggak tahu itu cerita apaan) sama aku. wihii.  
Karena lelah hari itu kita nggak jadi nonton Ao Haru Ride padahal udah semangat banget tapi cape mau bagaimana lagi? Mungkin lain waktu atau aku nanti nonton sendiri di laptop kantor waktu jam istirahat.
“Jangan ditonton dulu. Nanti aja sama kakak.” Membuatku sama sekali nggak buka-buka film itu sampai akhirnya hari itu tiba. Hari ketika aku pergi ke Jakarta. Malam setelah makan sate yang asapnya berasa kaya dry ice di panggung-panggung itu..
Nonton Ao Haru Ride pun menjadi kenyataan. Wiiii!!! Nontonnya serasa kaya di bioskop seru banget!
Awalnya semangat. Penasaran. Bahkan sempat kebawa emosi sama Kou karena aku pikir he doesn’t treat woman well. Aku tuh sampai kaya monolog berisik saking kesalnya:
“Ih, parah banget.”
“Eh, jahat banget sumpah..”
Kesal sekali. Kesal sekali. Kesal sekaaaliii…
Kalau ada cowo kaya gitu ke aku udah aku timpuk pake bakiak kali. Nggak banget deh sikap Kou di film itu. Meskipun dia ganteng #loh. Masa lalu dia yang kurang menyenangkan nggak bisa dijadiin alasan dia kaya gitu dong harusnya. Bukan berarti dia boleh bersikap seenaknya (kalau kata aku itu seenaknya) ke Futaba. Dan sikap Kou ke siapa tuh lupa cewe yang cerita masa kecilnya hampir sama kaya dia, oh si Narumi, harusnya nggak over kaya gitu. Kan bikin Narumi jadi baper. Namanya cewe kalau dikasih perhatian kaya Kou gitu pasti suka lah. Baka! Kalau kata bahasa Sundanya mah : Kou, ongkoh maneh tehh resep ka si Futaba, naha nyamperkeun Narumi wae? ((maneh)) Hahaha emosi abisss. XD    
 Tapi lama-lama kita tuh kaya, “masih lama ga sih filmnya?”
“Udah gitu aja?”
“Kok gini?”
“Terus gimana?”
Tanda-tanda kita mulai kurang menikmati filmnya karena kok kaya flat banget. Kurang greget. Dan terkesan diburu durasi. Over all agak mengecewakan, untuk  ada Kikuchi-kunnn >.< lucu banget itu anak satu pengen bawa pulang. Wkwk. Ngga deng xP
Lagi, yang bikin aku senang nonton film ini bukan karena ceritanya tapi karena dia. Aku senang dia mau nemenin aku nonton padahal dia nggak suka drama-dramaan. Meskipun nontonnya nggak bisa diam, guling-guling mulu. Hehe. Tapi tetap ada dekat aku dan ngikutin ceritanya sampai selesai :)
Kesan dan pesan yang aku bisa simpulkan dari film ini adalah:
Tanaka-Kun ganteng sekali. Ganteng sekali. Ganteng sekaaalii. Wowowowowowo. Ku tak bisa, lihat yang lain, selain kaamuu. #mulai (kalau yang tahu lagunya pasti bacanya sambil dinyanyiin) hehe.

Kayaknya lebih seru kalau cerita waktu kecilnya dibanyakin. Jadi aku bisa lihat Tanaka-Kun lama-lama.
Nggak deng, lihat dia aja ..

Thursday, 13 August 2015

Second Week in August [Part 1]



Sabtu, 8 Agustus 2015
untuk kesekian kalinya aku mengikuti kata hati, membiarkan diriku mengikuti kemana kakiku melangkah: travel shelter. Asik bahasanya travel shelter. HAHAHA. #ngarang
Setelah pulang kerja, aku bergegas pulang ke kost-an. Entah kenapa jalanan sore ini penuh dengan kendaraan. Macetnya dimulai dari keluar kantor sampai kost-an. “Macet apaan sih,nih?” Aku mulai menggerutu dibalik masker yang menutupi sebagian wajahku. Oh iya, weekend.
Rencanaku untuk bisa berangkat ke Jakarta sekitar pukul lima sore gagal karena kenyataannya aku baru sampai kost-an pukul lima kurang lima menit.  Sesampainya di kost-an aku langsung memasukkan barang-barang ke dalam tas ransel. Aku tidak sempat makan dan istirahat untuk mengejar waktu. Aku rasa aku sudah memecahkan rekor “packing tercepat” karena tidak sampai sepuluh menit aku sudah siap gendong tas ransel. Wow! Aku biasanya kalau packing bisa sampai satu jam sendiri, loh. Bengong depan lemari sambil bingung mau bawa baju apa(?)
Terima kasih kepada adikku yang sudah mensponsori kakaknya untuk mengarungi jarak dan waktu. #hazeg.  Dia yang mengantarkanku ke travel shelter sehingga aku bisa mengejar travel yang berangkat sekitar pukul 18.00 waktu Indonesia Bandung. Kalian tahu ngaret dan macetnya Bandung, kan? Iya, gitu.
Masih ada rasa greget kaya “kalau aja tadi berangkat jam lima. Mungkin sekarang aku sudah di tol.”
Aku sudah tidak sabar untuk bertemu dengannya. Seseorang yang menjadi jawaban dari beberapa pertanyaan: kenapa?
-          Kenapa aku bergegas pulang sore ini? Karena AKU.
-          Kenapa aku pergi ke travel dan menunggu keberangkatan tujuan Jakarta? Karena KANGEN.
-          Kenapa aku bela-belain pergi ke Jakarta sepulang kerja? Karena DIA.
Keinginan untuk bertemu membuatku berada di sini.
Aku sering mendapat pertanyaan atau komentar orang-orang  yang ‘tidak begitu mengenalku’ seperti,
“Kenapa kamu yang ke sana? Bukannya dia aja yang ke sini.”
“Kok cewe yang nyamperin cowo?”
“Kok sering banget kamu yang ke sana?”
Dan bla bla bla yang intinya menganggap kalau aku (perempuan) yang pergi untuk bertemu cowonya adalah seusatu yang aneh? Cewe yang nyamperin cowo atau apalah itu like “gengsi atuh cewe yang nyamperin.” Hmm. Gengsi?
Aku sendiri nggak pernah kepikiran gengsi atau apa kalau aku yang pergi ke sana. Aku nggak mempermasalahkan hal kaya gitu. Lagian, aku juga nggak keberatan buat pergi ke sana kalau memang aku bisa. So, aku rasa hal kaya “kenapa cewe yang nyamperin cowo? Harusnya bla bla bla” nggak perlu jadi sesuatu yang apa, ya, namanya?
As long as the person whom you will meet is your boyfriend, there’s no problem, right?
Kalau nyamperin cowo orang lain baru itu aneh. Get it?
Ya intinya aku bukan tipe orang yang gengsinya sampai nembus lapisan atmosfer ketujuh. Kalau aku suka, aku bakal bilang suka. Kalau aku kangen, aku bakal bilang aku kangen. Dan kalau aku bisa, aku bakal temuin dia waktu dia lagi nggak bisa ketemu (read: ke Bandung) dan ada kesempatan. Menurut aku  kalau ada yang berpikiran gengsi kaya gitu mungkin dia nggak ikhlas sampai bisa mikir kenapa harus aku (cewe) yang nyamper.
Nggak harus selalu nunggu. Buat aku, mau ketemu di Bandung atau Jakarta atau dimana pun nggak masalah karena intinya ketemu. Lagi pula, aku senang jadi bisa jalan-jalan ke banyak  tempat. Sekalian nambah ilmu, wawasan, pengalaman, refreshing. Karena ada saatnya ketika aku  merasa aku ingin pergi yang jauh dari Bandung walalupun sebentar. Kaya get lost somewhere aja, gitu :D
Okay, cukup. Kita kembali ke cerita. Sampai mana tadi? Lupa kan. Wkwk.

Setelah lama menunggu travel yang tak kunjung datang. Apalah arti aku menunggu? #malahNyanyi
Aku kebagian duduk di dekat pintu jadi asik bisa lihat pemandangan malam. Sudah menjadi kebiasaan kalau di perjalanan aku nggak pernah bisa tidur lama. Apalagi kalau udah lewat rest area. Pasti kebangun-bangun dan berharap cepat sampai. Kalau di Indonesia ada lomba macet-macetan, aku rasa Jakarta akan jadi juara 1 dan Bandung juara 2-nya. Huhuhu sedih.
                Akhirnya, sektelah kira-kira menempuh perjalanan selama 3,5 jam aku sampai di Jakarta. Nggak lama, seorang yang aku tunggu datang menjemput. Aku senang sekali! Rasanya pengen lari waktu tahu kalau dia udah ada di depan #mulai. Malam ini aku senang. Berada di kota ini untuk kesekian kalinya, melihat pemandangan malam yang aku suka dan yang paling penting adalah sama dia. ^^
                “Kamu udah makan?” adalah pertanyan yang aku tunggu karena aku lapar. Hehe.
Aku kembali menikmati pemandangan jalan sampai akhirnya berhenti di sebuah tempat yang jualan makanan. Kita makan sate ayam yang ada di dekat pinggir jalan, di depan sebuah kantor majalah yang sering diceritakan. Asap dari bakaran sate menghiasi udara disekitar tempat itu. (Lagi senang, asap sate aja dibilang menghiasi)wakakak XD. 
Meskipun bintang tidak menampakkan cahayanya di langit Jakarta, tapi malam ini indah banget. Rasanya aku menemukan kekuatanku kembali!
Kau tahu apa? Aku bahkan tidak merasakan lelah setelah menempuh perjalanan dari Bandung ke Jakarta hari ini.
:)

Dua Puluh Tahun

Tenang, kali ini kita tidak akan bertemu aku 20 tahun lalu. Haha. Dua puluh tahun adalah alasanku 'menolak' orang yang pertama kali ...