Eunji masih berusaha mencari kunci sepedanya. Ia memasukan satu per satu kunci yang menggantung di gantungan kunci pokemonnya itu. Ada sekitar lima kunci dan Eunji selalu tidak bisa membedakan mana kunci sepeda, kamar, rumah, dyari, dan loker.
Sekelompok anak yang tidak lain adalah temannya lewat sambil tertawa.
"Wah nanti belajar matematikanya sama kak Ryan lagi, kan? asiiik!" Kata salah satu dari mereka.
"Iya, kalau sama kakak itu jadi mudah mengerti, ya! Seru lagi!" Sahut teman yang satu lagi.
"Eh, nanti pulangnya bareng lagi, ya, kaya kemarin!"
"Eunji! Kita duluan, ya!" Kata Radit yang melihat Eunji. Eunji tersenyum dan melambaikan tangan.
"Eunji, kamu tidak mau ikut les tambahan? Asik, loh! Ayo ikut les sama-sama!" Kata Riani -mungkin-basa-basi.
"Dia sudah pintar, tidak perlu les," cletuk Dika.
Eunji nyengir tanpa arti.
"Kita duluan, ya! Dadaaah!"
Lama kelamaan pembicaraan mereka tidak lagi terdengar jelas.
"Berisik sekali," gumam Eunji.
Eunji melihat teman-temannya yang berjalan menjauh sambil membawa map transparan yang isinya buku dan kertas-kertas. Buku yang katanya rangkuman dari apa yang telah dipelajari sejak kelas X sampai kelas XII sekarang. Ya, buku pegangan yang biasa dimiliki mereka yang mengikuti les tambahan untuk persiapan ujian nasional dan masuk perguruan tinggi negeri.
Setelah beberapa lama terdiam dan larut dalam pikirannya sendiri, Eunji menghela nafas dan mulai mengayuh sepedanya, pulang.
Aku.. aku juga ingin ikut les tambahan seperti mereka. Bisa menghabiskan waktu lebih lama bersama-sama, belajar bersama. Sepertinya les membuat mereka lebih akrab. Setiap hari ada saja topik pembicaraan menyenangkan dan aku selalu tidak tahu apa-apa tentang itu. Gumam Eunji. Keadaan ekonomi keluarga Eunji tidak memungkinkan untuk ikut les yang membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Eunji dapat mengerti hal itu, tapi tetap saja terkadang ia ingin merasakan rasanya belajar di tempat les seperti teman-temannya. Eunji memang bukanlah satu-satunya siswa yang tidak mengikuti les tambahan. Les tambahan membutuhkan uang yang tidak sedikit. Sebenarnya bisa saja Eunji minta izin ikut les tambahan pada orang tuanya, tapi Eunji tahu hal itu hanya akan memberatkan orang tuanya saja. Apalagi Jun Su, adiknya Eunji, tahun ini juga akan lulus SMP dan masuk SMA.
Diam-diam Eunji suka meminjam buku les milik Na Eun, sahabatnya, dan membacanya waktu istirahat. Pada dasarnya semua yang diajarkan di tempat les sama dengan yang diajarkan sekolah. Di sekolah, Eunji termasuk anak yang kemampuan akademiknya biasa-biasa saja.
"Sebenarnya tidak perlu ikut les tambahan dan menghapal rumus-rumus cepat, kita hanya perlu belajar SEDIKIT lebih giat dari teman-teman yang lain. Sering-sering latihan soal, membaca, dan berdoa." Kata wali kelas Eunji suatu hari.
"Ikut les tambahan bukan berarti kita akan 100% berhasil. Itu hanya salah satu penunjang belajar, percaya pada ibu, asal kau belajar giat, kau pasti bisa."
Kata-kata itu menjadi penyemangat Eunji untuk terus belajar dan tidak merasa minder meskipun dia tidak ikut les. Bagaimanapun, semua tergantung usaha dan kerja keras masing-masing.
Ujian Nasional yang -tidak begitu- dinanti oleh murid kelas dua belas akhirnya tiba. Dengan usaha, hasil kerja keras dan 'kerja sama' menyatukan kekuatan, akhirnya mereka lulus 100%. Senang sekali akhirnya bisa melewati UJIAN NASIONAL itu.
Tinggal satu ujian lagi : UJIAN MASUK PERGURUAN TINGGI NEGERI.
Ujian yang sepertinya adalah RAJA dari semua raja ujian karena ujian ini diikuti oleh hampir semua siswa kelas XII bahkan tahun-tahun sebelumnya. Mereka semua berlomba-lomba memperebutkan bangku di universitas yang mereka impikan. Termasuk Eunji.
Eunji sangat berharap dan ingin masuk perguruan tinggi negeri karena Pamannya yang tinggal di kota pernah menjanjikan Eunji seperti ini, "Eunji, kalau kau bisa masuk ke perguruan tinggi manapun, paman akan belikan laptop atau blackberry. Nanti kau pilih saja mau laptop apa blackberry. Belajarlah yang giat!"
"Baik!" seru Eunji kegirangan. Itulah motivasi terbesar Eunji untuk masuk ke PTN. Setiap malam saat belajar, Eunji membayangkan dirinya memiliki laptop sendiri. Belum terpikir oleh Eunji tentang masa depan apalagi prospek kerja. Eunji hanya ingin bisa masuk perguruan tinggi negeri agar bisa dapat laptop atau blackberry yang dijanjikan oleh pamannya. Singkatnya, Eunji ingin memiliki laptop dan masuk PTN adalah jalan untuk mendapatkan benda yang ia inginkan tanpa harus meminta pada ayah dan ibu.
Eunji suka bahasa Inggris. Dia ingin menjadi guru bahasa dan penerjemah. Menurutnya itu akan menyenangkan karena sejak kecil Eunji senang belajar bahasa. Eunji pikir jika ia menguasai bahasa ia bisa pergi keliling dunia! Setidaknya ke beberapa negara.
"Ibu! aku ingin masuk perguruan tinggi negeri di Bandung. Boleh kan?" Tanya Eunji suatu hari.
Ibu hanya mengangguk tanpa berkata apapun.
"Asiiiik!" Eunji berlalri ke kamar dan mulai belajar. Semangat!
-bersambung- dan tidak tahu kapan akan disambung lagi.
Sekelompok anak yang tidak lain adalah temannya lewat sambil tertawa.
"Wah nanti belajar matematikanya sama kak Ryan lagi, kan? asiiik!" Kata salah satu dari mereka.
"Iya, kalau sama kakak itu jadi mudah mengerti, ya! Seru lagi!" Sahut teman yang satu lagi.
"Eh, nanti pulangnya bareng lagi, ya, kaya kemarin!"
"Eunji! Kita duluan, ya!" Kata Radit yang melihat Eunji. Eunji tersenyum dan melambaikan tangan.
"Eunji, kamu tidak mau ikut les tambahan? Asik, loh! Ayo ikut les sama-sama!" Kata Riani -mungkin-basa-basi.
"Dia sudah pintar, tidak perlu les," cletuk Dika.
Eunji nyengir tanpa arti.
"Kita duluan, ya! Dadaaah!"
Lama kelamaan pembicaraan mereka tidak lagi terdengar jelas.
"Berisik sekali," gumam Eunji.
Eunji melihat teman-temannya yang berjalan menjauh sambil membawa map transparan yang isinya buku dan kertas-kertas. Buku yang katanya rangkuman dari apa yang telah dipelajari sejak kelas X sampai kelas XII sekarang. Ya, buku pegangan yang biasa dimiliki mereka yang mengikuti les tambahan untuk persiapan ujian nasional dan masuk perguruan tinggi negeri.
Setelah beberapa lama terdiam dan larut dalam pikirannya sendiri, Eunji menghela nafas dan mulai mengayuh sepedanya, pulang.
Aku.. aku juga ingin ikut les tambahan seperti mereka. Bisa menghabiskan waktu lebih lama bersama-sama, belajar bersama. Sepertinya les membuat mereka lebih akrab. Setiap hari ada saja topik pembicaraan menyenangkan dan aku selalu tidak tahu apa-apa tentang itu. Gumam Eunji. Keadaan ekonomi keluarga Eunji tidak memungkinkan untuk ikut les yang membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Eunji dapat mengerti hal itu, tapi tetap saja terkadang ia ingin merasakan rasanya belajar di tempat les seperti teman-temannya. Eunji memang bukanlah satu-satunya siswa yang tidak mengikuti les tambahan. Les tambahan membutuhkan uang yang tidak sedikit. Sebenarnya bisa saja Eunji minta izin ikut les tambahan pada orang tuanya, tapi Eunji tahu hal itu hanya akan memberatkan orang tuanya saja. Apalagi Jun Su, adiknya Eunji, tahun ini juga akan lulus SMP dan masuk SMA.
Diam-diam Eunji suka meminjam buku les milik Na Eun, sahabatnya, dan membacanya waktu istirahat. Pada dasarnya semua yang diajarkan di tempat les sama dengan yang diajarkan sekolah. Di sekolah, Eunji termasuk anak yang kemampuan akademiknya biasa-biasa saja.
"Sebenarnya tidak perlu ikut les tambahan dan menghapal rumus-rumus cepat, kita hanya perlu belajar SEDIKIT lebih giat dari teman-teman yang lain. Sering-sering latihan soal, membaca, dan berdoa." Kata wali kelas Eunji suatu hari.
"Ikut les tambahan bukan berarti kita akan 100% berhasil. Itu hanya salah satu penunjang belajar, percaya pada ibu, asal kau belajar giat, kau pasti bisa."
Kata-kata itu menjadi penyemangat Eunji untuk terus belajar dan tidak merasa minder meskipun dia tidak ikut les. Bagaimanapun, semua tergantung usaha dan kerja keras masing-masing.
Ujian Nasional yang -tidak begitu- dinanti oleh murid kelas dua belas akhirnya tiba. Dengan usaha, hasil kerja keras dan 'kerja sama' menyatukan kekuatan, akhirnya mereka lulus 100%. Senang sekali akhirnya bisa melewati UJIAN NASIONAL itu.
Tinggal satu ujian lagi : UJIAN MASUK PERGURUAN TINGGI NEGERI.
Ujian yang sepertinya adalah RAJA dari semua raja ujian karena ujian ini diikuti oleh hampir semua siswa kelas XII bahkan tahun-tahun sebelumnya. Mereka semua berlomba-lomba memperebutkan bangku di universitas yang mereka impikan. Termasuk Eunji.
Eunji sangat berharap dan ingin masuk perguruan tinggi negeri karena Pamannya yang tinggal di kota pernah menjanjikan Eunji seperti ini, "Eunji, kalau kau bisa masuk ke perguruan tinggi manapun, paman akan belikan laptop atau blackberry. Nanti kau pilih saja mau laptop apa blackberry. Belajarlah yang giat!"
"Baik!" seru Eunji kegirangan. Itulah motivasi terbesar Eunji untuk masuk ke PTN. Setiap malam saat belajar, Eunji membayangkan dirinya memiliki laptop sendiri. Belum terpikir oleh Eunji tentang masa depan apalagi prospek kerja. Eunji hanya ingin bisa masuk perguruan tinggi negeri agar bisa dapat laptop atau blackberry yang dijanjikan oleh pamannya. Singkatnya, Eunji ingin memiliki laptop dan masuk PTN adalah jalan untuk mendapatkan benda yang ia inginkan tanpa harus meminta pada ayah dan ibu.
Eunji suka bahasa Inggris. Dia ingin menjadi guru bahasa dan penerjemah. Menurutnya itu akan menyenangkan karena sejak kecil Eunji senang belajar bahasa. Eunji pikir jika ia menguasai bahasa ia bisa pergi keliling dunia! Setidaknya ke beberapa negara.
"Ibu! aku ingin masuk perguruan tinggi negeri di Bandung. Boleh kan?" Tanya Eunji suatu hari.
Ibu hanya mengangguk tanpa berkata apapun.
"Asiiiik!" Eunji berlalri ke kamar dan mulai belajar. Semangat!
-bersambung- dan tidak tahu kapan akan disambung lagi.
No comments:
Post a Comment