Saturday, 30 August 2014

Dewasalah



Pernah, nggak? Ketika kamu mau cerita kepada temanmu via SMS, tiba-tiba temanmu bilang “Ceritanya besok aja, deh, ya. Aku cape.” (titik).
Entah kenapa aku merasa tidak enak membaca pesan seperti itu. Tapi aku mencoba untuk mengerti dan berpikir bahwa mungkin dia memang sedang sangat lelah dan terganggu (?).
Aku agak kecewa, sih. Bukan agak kali, ya, aku memang kecewa. Rasanya tuh kaya kita lagi super excited cerita  terus yang mendengar cerita kita ngaleos gitu aja. Lebih parahnya yang mendengarkan menanggapi ke-excited-an kita dengan ekspresi “ngomong apa sih lo.” – bye!
Kalau boleh memilih, lebih baik nggak usah balas dari pada harus seperti itu tapi mungkin maksudnya baik, memberitahu kalau dia sedang tidak bisa mendengarkan apalagi menanggapi cerita aku yang dari dulu itu-itu saja.Daripada membiarkanku menunggu balasannya yang jelas dia lagi not in a good mood. Aku tahu itu.
Aku pikir aku hanya sedang mood swing yang cepat kesal karena sesuatu yang nggak perlu aku kesali. “Ceritanya besok aja, deh, ya. Aku cape.” Aku membaca ulang SMS itu. Baiklah. Besok, ya.
Aku pernah bertanya pada seseorang,  “kalau kita mau cerita ke seseorang dan ternyata orang itu nggak bisa mendengarkan cerita kita, kesal nggak?” Lalu dia menjawab, “nggak perlu kesal. Kita sadar diri aja kan kita yang mau cerita, berarti kita yang butuh dia. Jadi dewasalah . cuma kalau besoknya dia lupa, itu baru jadi tanda tanya besar” jawaban ini benar-benar membuatku terdiam dan terkesima, um.. bukan, terpesona!  Jinjayooo >,<
Sadar diri dan dewasalah. Jadi, aku menunggu besok yang dijanjikan.  Itu sebuah janji, bukan? Janji dia akan mendengar ceritaku besok. Bukan? Oh.
Dan benar saja, keesokan harinya tidak ada tanda-tanda dia berminat menjadi pendengar (pembaca, maksudku.) ekspektasi sama realita emang suka ga sejalan. Ekspektasi aku dia bakal bertanya “Jadi, mau cerita apa kemarin?” atau “Jadi, gimana kemarin ceritanya?” atau apalah. Realitanya? krik.  Mungkin memang lupa. “Sebagai teman yang baik, kamu ingetin aja dia, mungkin dia lagi ada kesibukan yang sangat penting sampai lupa.”kata seseorang yang lagi-lagi membuatku berpikir kembali. Benar juga, mungkin dia sedang sangat sibuk.
Kita yang mau cerita, berarti kita yang butuh dia. Aku mencoba mengingat kata-kata itu. Aku juga mencoba mengingatkan dia tetapi caraku mungkin gajelas sehingga yang kudapat adalah balasan: “apaan?”  okay, dia benar-benar lupa. Aku rasa. Dewasalah.
Kau tahu,?terkadang orang tidak butuh nasehatmu, dia hanya butuh didengarkan. Itu saja. Sederhana, bukan? 
nggak perlu kesal. Kita sadar diri aja kan kita yang mau cerita, berarti kita yang butuh dia. Jadi dewasalah . cuma kalau besoknya dia lupa, itu baru jadi tanda tanya besar.
 

No comments:

Post a Comment

Dua Puluh Tahun

Tenang, kali ini kita tidak akan bertemu aku 20 tahun lalu. Haha. Dua puluh tahun adalah alasanku 'menolak' orang yang pertama kali ...