Thursday, 20 March 2014

SP


Pernah dengar kalimat seperti ini, belum ?  "teknologi menjauhkan yang dekat dan mendekatkan yang jauh"
Kalau ga salah istilah itu ada di iklan televisi. Iklan sebuah produk tehh yang intinya (menurutku) beli lah produk tersebut! Hehe. Ya apalagi coba?  Kali ini aku nggak akan membahas iklan. Hanya saja, menurutku banyak pesan yang juga tersirat dalam cerita itu. Disadari atau tidak memang seperti itulah (sebagian) kenyataan hidup zaman sekarang. Ya hidupnya tuh nggak jauh-jauh dari gadget (re: smartphone (SP) ,handphone (HP) ,tablet (TAB) ,dan laptop). 
Aku masih ingat, waktu SD apa SMP gitu, ada pelajaran IPS tentang kebutuhan manusia yang terbagi menjadi tiga :
1. Primer
Adalah kebutuhan pokok yang pasti dibutuhkan setiap manusia : sandang, pangan, papan. 
2. Sekunder
Kebutuhan yang berguna untuk melengkapi kebutuhan primer seperti televisi, telepon, misalnya.
3. Tersier
Pokoknya barang yang mewah seperti kendaraan, dan handphone.
Guruku pernah bilang "tidak menutup kemungkinan suatu hari, entah beberapa tahun lagi mungkin barang yang termasuk kebutuhan sekunder, akan berubah menjadi kebutuhan primer."
'Beberapa tahun kemudian' yang beliau katakan waktu itu ternyata terjadi. Handphone yg dulu masih menjadi kebutuhan tersier, berubah menjadi kebutuhan primer. See?
Apalagi sekarang teknologi semakin canggih. Aku nggak akan membandingkan masa kecilku dengan masa kecil anak sekarang karena sudah jelas-jelas berbeda. Bukan berarti aku iri sama anak kecil zaman sekarang, hanya saja aku pikir memang tidak akan ada yang sama. Bisa saja kecanggihan yang sudah disentuh oleh anak kecil zaman sekarang akan menjadi sebuah ke-kuno-an ketika mereka sudah dewasa. Ya sama aja kaya kita sekarang yang anggap telepon umum atau wartel itu zadul (bacanya jadul) (zaman dulu). Ya kurang lebih seperti itu.
Cuma aku belum bisa membayangkan benda apa yang akan membuat tablet, smartphone, dan gadget canggih berubah menjadi barang zadul.
Smartphone. yg pertama kali terbesit saat mendengar benda itu adalah : bbm, whatsap, line, dan apalah itu. Aplikasi-aplikasi yang hanya bisa diakses menggunakan SP.

Waktu itu (re: sebelum aku punya sp) teman-temanku sudah jauh lebih dulu menyentuh berbagai macam aplikasi itu. Sebut saja salah satunya whatsap. Yang aku dengar dari orang-orang, whatsap itu kaya bbm lagi. Itu saja. Aku tidak tahu bentuk dan rupanya seperti apa. "Kaya bbm lagi" bbm aja aku nggak tau da belum punya bb-nya. At least aku tahu, aplikasi itu bisa kirim gambar, voice atau tulisan. Intinya lebih dari sekedar SMS.
Banyak teman yang pakai whatsap. Dan aku (re: siapapun yg gapunya sp) nggak ngerti itu karena kita nggak punya. Sering banget obrolan jadi nggak nyambung karena tibatiba mereka bilang "ih iya di whatsap kan dia bla bla bla" atau "kocak banget deh whatsapan sama sii ABCDEF" , "yaudah nanti aku WA ya"  DLL -
Menedngar omongan seperti itu jujur saja membuat kita merasa 'tersisihkan'. Jadi kaya kita lagi asik ikut pembicaraan, tibatiba sebagian orang membicarakan hal yang hanya dimengerti oleh mereka yang menggunakan whatsap atau bbm dll. Jadi aku (kita) juga bingung mau nyambung kaya gimana dan akhirnya memilih untuk jadi silent reader. Miris? Iya.
Aku pernah bilang ke temanku (kita samasama gapunya sp dan aplikasi chat) kalau antara kita dengan mereka yang punya aplikasi chat itu kaya dibatasi oleh sebuah dinding yang tak terlihat. Kita sama mereka itu kaya ada di beda dunia. Banyak hal yang kita nggak tahu cuma karena HP kita nggak punya aplikasi itu.  Sekarang, banyak teman yang beralasan ga bales sms karena gapunya pulsa soalnya dipaket buat segala macem. Tau ga sih, kadang alasan itu menyebalkan bagi kita pengguna handphone biasa. Belum lagi kalau sudah menyangkut jarkoman. Sering banget terjadi kesalahpahaman garagara itu. Misal, A sudah broadcast ke seluruh kontak bbm (mungkin) dengan harapan yg lain akan menyebarkan infonya pada teman yang gapunya bb. Ya Mending kalau akhirnya jarkoman nyampe semua. Kalau nggak? Mau nyalahin ke temen yang ga punya SP? "Ya elu sih gaada bb, jadi susah" mau bilang gitu?
Lalu apa? Smartphone, aplikasi chat itu sekarang sudah menjadi kebutuhan primer? Barang wajib yang semua orang harus punya?
Cepat atau lambat sepertinya memang akan begitu. Ini menyeramkan. Aku sendiri punya SP ketika awal september 2013. Tergolong baru sih.hehe. Aku mengumpulkan uang hasil kerjaku, dan akhirnya aku bisa membeli blackberry. Sekarang mungkin blackberry itu bukan barang mewah lagi. Apalagi android dan OS lain sudah bisa menyediakan fitur bbm meski hp-nya bukan bb. Canggih emang.  Design hp sekarang juga kebanyakan touchscreen. Aku nggak begitu tertarik dengan touchscreen. Awal punya sp rasanya senang. Akhirnya aku bisa menyentuh 'dunia' yang tidak bisa kusentuh sebelum aku punya handphone canggih ini. Akhirnya aku bisa tahu rasanya punya line, 4sq, atau kakaotalk. Akhirnya aku bisa merasakan nge-twit via blackberry. Lol.
Ya, tapi aku juga hati-hati. Kadang SP membuat kita sadar atau tidak menjadi otomatis show up dengan update status atau foto. Membuat orang-orang tidak perlu lagi bertanya keadaan kita karena kita akan dengan sendirinya memberitahu hal itu. Jadi, gunakanlah sp sewajarnya. Karena aku tahu rasanya. Kalau bisa, jangan terlalu membuat 'dunia' sp sendiri. Kau tahu? Rasanya tersisihkan ketika mulai membicarakan hal-hal yang hanya diketahui pengguna sp sedangkan kita tidak tahu apa-apa?  Rasanya seperti dianggap tak ada. Jadi, menyesuaikanlah! You use smartphone , so please, be smart!

No comments:

Post a Comment

Dua Puluh Tahun

Tenang, kali ini kita tidak akan bertemu aku 20 tahun lalu. Haha. Dua puluh tahun adalah alasanku 'menolak' orang yang pertama kali ...