Pernah,
nggak? Ketika kamu mau cerita kepada temanmu via SMS, tiba-tiba temanmu bilang
“Ceritanya besok aja, deh, ya. Aku cape.” (titik).
Entah
kenapa aku merasa tidak enak membaca pesan seperti itu. Tapi aku mencoba untuk
mengerti dan berpikir bahwa mungkin dia memang sedang sangat lelah dan
terganggu (?).
Aku
agak kecewa, sih. Bukan agak kali, ya, aku memang kecewa. Rasanya tuh kaya kita
lagi super excited cerita terus yang
mendengar cerita kita ngaleos gitu
aja. Lebih parahnya yang mendengarkan menanggapi ke-excited-an kita dengan
ekspresi “ngomong apa sih lo.” – bye!
Kalau
boleh memilih, lebih baik nggak usah balas dari pada harus seperti itu tapi
mungkin maksudnya baik, memberitahu kalau dia sedang tidak bisa mendengarkan
apalagi menanggapi cerita aku yang dari dulu itu-itu saja.Daripada membiarkanku
menunggu balasannya yang jelas dia lagi not in a good mood. Aku tahu itu.
Aku
pikir aku hanya sedang mood swing yang cepat kesal karena sesuatu yang nggak
perlu aku kesali. “Ceritanya besok aja, deh, ya. Aku cape.” Aku membaca ulang
SMS itu. Baiklah. Besok, ya.
Aku
pernah bertanya pada seseorang, “kalau kita mau cerita ke seseorang dan
ternyata orang itu nggak bisa mendengarkan cerita kita, kesal nggak?” Lalu
dia menjawab, “nggak perlu kesal. Kita
sadar diri aja kan kita yang mau cerita, berarti kita yang butuh dia. Jadi
dewasalah . cuma kalau besoknya dia
lupa, itu baru jadi tanda tanya besar” jawaban ini benar-benar membuatku
terdiam dan terkesima, um.. bukan, terpesona!
Jinjayooo >,<
Sadar
diri dan dewasalah. Jadi, aku menunggu besok yang dijanjikan. Itu sebuah janji, bukan? Janji dia akan
mendengar ceritaku besok. Bukan? Oh.
Dan
benar saja, keesokan harinya tidak ada tanda-tanda dia berminat menjadi
pendengar (pembaca, maksudku.) ekspektasi sama realita emang suka ga sejalan. Ekspektasi aku dia bakal bertanya
“Jadi, mau cerita apa kemarin?” atau “Jadi, gimana kemarin ceritanya?” atau
apalah. Realitanya? krik. Mungkin memang lupa. “Sebagai teman yang baik, kamu ingetin aja dia, mungkin dia lagi ada
kesibukan yang sangat penting sampai lupa.”kata seseorang yang lagi-lagi
membuatku berpikir kembali. Benar juga, mungkin dia sedang sangat sibuk.
Kita yang mau cerita, berarti kita yang butuh
dia. Aku mencoba mengingat kata-kata itu.
Aku juga mencoba mengingatkan dia tetapi caraku mungkin gajelas sehingga yang
kudapat adalah balasan: “apaan?” okay,
dia benar-benar lupa. Aku rasa. Dewasalah.
Kau
tahu,?terkadang orang tidak butuh nasehatmu, dia hanya butuh didengarkan. Itu saja.
Sederhana, bukan?
nggak perlu kesal. Kita
sadar diri aja kan kita yang mau cerita, berarti kita yang butuh dia. Jadi
dewasalah . cuma kalau besoknya dia
lupa, itu baru jadi tanda tanya besar.