Sunday, 29 September 2013

INSIDIOUS 2



[Backsound : Maudy Ayunda – Cinta Datang Terlambat ]
Tak ku mengerti mengapa begini .. waktu dulu ku tak pernah merindu  ~
Bioskop mulai terang, tanda film sudah berakhir. Dan itu berarti gue semakin bisa melihat dengan jelas pemandangan couples yang masih betah duduk nonton credit filmnya. Gue nggak habis pikir apa sih asiknya nonton credit film? Apa mereka nggak lihat pegawai bioskop yang daritadi berdiri di dekat pintu EXIT yang secara nggak langsung berharap kita segera keluar karena bioskopnya mau diberesin buat film selanjutnya?
Entahlah, yang jelas nggak sampai satu menit setelah tulisan THE END muncul, gue langsung pergi keluar. What else? Pulang pulang pulaaang.
[Backsound : JKT48 – Yuuhi wo Miteiruka ]
Seperti apa hari ini yang telah dilewati, pasti terpikir saat di jalan pulang.
Yap! Seperti apa hari ini? lebih tepatnya, seperti apa malam ini yang telah dilewati?
Jawab : sepertinya gue envy sama couples yang masih betah nonton credit film tadi. -_-\\
Gue jadi mengkhayal suatu saat bakal ke bioskop sama seseorang berdua aja, dengan status yang agak so sweet gitu. wakakak. Kaya couples yang sering gue lihat. Atau .. kaya di film-film romantis yang ada di drama-drama gitu. Nggak ada wajah siapapun yang terlintas di benak gue.
Beberapa hari kemudian gue lupa dan nggak mikirin kejadian di bioskop kemarin-kemarin. Kehidupan gue kembali berjalan normal. So far sooo good …
Sampai suatu hari lamunan asal-asalan gue tentang nonton film di bioskop menjadi kenyataan. Teman gue, sebut saja X, ngajak gue nonton film Insidious 2. Tamat.

Hehehe
Jadi ceritanya berawal dari …. mana ya?
Nggak kaya ceritanya Niki sama Nata (tokoh utama di Refrain) yang berteman sejak kecil dan sama-sama terus dari kecil sampai sekolah. Gue sama dia berteman sejak kapan ya?
 Pokoknya gue baru kenal dia waktu gue SMA.  Kita nggak pernah satu kelas APALAGI satu sekolah.  Bahkan ngobrol  juga –hampir- nggak pernah.  Paling chatting di socmed. Itu pun JARANG. Banget.
Jangan tanya kenapa kita akhirnya bisa saling kenal karena gue juga lupa. *peace sign*
X ngajak gue nonton Insidious 2. Insidious. Gue familiar banget sama kata itu. Seinget gue, dulu gue pernah nonton film yang judulnya Insidious di tempat les bahasa Inggris. Itu film horror yang percaya atau nggak film itu bikin gue parno selama satu minggu lamanya.
X bilang, insidious 2 itu film kartun. Dan gue percaya aja -_-  Gue kira insidious 2 beda sama Insidious yang pernah gue tonton.  Setelah gue berkunjung ke google, ternyata yaa Insidious 2 itu kelanjutan dari Insidious. Waa parah gue kemana ajaa -_- . Hahahh.
Jujur gue termasuk orang yang nggak terlalu berani nonton film horror kecuali terpaksa. Contoh : waktu nonton Coming Soon bareng FDNR di ruang 201, nonton film Thailand yang judulnya gue lupa, terus nonton film yang judulnya gue lupa waktu di rumah Princess (baca: Ririn) . See, gue nggak pernah nonton film horror kecuali bareng anak FDNR (Fashion Design NonReguler) dan sama waktu di tempat les. Kali ini, gue bakal nonton  film horror, di bioskop,  sama X -aja. Sama sekali nggak pernah gue sangka sebelumnya.
Hari itu, hari Kamis. Jam lima sore waktu Bandung.  Sesuai perjanjian, kita ketemu di IP walaupun akhirnya bukan benar-benar di IP (IP: Istana Plaza , salah satu mall di Bandung). When I turned back I saw him, wearing red jacket. Awkward. That was bit awkward since we never chat directly before and I ride on his motorcycle. Such a drama.
The drama begin!
Hari itu, langit sudah berubah menjadi gelap. Aku bisa merasakan tetes air hujan yang jatuh dari langit membasahi pipiku. Hujan?  Gumamku.
Kau tahu? Hujan bisa membuat –hampir- segalanya menjadi romantis. Udah itu aja.
Kurang dari sepuluh menit akhirnya kita sampai di salah satu fashion mall di Bandung. Yap! BTC (Bandung Trade Center) :D BTC didominasi oleh toko-toko baju, aksesoris, tas, sepatu, especially for woman.  Tapi, tujuan kita ke sini tentu saja bukan untuk window shopping apalagi beli baju XD
Sesuai dengan tujuan awal, kita akan nonton Insidious 2.
“Takut nggak? Apa mau nonton yang lain?” Tanya X setelah kita masuk XXI dan berjalan menuju loket.
“Emang ada film yang lain gitu? nggak apa-apalah itu aja.” Jawabku sok kalemm.
Sebenarnya aku takut. Aku belum pernah nonton film horror di bioskop. Whoaaa! >,<
“Gwenchana, gwenchana” aku bicara pada diriku sendiri.
Sekarang aku menggenggam dua tiket Insidious 2 yang akan tayang kurang dari 45 menit dari sekarang (18:45).
Kita shalat magrib dulu di basement. Dari lantai atas ke lantai paling bawah terasa lama banget. (catatan ga penting: ini pertama kalinya aku naik lift sama seorang cowo). Agak awkward waktu habis shalat pas kita mau naik lift ke atas. Ketika kira-kira sampai di lantai dua atau satu, orang-orang pada keluar lift dan tinggal kita berdua –aja. I stand next to him without saying anything, just waiting the lift door open then walk out. So did him.
Tinggal beberapa menit menuju film, kita duduk di kursi yang ada di dekat theater 2. Sambil menunggu suara “Pintu theater 2 telah dibuka … bla bla bla”
Menunggu waktu, kita ngobrol apa aja yang bisa diobrolin sampai akhirnya dia bilang “Aku ke toilet dulu, ya.”
Mungkin di saat seperti ini anak perempuan yang lain akan berpikir sama seperti apa yang sedang aku pikirkan saat itu. “Is he really go to the toilet or buying something (read: popcorn or anything) for us?” HA > HA > HA
Guess what? He didn’t. XD
Here We go! INSIDIOUS 2. Dia duduk di sebelah kanan aku. Dan di sebelah kiri aku kosong.
“Di sebelah kosong ya?” Katanya.
“Hm.”
“Nanti ada yang ngisi loh”
“Apaan,” aku masih bisa soo kalem disaat seperti ini. itu hebat kalau kata aku. Haha.
Lampu bioskop mulai gelap. Tanda film dimulai. Selama film berlangsung aku nggak pernah ngelepasin tas aku. Aku terus pegang erat-erat kaya balonku ada lima. Sambil sesekali nutup mulut sama muka buat antisipasi kalau aku kaget. Nggak lucu kan kalau tiba-tiba aku teriak. Pokoknya aku harus bisa menonton Insidious 2 setenang dan setegar mungkin. Chaayo! :)
Rasa apa ini? Aku jadi teringat khayalanku tentang menonton film di bioskop. Dan malam ini, khayalanku menjadi kenyataan. Aku duduk di theater dan disampingku adalah seorang (laki-laki) dan sudah itu aja.
Dua jam kemudian film berakhir. Aku merasa berhasil! Berhasil bersikap tenang selama film berlangsung. Yeaaay! Cukhae!
Sama seperti ketika aku menonton film Refrain. Selalu ada pemandangan couple. Tapi kali ini aku nggak envy sama mereka XD. Nggak usah tanya kenapa.
Keluar dari bioskop. Aku merasakan lapar yang lumayan lapar -_-
“Kamu udah makan belum?” Tanyaku. Jujur ini bukan kode atau apa karena aku emang lapar T^T
“Belum sih. Mau makan? Di mana?”
“….” Aku paling speechless kalau ditanya kaya gitu.
“Emang kamu nggak laper?”
“Ng.. biasa aja sih.”
Bagus! Cuma aku doang yang laper. Akhirnya kita pulang. Wkwk. That’s okay anyway.
Dia nganterin aku pulang.
Sesampainya di rumah sekitar jam Sembilan kurang, aku langsung ambil piring dan nasi. Hahaha! Laper coyy XD
However, thanks! Thanks for made my wondering came true, accidentally.
kalau kalian pikir aku mulai suka atau jatuh cinta, aku nggak tau. Aku sendiri lupa bagaimana rasanya jatuh cinta. Jadi kalau kalian bertanya apakah aku sedang jatuh cinta, aku tidak tahu.
The End.

Friday, 27 September 2013

apasih



Suatu hari yang gue lupa hari apa dan bulan apa, gue nonton Refrain sama tante. Asalnya gue mau nonton sendiri. Self service gitu. Akhirnya tante juga  mau nonton jadi kita nonton bareng dehh :D
Refrain. Itulooh film yang diperankan sama Maudy Ayunda dan Afgan. “Kalau cinta jangan setengah-setengah” itu quote yang terpampang di  posternya. Cinta apaan? Gue sama sekali nggak ada bayangan apa-apa pas baca quote-nya. Datar aja gitu. Mungkin karena gue lagi nggak cinta sama siapa-siapa. *shrugged*
Film drama Indonesia. Nggak akan jauh-jauh dari kisah cinta dua insan yang punya setting di luar negeri. As far as I know, KEBANYAKAN film drama Indonesia tentang cinta anak muda itu latarnya di luar negeri terus. Itu yang bikin ceritanya jadi klise kalau menurut aku.  Tapi kan namanya juga cerita jadi yaa suka-suka yang buat cerita sih. Gue Cuma komentar doang. Hehehe.
Back to the topic, (topiknya apaan sii? –LOL) gue jadi nonton film Refrain itu sekitar jam 7 malem.  Hmm, dari awal gue duduk sama tante sampai filmnya mulai, yang berdatangan tuh couple semua. SIIIING –
“…..” gue ngeliatnya tuh kaya “umm, okay. Is the film ONLY for the couple or what!?”
 HAHAHA . Di saat seperti ini gue benar-benar merasakan jadi the real jomblo. Tapi sebenernya gue nggak begitu mempermasalahkan status jomblo gue sih. (bukannya gue menghibur diri atau apa) tapi So far… gue enjoy aja. Serius.
 Melihat begitu banyak couple yang duduk dimana-mana. Gue jadi ngebayangin yang duduk disebelah gue itu seorang laki-laki keren yang nemenin gue nonton gitu. (entah siapa gue sama sekali nggak ada bayangan sama wajah laki-lakinya, Cuma sosoknya aja)  *gue senyum-senyum sendiri aja pas lampu bioskop udah gelap* -masih ngayal- 
Setelah gue tengok ke sebelah kanan gue, kursinya kosong. nggak ada sosok yang ada dibayangan gue itu. Dan disebelah kiri gue …ya tante gue. Who else?
Mungkin kalau kursi yang gue dudukin bisa ngomong, dia bakal bilang, “yawdasii kalau jomblo ya jomblo aja. Gausah tengok kanan kiri. Tonton aja filmnya.” . I was like, Ummm.. okay. Dan gue mulai fokus nonton filmnya.
Dua jam kemudian … The End.
 IYA, The End. Filmnya The End. dan cerita gue baru akan dimulai …….

Sunday, 15 September 2013

What

The truth is, I am a one of those few people who actually cares when I ask "What's wrong?". The only problem is that usually I have no idea what to say afterwards or how to make it better. I try not to use phrases like "That sucks", or "I'm sorry", but I still cannot find the right words to say. But I promise you this: I'll always listen, and be assured that you will not have to go through anything by yourself anymore. I guess that's all I can do.

Dua Puluh Tahun

Tenang, kali ini kita tidak akan bertemu aku 20 tahun lalu. Haha. Dua puluh tahun adalah alasanku 'menolak' orang yang pertama kali ...