Halo. Saat ini aku sedang ada di
kantor. Kau tahu, kadang aku suka ngga ngerti sama orang-orang. Aku juga orang
jadi berarti kadang aku ngga ngerti sama diri aku sendiri.
Jujur aku itu orangnya mudah
tersinggung. Tapi tiap kali aku merasa tersinggung atau sakit hati sama
perkataan orang-orang, aku diam. Apa yang orang-orang bicarakan sering aku
dengar dengan hati. Seperti tadi itu. Mungkin maksud mereka memang bukan
menyindir atau apa tapi aku yang mendengarnya jadi merasa hmm.. no comment.
Kata-kata seperti apa?
Sebenarnya hanya percakapan
sederhana yang mau nggak mau aku pasti dengar karena posisi duduk aku yang
pasti mendengar apa yang dibicarakan meskipun aku nggak ikut-ikutan karena
A
|
B
|
AKU
|
Begitulah posisi duduknya. Dan tempat
kita ini ngga pake sekat kaya kantor-kantor biasanya. Sekatnya ya layar monitor
aja. Makanya apapun yang dibicarakan pasti terdengar.
Tapi aku jadi belajar bagaimana cara
beradaptasi dengan orang-orang yang berbeda usia dan berbeda karakter.
Sebenarnya dari waktu kita sekolah juga kita sudah belajar beradaptasi dengan
hal-hal seperti itu. Tapi, dunia kerja nggak se-sederhana itu, guys.
Ini memang pengalaman pertama aku
kerja. Baiklah, aku memang belum berpengalaman dalam hal apapun. Semuanya dari
nol. Aku diterima bekerja di sebuah perusahaan perseorangan di Bandung.
Sebenarnya aku agak tidak percaya akan diterima beekerja karena ijazah yang aku
punya adalah ijazah SMA. Sejauh ini, aku mencari pekerjaan, kebanyakan
syaratnya adalah pendidikan minimal d3 atau s1. Hal itu yang membuatku menyerah
sebelum berperang. Niat untuk memasukan surat lamaran pekerjaan sirna begitu
saja setelah melihat syarat pendidikan minimal itu.
Singkat cerita, aku mulai bekerja
dan apa pertanyaan pertama setelah berkenalan dengan orang-orang yang akan
menjadi rekan kerjaku?
Lulusan mana?
Aku menjawab dan setelah itu tentu
saja aku bertanya balik. Okay, mereka ternyata sudah mengenyam pendidikan lebih
lama dariku. Ada yang d3, juga s1. Aku harap meskipun aku lulusan SMA, aku
tidak dipandang sebelah mata oleh mereka karena aku akan berusaha untuk bekerja
dengan kemampuanku yang mudah-mudahan bisa sama seperti mereka yang “bergelar”.
You know, skill.
Pernah suatu hari A tiba-tiba
monolog dan tentu saja aku dengar. “Percuma sekarang mah s1 tuh nggak
dihargain.” Deg- aku langsung tersindiri dong. Secara di ruangan itu hanya aku
yang nggak “bergelar”. Dalam hati aku berpikir, kenapa A bicara seperti itu?
Setelah berpikir, mungkin A
merasa tidak adil karena gaji yang
diterima aku dan A itu sama. Padahal A sudah s1 dan aku baru masuk kerja. Kebetulan
A bekerja satu bulan lebih dulu sebelum aku masuk. Sejak saat itu A jadi agak sewot padaku. Entah
mungkin hanya perasaanku saja. Aku mencoba bertahan dan tetap bersikap baik.
Kalau bahasa kerennya itu keep calm.hahaha. Berpura-pura tdak mendengar
sindiran A yang entah ditujukan pada siapa. Mungkin A hanya mengungkapkan rasa
kecewanya. Kecewa karena dia yang sudah sekolah empat tahun dan mengeluarkan
biaya nggak sedikit akhirnya gajinya sama kaya yang sekolah SMA. Mungkin kalau
aku di posisi A aku akan merasakan “ketidakadilan” itu.
Mungkin aku hanya beruntung bisa
bekerja di tempat yang gajinya tidak dibedakan oleh nama belakang. (read:
gelar)
Tapi, hal itu tidak membuatku merasa
puas dengan tidak kuliah lagi. Karena seandaianya bisa memilih, aku aku akan
memilih kuliah. Kalau ada yang gbertanya
“bukannya waktu itu udah kuliah? Di PTN lagi.” Ya, memang. Tapi aku punya alasan
buat resign dari sana. Bukan karena aku nggak bersyukur udah di biayain, udah
dikasih fasilitas segala macam GRATIS. Tapi ada hal-hal yang aku nggak bisa
terima dan aku nggak bisa ikutin aturan di sana. Jadi aku memutuskan untuk
resign dan menerima segala resikonya. Aku
sudah siap dibenci atau dicap sebagai anak yang tidak tahu diuntung. Meskipun
sebenarnya aku tidak mau dicap begitu tapi mereka pasti akan seperti itu. Sebenarnya
aku sudah tidak ingin membahas ini tapi kau tahu, kita nggak akan pernah bisa
lepas dari masa lalu. Dan masa itu bagiku adalah masa yang paling menyakitkan. Baru
kali itu aku merasakan sakit hati yang teramat sakit dan membuatku trauma kaarena
kata-kata yang mereka ucapkan. Karena aku punya alasan dan mereka tidak akan
mau menegrti alasan itu karena mereka yang punya uang dan mereka selalu benar. Jadi,
aku memutuskan untuk mengundurkan diri dari perkuliahan itu. So complicated.
Alhamdulillah doaku untuk bisa
kuliah lagi akhirnya terkabul. Meskipun aku harus mengorbankan waktu yang
seharusnya aku gunakan untuk istirahat menjadi untuk belajar tapi aku tidak
peduli. Karena aku berharap setelah aku lulus aku bisa melamar kerja ke tempat
yang lebih baik.
Dan pembicaraan yang –terpaksa- aku
dengar pagi ini adalah percakapan antara A dan B yang intinya mereka
berpendapat “Ah, sekarang mah kuliah juga sama aja gajinya mah.” “Ah, da kuliah
di jurusan mana juga nanti akhirnya mah kerjanya di mana.. sok tara nyambung.”
Kau tahu, saat ini aku sedang kuliah
dan aku mendengar jelas percakapan itu. Dan aku yakin A dan B tahu kalau aku
mendengarnya. Aku tidak berkomentar. Secara tidak langsung seolah-olah
pembicaraan itu ditujukan padaku yang kasarnya “buat apa sih kuliah lagi. Percuma.”
Percuma? Percuma karena gajinya akan
sama dengan yang lulusan SMA?
Aku tidak peduli. Karena aku yakin
kalau kita berusaha kita akan mendapatkan yang lebih baik. Ya, lebih baik dari
ini. Lagi pula aku tidak akan selamanya bekerja di sini. Jadi intinya aku harus
bisa membuktikan kalau kita usaha kita akan bisa mendapatkan yang lebih. Sudahlah,
jangan dengarkan apa kata A dan B. Lagi pula rejeki itu sudah ada yang atur, tinggal bagaimana kita berusaha dan berdoa. Dan pelajaran lagi untukku adalah, jangan sampai ketika suatu hari aku punya gelar, aku jadi seperti A. Aku nggak akan seperti itu. Aku janji. Sudahlah, mereka tidak akan pernah tahu rasanya jadi
diriku dan aku juga tidak akan pernah mau jadi mereka. Anggap saja ini salah
satu ujianuntukku agar aku kuat menghadapi berbagai macam orang.Kamu kuat, sa.
Dan aku suka banget sama tulisan kak aldi tentang stereotioe negative terhadap yang bergelar. Baca, deh :)
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteHello, aldi is here..
ReplyDeletehello kakak
Delete